Temans, ketika kita nggak disibukkan urusan rutin kantor & rumah
tangga, dead-line dsb yang bikin stress, instink manusiawi (baca:
hewani) kita ternyata berfungsi lebih cespleng - kalau saja kita cukup
sensitif.

Pagi hari ketika menuruni 'the Peak'-nya pulau Samosir, yaitu desa
Pertukuan, kita melalui 2-3 bukit yang kecuramannya kadang melebihi
60%. Di atas setiap bukit ada lembah-lembah yang cukup datar. Vegetasi
yang kita jumpai sangat bervariasi sejak hari sebelumnya kita memulai
trekking.  Ada padang rumput yang luas tapi rapi seperti golf course
yang terbaik, ada rerumputan tinggi seperti savannah, dan hutan tropis
heterogen - diselingi dengan desa-desa kecil
yang mempunyai ladang dan memelihara binatang ternak.

Setelah kira-kira satu jam melalui suatu hutan heterogen via jalan
setapak, kami menjumpai jalan besar yang lagi dibuka, yaitu oleh
perusahaan besar yang kontroversial karena dianggap selalu melanggar
kaidah lingkungan. Menyeberangi jalan dan daerah terbuka (maksudnya
daerah yang ditebangi), kami berdua memasuki suatu hutan yang lain
daripada yang lain.

Hutan itu terdiri dari satu macam pohon (hutan homogen), dimana pohon-
pohon besar itu berderet rapi dalam jarak tertentu dan menjulang
sangat tinggi, sehingga cahaya matahari sayup-sayup merebak di antara
dedaunannya. 

Kesan pertama saya cetuskan ke temen jalan: "Apa ini pohon yang
ditanami oleh perusahaan IR itu?"

"Ah, masak sih? Kayaknya bukan, sejak kapan? Karena kok pohonnya besar
dan tinggi menjulang".

Kami meneruskan melangkah di dalam hutan homogen itu. Rasa tercekam,
karena ada rasa nggak nyaman, sangat asing. Nggak terdengar suara
burung, nggak terlihat serangga seperti biasanya. Apalagi cahaya
matahari rada sedikit merebak nyaris nggak menyentuh tanah. Ditambah
lagi kabut di sana sini, sehingga hutannya 'tampak-ilang'.

"Ini kok kayak di luar negeri Australia dan Amerika. Tapi disana nggak
merasa serem kayak gini, kecuali kalo ada beruang. Di Rinjani ada yang
kayak gini, tapi nggak rasa serem yah?" Kata saya.

"Ini cocok untuk bikin pelem-pelem serem, dimana pohon-pohon itu
menjelma jadi serdadu" Hiii....Perkataan temen ini nggak menolong. 
Merasakan seolah pohon-pohon itu seperti barisan militer yang mau
menyergap, kita pun jalan terburu-buru setengah berlari, nyaris
tunggang langgang. Alangkah leganya setelah kita melewati jenis hutan
itu dan kembali ke hutan tropis heterogen, dan padang-padang rumput
yang terasa ramah dan menyejukkan.

Ternyata menurut seorang pakar, daerah tsb adalah bagian hutan di
puncak Samosir yang dulu dibabat habis oleh PT IR itu. Untuk
menghindarkan kontroversi lalu ditanami dengan pohon impor dari
Australia (nama latinnya lupa).  Katanya pohon jenis ini cepat tumbuh
besar dan tinggi, mungkin juga ada rekayasanya (?). Tapi malah
kemudian jadi kontroversial, karena hutan buatan tersebut memakai air
terlalu banyak sehingga mengeringkan daerah sekitarnya, dan binatang
pada nggak mau mampir ke sana. Pokoknya nggak atau belum cocok dengan
kawasan pulau Samosir.

Pantesan hutan itu berasa nggak ramah, nggak seperti hutan-hutan lain
sekitarnya dan orang Batak desa yang ternyata ruaaamah..:-).
Sepertinya alam mengekspressikan dirinya sendiri, apa adanya.

Salam
Mia 











Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke