Jilbab bukanlah budaya Arab, bukan pula bentuk penindasan terhadap 
perempuan apalagi sekadar budaya buatan manusia yang bisa ada 
musimnya, macam kebaya atau baju bodo.

Jilbab terkair erat dengan perintah Allah kepada para perempuan 
mukmin untuk menutup aurat mereka, wa bil khusus kepala mereka, yaitu 
rambut hingga leher, lalu juga bagian dada yang biasa terbuka, yaitu 
bagian di atas belahan dada, yang umum terlihat ktk misalnya 
perempuan memakai kebaya.

Bagi sebagaian perempuan muslim yang lahir dan besar di lingkungan 
yang tidak menjalankan perintah Allah untuk menutup aurat, maka 
jilbab bukanlah sesuatu yang WAJIB. Tapi tidak sedikit perempuan 
muslim yang lahir dan hidup di lingkungan yang menjalankan perintah 
Allah untuk menutup aurat ini juga, setelah melanjutkan studi di 
perguruan tinggi yang sec sengaja menafikan hukum ini, atau akrab dan 
bergaul dengan kalangan muslim yang sengaja menafikan hukum ini, 
dengan merujuk pada karya intelektual muslim liberal dan sekular, 
baik dari timur tengah atau eropah dan amerika, mereka lalu berbalik 
menganggap jilbab bukan kewajiban dan dengan bangganya membuka 
kerudung mereka.

Apapun kasusnya, faktor internal perempuan ybs tidak bisa kita 
abaikan. sebagai manusia dewasa yang waras dan intelek, tentu 
perempuan juga punya mekanisme berpikir logis untuk menentukan mana 
yang haq dan mana yang bathil. di antara sumber logis dalam berpikir 
soal aurat dan jilbab ini adalah riwayat yang mengabarkan bagaimana 
kondisi perempuan muslim saat ayat jilbab ini diturunkan, dan juga 
bagaimana di lain riwayat, Rasulullah mengingatkan kita untuk 
memiliki kebanggaan dalam taat kepada Allah, atau memiliki gengsi 
keimanan/tauhid.

Dalam sebuah karnyanya, Karen Armstrong melukiskan betapa kebencian 
para kristen penakluk (tepatnya pembantai) muslim spanyol pada segala 
yang berbau islam dan muslim sehingga untuk beberapa waktu lamanya, 
setiap orang yang tertangkap basah membasuk tubuhnya di tempat umum, 
dari keran atau kolam air umum, akan ditangkap dan diganjar hukuman! 
Artinya mereka benar2 ingin membedakan diri mereka dari islam dan 
muslim yang mereka benci.

Maka tidak aneh, misalnya Rasulullah mengingatkan para shahabat untuk 
tidak berperilaku spt perilaku orang2 kafir non muslim, termasuk cara 
berdandan/berbusana. jadi, sekalipun sudah menutup aurat, tetap saja 
ada 'reminder' dr Rasul ini untuk tidak menyerupai kalangan kafir non-
muslim.

Tapi apakah tidak berjilbab ini berarti kafir? Menurut saya 
tergantung konteksnya. Jika perempuan muslim yang sudah diberi tahu 
hukum menutup aurat, dan salah satu penutup aurat adalah jilbab, itu 
tetap tidak peduli, tdk mau tahu, BISA saja ybs ini termasuk kafir, 
tapi belum sampai murtad! Kafir tidak selamanya murtad. Jadi mirip 
dengan fasik dan munafiq.

Lain halnya bila perempuan muslim ybs tidak tahu hukumnya atau 
berpegang pada pendapat lain. Untuk hal ini saya kira itu kembali 
pada ybs. Kan sekarang ini tidak sedikit bahkan dari kalangan ulama 
yang berani 'membedah' hukum Allah yang jelas/qath'i dan mencari 
pembenaran untuk menyatakan sebaliknya. Sayangnya, dari kalangan 
ulama demikian ini, anggota keluarganya yang perempuan memang sama 
sekali tidak menutup auratnya. Jadi memang jatuhnya menjadi semacam 
pembenaran.

Jadi, bagi yang tidak menutup auratnya, dan punya dalil yang kuat 
untuk mendukung itu ya silakan saja. Toh bagi mereka yang menyatakan 
bahwa menutup aurat itu wajib, tidak ada ruginya mau menutup aurat 
atau tidak. Tapi disayangkan jika mereka yang tidak menutup aurat ini 
tidak punya argumen yang jelas dan valid, tapi sekadar mengikuti 
emosi dan mencari rasionalisasi. Silakan saja. Di hari hisab, bahkan 
di alam kubur, segala rasionalisasi dan dalih tidak akan berguna. 

Wahai perempuan muslim yang sadar akan kemolekan dan keindahan diri 
anda, malulah pada Allah dan pada para malaikat dengan aurat kalian 
yang kalian umbar! Kasihanlah pada calon suami atau suami kalian yang 
lebih berhak kalian manja dan hibur dengan aurat kalian daripada 
lelaki hidung belang atau lelaki lain yang bukan mahram kalian.

Percayalah, kemolekan dan kecantikan anda tidak perlu pengakuan 
selain pengakuan diri sendiri bahwa ciptaan Allah pasti indah dan 
sempurna.

salam,
rsa

Kirim email ke