http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/13/20383878/Inilah.Curhat.Tahanan.Rutan.Pondok.Bambu

 

Inilah Curhat Tahanan Rutan Pondok Bambu


Rabu, 13
Januari 2010 | 20:38 WIB



 



KOMPAS/AGUS
SUSANTO

Pintu
gerbang masuk rumah tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur 

Sumber : Persda Network 



JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang pengunjung
yang tidak diketahui identitasnya tiba-tiba menghampiri para wartawan yang
sedang melakukan peliputan di Rutan Pondok Bambu. Ia menyerahkan sehelai kertas
yang didapat saat mengunjungi kerabatnya, seorang tahanan di Rutan Pondok
Bambu.



Pengunjung yang merupakan wanita dengan usia sekitar 25 tahun itu kepada
wartawan hanya mengatakan bahwa surat
itu berasal dari tahanan di Blok E, sama dengan blok tempat Artalyta Suryani
alias Ayin. "Ada titipan
nih, Mas, dari dalam untuk teman-teman wartawan. Ini dari Blok E," kata
wanita itu di depan Rutan Pondok Bambu, Jakarta, Rabu (13/1/2010).



Mau tahu isinya? Berikut isi surat kaleng tersebut:

Kami mewakili teman-teman yang ada di dalam Rutan Pondok Bambu memberitahukan
masalah ketidakadilan yang diterima oleh para penghuni yang tidak memiliki
uang.



Saat kami konfirmasi kepada mantan Kepala Rutan Pondok Bambu Sarju Wibowo, ia
mengaku tidak mengetahui hal itu. Lagi pula, bagi Sarju, surat kaleng itu tidak
bisa dipertanggungjawabkan. "Enggak tahu saya. Itu enggak bisa
dipertanggungjawabkan," singkat Sarju.



Saat kami konfirmasi kepada Kepala Rutan Pondok Wibowo Catur Budi Fatayatin,
ternyata telepon genggamnya sedang tidak aktif. Sebagaimana diketahui, Catur
sejak siang tadi menemui Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar untuk memaparkan
program kerjanya.



Pokok-pokok masalahnya adalah:

1. Para petugas kamp yang amat sadis dan kejam selalu menghukum dengan memukul
jika kami diketahui menggunakan HP dan dimasukkan ke dalam Selti (Sel Tikus;
yang ruangannya sempit dan kotor) selama hampir 2 minggu. Lalu kami dimasukkan
ke karantina kembali, dengan biaya Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, jika kami ingin
balik ke kamar sel yang semula.



2. Jika kami sehabis terima kunjungan dan mau masuk kamar sel kami,
masing-masing kami dimintai uang masuk Rp 5.000 sampai Rp 10.000 per orang. 
Jadi,
jika kami dikunjungi pagi dan malam, berarti per orang Rp 5.000-10.000 x 2.



3. Lalu dalam pengurusan Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB),
Cuti Bersyarat (CB) di register, kami dimintai uang Rp 1 juta-Rp 3 juta per
orang, yang setahu kami untuk pengurusan hal tersebut tidak ada biaya. Untuk
pengurusan PB, CMB, dan CB, kami harus mengeluarkan dana, tapi masih harus
menunggu sekalipun sudah lewat dari tanggal kepulangan yang sudah ditentukan
sehingga remisi yang diberikan rutan secara formal tidak berlaku dengan alasan
belum turun SK dari Dirjen. Padahal, kenyataannya setelah dicek oleh pihak
keluarga, berkas tersebut masih dalam tumpukan sehingga kepulangan kami pun
masih harus melalui proses yang panjang dan seharusnya itu hak napi yang memang
diabaikan oleh instansi yang bersangkutan.



Pertanyaan kami, gimana nasib teman-teman kami yang berasal dari
keluarga tidak mampu jika di dalam rutan ini harus segala sesuatu diuangkan. 
Kami
tidak seperti Artalyta yang mempunyai uang yang sangat banyak.



Tolong berikan peringatan atau ditindak keras untuk para petugas yang bekerja
di dalam Rutan Pondok Bambu.



Terima Kasih

(Dirahasiakan Sumbernya)

 




      Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke