INDOENSIA DAMAI
Rabu, 10 Agustus 2005

Jihad Menegakkan Pluralisme
Ahmad Gaus AF, Direktur Voice of Pluralism and Peace, Jakarta



PARA bapak bangsa sangat menyadari bahwa Negara Republik Indonesia yang 
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 merupakan rumah tempat bernaung ribuan 
suku bangsa yang berbeda adat, budaya, bahasa, agama, dan keyakinan.

Oleh sebab itu, penghargaan terhadap kemajemukan (atau paham mengenai 
pluralisme) menjadi fondasi penting yang menjamin kelangsungan hidup bersama 
sebagai bangsa. Negara berdiri di atas semua golongan dan memperlakukan semua 
golongan secara sama. Sebaliknya warga negara berkedudukan sama di muka hukum, 
tanpa diskriminasi atas pertimbangan atau alasan apa pun.

Dalam konteks ini menarik petisi yang disampaikan Aliansi Masyarakat Madani di 
kediaman Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) pada 4 Agustus, yang didukung ratusan 
aktivis dan tokoh lintas agama. Petisi mengingatkan bahwa saat ini mulai ada 
arogansi kelompok sosial yang ingin merampas kebebasan beragama dan menundukkan 
kemajemukan berkeyakinan di bawah otoritas kebenaran tunggal yang diyakini 
kelompok tersebut.

Oleh sebab itu, petisi mengingatkan agar 'Negara bertindak tegas terhadap 
kerumunan orang atau lembaga yang mengesahkan kekerasan serta melantik diri 
sebagai wakil Tuhan di muka bumi, dan menjadi polisi, jaksa, dan hakim akidah 
sekaligus. Negara tidak boleh membiarkan berkembangnya iklim kebencian dan 
nafsu yang beringas untuk memburu orang-orang lain yang berbeda keyakinan dan 
pemahaman agama.'

Pluralisme palsu
Pluralisme, atau paham tentang kemajemukan (keberagaman, keberbedaan), kini 
telah menjadi milik publik. Ia telah diperjuangkan dengan susah payah, dan 
didesakkan oleh tuntutan reformasi yang menggulingkan rezim Orde Baru yang 
mendiktekan penyeragaman dan memonopoli kebenaran. Dulu hanya segelintir elite 
saja yang merasa berwenang untuk mendiktekan paham resmi tentang pluralisme 
dalam bingkai P4, dengan alasan sara dan sebagainya.

Pluralisme ala Orde Baru disandingkan dengan keperluan akan stabilitas keamanan 
untuk menjamin kesuksesan pembangunan. Bentuk-bentuk keragaman dan perbedaan 
aspirasi baik politik, agama, etnik, apalagi aliran ideologi, dipahami sebagai 
ancaman terhadap stabilitas nasional sehingga seluruh ekspresinya dibungkam, 
potensinya didesakkan di bawah arus utama pembangunan. Yang tampak adalah 
permukaan yang tenang, seperti air telaga tanpa arus dan gelombang.

Kelihatan dari luar memang bagus. Para pengamat luar memuji Indonesia sebagai 
bangsa yang elok. Masyarakatnya sangat beragam dan berbeda-beda, tapi mereka 
bisa hidup rukun dan damai. Para wisatawan asing sangat terkesan dengan 
penduduk Indonesia yang ramah dan murah senyum. Berbagai identitas kultural di 
sini bisa diramu menjadi tontonan atraksi wisata yang menarik. Indonesia 
benar-benar merupakan surga dunia.

Setelah Orde Baru tumbang, barulah disadari bahwa paham pluralisme semacam itu 
hanya bersifat artifisial dan palsu, sebab diletakkan di bawah kontrol 
kekuasaan. Di luar kesan-kesan indah tentang stabilitas dan keamanan, 
pluralisme ala Orde Baru sesungguhnya memperlihatkan ketidakberdayaan 
masyarakat madani (civil society) untuk mengelola diri mereka sendiri. Karena 
potensi konflik disadari sebenarnya cukup tinggi (akibat kesenjangan ekonomi 
dsb), maka manajemen konflik diambil alih negara secara terpusat dengan 
dukungan militer.

Pada saat yang sama ada kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan. Karena itu, 
bentuk-bentuk perbedaan tadi dibuat 'mencekam', tak jarang negara sendiri 
bahkan ikut menciptakan ketegangan antarkelompok masyarakat untuk mencari titik 
masuk bagi tindakan represif demi menjaga kewibawaan negara dengan sesekali 
melakukan unjuk kekuatan (show of force). Ketegangan sosial memang merupakan 
pintu masuk yang diciptakan penguasa untuk mencari keabsahan penggunaan 
kekuatan alat-alat negara.

Negara menjadi wasit yang otoriter, dengan mana seluruh komponen masyarakat 
merasa sangat tergantung kepadanya, karena tidak punya pilihan lain. Inilah 
yang mengukuhkan negara menjadi satu-satunya lembaga sosial yang paling kuat. 
Wacana pluralisme di masa Orde Baru tumbuh dalam ruang penguasaan semacam ini.

Tumbangnya Orde Baru telah ikut pula menumbangkan fondasi pluralisme yang dulu 
diciptakannya. Lihatlah, segala bentuk perbedaan sosial-politik, kultural, dan 
agama yang dulu diredam dan disembunyikan di bawah permadani kekuasaan negara 
yang kuat, kini menyeruak ke permukaan seperti ledakan gunung berapi yang telah 
lama menyimpan magma. Kita bisa memasukkan ke dalam gejala ini adalah 
bentuk-bentuk konflik agama yang banyak terjadi dalam waktu 7 tahun terakhir 
ini.

Plularisme sejati
Kini telah muncul kesadaran untuk memandang paham pluralisme sebagai 
keniscayaan alami. Bukan paksaan politik, melainkan kebutuhan manusia sebagai 
makhluk sosial. Belajar dari konflik-konflik yang terjadi di tanah air, kini 
orang mulai berpikir untuk melihat bahwa paham eksklusivisme dan fanatisme 
terhadap agama dan suku sendiri telah menyebabkan kesengsaraan yang tiada tara. 
Lebih-lebih, ketika paham semacam itu didukung oleh sikap-sikap agresif untuk 
diperjuangkan sebagai "kebenaran" yang berlaku umum. Berbagai tragedi 
kemanusiaan yang kita alami dalam beberapa tahun terakhir ini diakibatkan cara 
pandang keliru terhadap perbedaan.

Kalau kita kembalikan ke dalam wacana normatif maka sudah jelas bahwa perbedaan 
antara manusia merupakan ketetapan Tuhan (Q 5: 48); bahwa dengan kekuasaan-Nya 
Tuhan sesungguhnya bisa saja menyatukan segenap umat manusia, tetapi Dia tetap 
membiarkan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Salah satu alasannya adalah 
bahwa di balik perbedaan-perbedaan manusia itu terdapat hikmah, kalau manusia 
mau merenungkannya.

Dari firman itu sesungguhnya jelas bahwa tidak ada satu hal pun yang jelek dari 
perbedaan. Justru dengan adanya perbedaan itu tersedia wahana untuk saling 
berlomba mencapai berbagai kebaikan. Menarik bahwa dalam ayat tersebut kata 
kebaikan (khayr't) dinyatakan dalam bentuk jamak (plural), yang berarti 
menunjukkan banyaknya kebaikan, bukan satu. Ini sekaligus juga menjadi 
antitesis bagi sikap-sikap eksklusif yang menganggap bahwa kebaikan (dan 
kebenaran) hanya terdapat di dalam kelompok sendiri. Kitab suci sepertinya 
ingin menegaskan bahwa sesungguhnya tidak ada alasan bagi manusia untuk saling 
bertikai atau berselisih karena perbedaan-perbedaan tersebut.

Dalam hal ini cukup kentara bahwa secara doktriner Islam menunjukkan pemihakan 
yang sangat radikal terhadap isu kesetaraan di antara umat manusia, yang dalam 
idiom kontemporer disebut dengan istilah hak-hak asasi manusia. Kitab suci 
menandaskan bahwa tidak ada gunanya manusia mempersoalkan perbedaan, sebab 
Tuhan sendiri tidak menilai manusia berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut. 
Tuhan menilai manusia berdasarkan ketakwaannya (Q 49: 13). Firman ini merupakan 
dukungan bagi sikap-sikap yang memperjuangkan pluralisme. Perjuangan menegakkan 
pluralisme bisa dikategorikan jihad karena merupakan perintah-Nya.

Setelah tumbangnya fondasi pluralisme ala Orde Baru yang semu, kini saatnya 
menegakkan pluralisme yang sejati, yang menghargai perbedaan sebagai 
keniscayaan yang tak bisa ditolak, dan yang mendapat dukungan kuat dari doktrin 
agama. Otoritas apa pun yang menolak keragaman yang alami dan ingin memonopoli 
kebenaran, akan lenyap ditelan bumi, karena ia melawan hukum alam dan dikutuk 
oleh kemanusiaan.***

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hm4u0a3/M=364397.6958316.7892810.4764722/D=groups/S=1705076250:TM/Y=YAHOO/EXP=1123669778/A=2915264/R=0/SIG=11t7isiiv/*http://us.rd.yahoo.com/evt=34443/*http://www.yahoo.com/r/hs";>Get
 fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home 
page</a></font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke