Islam Keras dan Santun

Jumat, 4 September 2009 | 02:47 WIB



Said Aqiel Siradj



Tema radikalisme Islam kembali mencuat. Sebutannya pun bisa beragam, seperti
ekstrem kanan, fundamentalis, dan militan. Ada juga yang menyebut radikal
dengan sebutan Neo-Khawarij dan Khawarij abad ke-20.



Radikalisme sekelompok Muslim tidak dapat dijadikan alasan untuk menjadikan
Islam sebagai biang keladi radikalisme. Yang pasti, radikalisme berpotensi
menjadi bahaya besar bagi masa depan peradaban manusia.



Gerakan radikalisme bukan sebuah gerakan spontan, tetapi memiliki faktor
pendorong. Gejala kekerasan ”agama” bisa didudukkan sebagai gejala
sosial-politik daripada gejala keagamaan. Akar masalahnya bisa ditelusuri
dari sudut sosial-politik dalam kerangka historisitas manusia.



Faktor lain adalah sentimen keagamaan dan solidaritas keagamaan untuk kawan
yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Namun, hal ini lebih tepat disebut
faktor emosi keagamaan, bukan faktor agama an sich, meski gerakan
radikalisme selalu mengibarkan simbol agama seperti jihad dan mati syahid.
Emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas, bersifat. Jadi,
sifatnya nisbi dan subyektif.



Faktor kultural juga memiliki andil besar yang melatarbelakangi munculnya
radikalisme. Secara kultural, di masyarakat selalu ditemukan usaha untuk
melepaskan diri dari jerat jaring-jaring kebudayaan yang dianggap tidak
sesuai. Faktor kultural adalah sebagai antitesa terhadap budaya sekularisme
Barat yang dicap sebagai musuh besar.



Islam Indonesia



Islam adalah agama ”pendatang” karena berasal dari Timur Tengah. Namun,
berkat proses transformasi yang berjalan damai, Islam menjadi bagian tak
terpisahkan kehidupan bangsa Indonesia. Sesuai makna dasar Islam, dari kata
aslama, bermakna ”damai”, ternyata para pembawa panji-panji Islam tempo dulu
mampu menyebarkan agama Islam dengan damai.



Penyebaran Islam di Indonesia berjalan lancar dan tidak menimbulkan
konfrontasi dengan pemeluk agama sebelumnya. Masuk melalui pantai Aceh,
Islam dibawa para perantau dari berbagai penjuru, seperti Arab Saudi dan
sebagian dari mereka ada yang berasal dari Gujarat.



Penyebab proses Islamisasi berjalan damai karena kepiawaian para mubalig
dalam memilih media dakwah, seperti sosial budaya, ekonomi, dan politik.
Dalam penggunaan media budaya, sebagian mubalig memanfaatkan wayang sebagai
salah satu media dakwah. Sunan Kalijaga, misalnya, mampu menarik simpati
rakyat Jawa yang amat akrab dengan budaya dan tradisi Hindu-Buddha.



Para pembawa panji Islam juga memanfaatkan aspek ekonomi untuk mengembangkan
nilai-nilai dan ajaran Islam. Dari berbagai literatur terungkap, aspek itu
menempati posisi strategis dalam upaya Islamisasi di Nusantara. Salah satu
faktor yang mendorong minat masyarakat Nusantara mengikuti agama para
pedagang itu karena tata cara dagang serta perilaku sehari-hari lainnya
dianggap menarik sanubari masyarakat setempat.



Setelah kokoh menancapkan pengaruhnya di Indonesia, peran Islam lambat laun
meningkat ke wilayah politik melalui upaya mendirikan kerajaan Islam, antara
lain Kerajaan Pasai, Demak, Mataram, dan Pajang. Lalu, semua itu mengalami
keruntuhan karena adanya berbagai faktor, baik konflik internal di antara
anggota keluarga kerajaan maupun faktor eksternal seperti serbuan kolonialis
Portugis dan Belanda. Namun, posisi Islam tetap kukuh dan kian menyatu
dengan kehidupan masyarakat dan hampir selalu memperlihatkan wajahnya yang
ramah dan santun. Gejolak yang sifatnya radikal nyaris tak terdengar.



Dakwah santun



Memahami Islam secara tekstualistik akan mendatangkan sikap ekstrem.
Padahal, Al Quran tidak melegitimasi sedikit pun perilaku dan sikap yang
melampaui batas. Dalam konteks ini, ada tiga sikap yang dikategorikan
”melampaui batas”.



Pertama, ghuluw, bentuk ekspresi berlebihan manusia dalam merespons
persoalan hingga mewujud dalam sikap-sikap di luar batas kewajaran
kemanusiaan.



Kedua, tatharruf, sikap berlebihan karena dorongan emosional yang
berimplikasi kepada empati berlebihan dan sinisme keterlaluan dari
masyarakat.



Ketiga, irhab, yang mengundang kekhawatiran karena bisa membenarkan
kekerasan atas nama agama. Irhab adalah sikap dan tindakan berlebihan karena
dorongan agama atau ideologi.



Idealnya, seorang Muslim harus memahami ajaran Islam secara utuh, hingga
berdampak sosial yang positif bagi dirinya. Alangkah kering dan gersangnya
agama jika aspek eksoterik dalam Islam hanya sebatas legal-formal dan
tekstualistik. Sebuah ayat tentang jihad akan terasa gersang jika
pemahamannya dimonopoli tafsir ”perang mengangkat senjata”. Padahal, jihad
pada masa Rasulullah merupakan wujud pembebasan rakyat untuk menghapus
diskriminasi dan melindungi hak-hak rakyat demi terbangunnya tatanan
masyarakat yang beradab.



Puncak keberagamaan seseorang terletak pada sikap arif dan bijaksana
(al-hikmah). Di sinilah perlunya mengedepankan aspek esoteris Islam. Sisi
ini merupakan pemahaman keislaman yang moderat, serta bentuk dakwah yang
mengedepankan qaulan karima (perkataan yang mulia), qaulan ma’rufa
(perkataan yang baik), qaulan maisura (perkataan yang pantas), qaulan
layyinan (perkataan yang lemah lembut), qaulan baligha (perkataan yang
berbekas pada jiwa), dan qaulan tsaqila (perkataan yang berat). Semua sikap
itu telah diamanatkan dalam Al Quran.



*Said Aqiel Siradj Ketua PBNU*

* *

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/04/02471945/islam.keras.dan.santun


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke