http://www.suarapembaruan.com/News/2005/11/28/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY Kelemahan Kabinet,Terlalu Banyak Omong Oleh Tjipta Lesmana SALAH satu kelemahan pokok pemerintah Yu- dhoyono-Kalla adalah keduanya terlalu banyak ngomong. Para pembantunya pun terlalu banyak ngomong. Celakanya, omongan Yudhoyono maupun Kalla kerapkali tidak konsisten satu sama lain, sehingga membingungkan masyarakat, membuat pelaku pasar skeptis dan akhirnya menjatuhkan kredibilitas pemerintah sendiri di mata rakyatnya. Sebagai contoh, hingga dua minggu sebelum pemerintah menaikkan (lagi) harga BBM, Presiden Yudhoyono masih menegaskan bahwa kenaikan harga BBM akan dilakukan secara bertahap, tidak langsung disesuaikan dengan harga pasar. "Jika harganya dinaikkan secara langsung ke harga ekonomi, tidak mungkin," ucap Yudhoyono tanggal 17 September 2005. Presiden tidak menyebut angka kenaikan itu. Tapi, Wakil Presiden, Menko Perekonomian, Ketua Bappenas dan Menteri Keuangan terus-menerus melontarkan angka, satu sama lain tidak sama. Pada akhirnya, Jusuf Kalla mengemukakan harga BBM akan dinaikkan minimal 50 persen, bisa juga 70 persen atau sampai 80 persen. Semua pernyataan itu, ternyata tidak benar. Pada akhirnya, harga BBM dinaikkan rata-rata 128 persen per 1 Oktober 2005. Ketika Jusuf Kalla ditanya soal angka ini, ia jawab enteng: Pemerintah tidak salah. "Angka 50 persen awalnya kan dari Ketua Bappenas. Saya katakan minimal 50 persen. Jadi, kalau 100 persen, ya, pemerintah tidak salah." Ia lupa kenaikan harga BBM per 1 Oktober bukan 100 persen, melainkan 128 persen. Dus, meleset pula dari prediksinya yang "bisa mencapai 80 persen". Siapa sesungguhnya yang mempengaruhi Presiden untuk menaikkan harga BBM rata-rata 128 persen, kita tidak tahu. Yang jelas, Presiden tampaknya "dikerjain", atau diceramahi dengan "angin surga", sebab semua terkejut setelah 1 Oktober, termasuk Dr Sjahrir, penasihat ekonomi Presiden Yudhoyono. Soal timing kenaikan pun terjadi simpang-siur antar petinggi pemerintah. Semula pemerintah mengatakan harga BBM akan dinaikkan lagi pada awal tahun depan. Pertengahan Agustus yang lalu, Presiden mengatakan harga BBM dinaikkan bulan Oktober. Tapi, tiba-tiba Menko Perekonomian mengeluarkan pernyataan bahwa harga BBM akan naik September. Hebat! Beli pesawat Tatkala berita mengenai kenaikan anggaran Kepresidenan sebesar 57 persen mencuat ke permukaan, Presiden Yudhoyono mengaku terperanjat, dan langsung memanggil para menteri terkait untuk membahas dan merevisinya. Anggaran Kepresidenan untuk tahun anggaran 2006 semula dikabarkan melonjak dari Rp 727,7 miliar (2005) menjadi Rp 1,147 triliun. Dan, Presiden mengaku tidak tahu tentang rencana kenaikan itu. Berbagai pihak langsung mengeluarkan kecaman ke alamat Presiden. Presiden dituding tidak tahu malu. Pada saat sebagian besar rakyat menderita kesulitan hidup, terutama akibat kenaikan harga BBM yang gila-gilaan, justru Presiden meminta tambahan anggaran belanja yang tidak masuk akal. Lucunya, pada waktu yang sama, Menteri Keuangan Jusuf Anwar menegaskan proses penyusunan anggaran departemen dan lembaga kepresidenan sudah dibahas dalam sidang kabinet yang dipimpin langsung oleh Presiden. Naskah RUU APBN 2006 pun sudah ditandatangani oleh Presiden untuk diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat. Karena Menteri Keuangan yang mewakili pemerintah dalam pembahasan rencana anggaran 2006, menteri yang satu ini pun menjadi sasaran kritik masyarakat. Dengan nada kesal, Menteri Keuangan menepis sangkaan bahwa instansinya yang membuat anggaran untuk lembaga Kepresidenan. "Itu semua sudah diputuskan di kabinet dan kepalanya adalah Presiden. Jadi, semua orang tahu!" tambah Jusuf Anwar kesal. Apakah Presiden jujur ketika mengatakan ia terkejut membaca kenaikan anggaran instansinya yang besar itu? Ataukah keterkejutan itu tidak lebih impression management semata? Istilah impression management dijumpai dalam buku Erving Goffman, The Presentation of Self in Everyday Life (1959). Menurut Goffman, manusia, siapa pun dia, kerapkali menggunakan topeng (yang bagus) dalam berkomunikasi. Topeng diperlukan untuk citra positif komunikator, sehingga ia dapat memikat komunikan, atau meyakinkan komunikan tentang kejujuran dan kepiawaiannya. Topeng juga diperlukan "to forgo or conceal action which is inconsistent with ideal standards", tulis Goffman. Kenapa harga BBM harus dinaikkan? Menurut retorika pemerintah, hal itu terutama karena kenaikan harga minyak di tingkat internasional yang fantastis. Beban subsidi pun membengkak luar biasa, sehingga beban anggaran sangat berat. Sepertiga anggaran kita habis dipakai hanya untuk subsidi BBM, kata Wakil Presiden sebelum 1 Oktober. Tapi, tiga minggu setelah harga BBM dinaikkan untuk kedua kalinya, Dr Anggito Abimanyu, Ketua Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional, Departemen Keuangan, mengatakan kondisi keuangan negara saat ini sudah baik. "Kita memiliki uang banyak dari minyak ... " Pernyataan ini keluar ketika Anggito diminta pendapatnya tentang rencana presiden membeli pesawat jet pribadi. Pejabat tinggi Departemen Keuangan ini mendukung penuh rencana tersebut. Alasannya, "Ya, kita punya uang banyak, kok!" Sehari setelah itu, Anggito "dijewer" Menteri Keuangan, atasannya langsung. Jusuf Anwar membantah kalau pemerintah punya rencana untuk membeli pesawat jet pribadi Presiden. Prediksi Menteri-menteri kita, terutama yang di bidang ekonomi, juga gemar sekali membuat prediksi. Tragisnya, prediksi kerapkali terlalu dini dilempar ke publik. Padahal yang namanya prediksi, kan masih perlu diuji, jangan terlalu "PD" bicara pada masyarakat. Yang paling memalukan adalah prediksi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, tentang kaitan antara kenaikan harga BBM dan angka kemiskinan. Sejak awal LPEM berkampanye bahwa kenaikan harga BBM jika dibarengi dengan pemberian subsidi langsung kepada rakyat miskin (dalam bentuk BLT, bantuan langsung tunai) mampu menurunkan angka kemiskinan sebesar dua persen (dari 16 persen menjadi 14 persen). Realitanya bagaimana? Jumlah orang miskin bukan berkurang, tapi justru bertambah. Para petugas lapangan Badan Pusat Statistik (BPS) pun kebingungan. Sekitar 50 persen rakyat Indonesia kini berstatus "sangat miskin" atau "hampir miskin" (near poor). Kenyataannya, program BLT tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tujuh minggu setelah Hari-H (1 Oktober 2005), masih jutaan rakyat miskin yang belum menerima BLT. Padahal semula pemerintah berjanji BLT akan diterima rakyat sebelum harga BBM dinaikkan. Celakanya, hasil penelitian LPEM "telanjur" disosialisasikan oleh Wakil Presiden, Ketua Bappenas dan Menko Perekonomian dalam upaya meyakinkan rakyat bahwa kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM yang dibarengi dengan program dana kompensasi sudah benar dan adil. Bukan hanya itu. Sebuah LSM bahkan memasang iklan setengah halaman selama beberapa hari di sejumlah harian ibu kota sebelum 1 Maret 2005. Isinya, secara khusus mencekoki bangsa ini bahwa angka kemiskinan akan turun dan pengangguran akan berkurang. Pernyataan heboh yang diiklankan itu ditandatangani oleh sejumlah nama beken, termasuk mantan menteri di bidang ekonomi era Orde Baru. Memalukan sekali! Masih soal prediksi-memprediksi. Moh Ichsan, Direktur LPEM, menolak keras ramalan para ekonom Indef bahwa kenaikan harga BBM akan mendorong laju inflasi yang tinggi. Ketika pemerintah menaikkan harga BBM pada 1 Maret, inflasi nyatanya hanya naik sebesar 1,9 persen, kata Ichsan. Padahal, pemerintah ketika itu menaikkan harga BBM rata-rata 29 persen. Menko Perekonomian, berdasarkan analisis LPEM, pun menolak keras prediksi Gubernur Bank Indonesia yang mengatakan inflasi tahun 2005 bisa mencapai 14 persen. Ical menuding Burhanuddin orang yang "pesimistis" dan tetap bertahan pada angka 12 persen. Tapi, inflasi kenyataannya meroket 7,5 persen lebih, hanya pada bulan Oktober, akibat kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005. Dan, inflasi 2005 sampai Oktober sudah mencapai 15,7 persen. Para ekonom LPEM dan Menko Perekonomian pun bungkem 100 persen. Sri Mulyani (Ketua Bappenas) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di berbagai kesempatan mengatakan BLT sebesar Rp 100.000 per kepala per bulan dapat meng-offset dampak kenaikan harga BBM bagi rakyat miskin. Jusuf Kalla malah dengan berani membuat rincian hitung-hitungan (breakdown). Dengan kenaikan harga BBM 1 Oktober, kata Wakil Presiden, pengeluaran orang miskin akan bertambah Rp 60.000 per bulan. Maka, dengan memperoleh BLT sebesar Rp 100.000 masih ada kelebihan Rp 40.000 per bulan. Hebat kan? Jadi, rakyat miskin justru sangat diuntungkan akibat kenaikan harga BBM 1 Oktober. Namun, faktanya rakyat di mana-mana berteriak, karena daya beli mereka betul-betul terhimpit nyaris rata (leveling) dengan permukaan tanah. Gubernur Jakarta Sutiyoso akhirnya mengakui secara jujur bahwa BLT Rp 100.000 tidak cukup untuk meng-offset penderitaan rakyat miskin akibat kenaikan harga BBM sebesar 128 persen itu. Kenaikan Harga Dua hari menjelang kenaikan harga BBM 1 Maret 2005, pemerintah (yang antara lain diwakili oleh Ketua Bappenas, Menteri Keuangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral serta Menko Perekonomian) memberikan jaminan kepada DPR bahwa harga-harga barang takkan naik. Sehari setelah harga BBM kembali dinaikkan pada 1 Oktober, Menteri Perdagangan dan Menko Perekonomian mengemukakan kepada pers bahwa dampak kenaikan harga BBM takkan diikuti kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Alasannya, persediaan kebutuhan pokok cukup. Faktanya, ketika harga barang dan jasa, termasuk cabai, terasi dan sayur-mayur, naik berkisar 15 sampai 25 persen, apa tanggapan pemerintah? Sebetulnya, kebiasaan banyak ngomong dan omongan satu sama lain kerap tidak konsisten juga ada pada diri Presiden. Ambil misalnya soal reshuffle kabinet. Pernyataan Yudhoyono dalam soal ini dari hari ke hari terus berubah-ubah. Semula Yudhoyono sendiri yang berjanji kepada rakyat bahwa ia akan mengevaluasi kabinet setelah berusia setahun. Jika dalam evaluasi ternyata ada menteri yang kinerjanya tidak baik, ia tidak segan-segan untuk menggantinya. Selama 1,5 tahun terakhir, soal reshuffle kabinet ini ditanggapi beragam pernyataan oleh Yudhoyono: Dari mulai tidak harus mengganti menteri, cuma ganti tempat, hanya satu dua menteri yang akan diganti hingga pernyataan terakhir di Seoul, 19 November yang lalu, bahwa reshuffle kabinet bukanlah tujuan. Tujuan kita adalah bagaimana supaya bangsa Indonesia maju. Bapak Presiden, siapa yang pernah mengatakan bahwa pergantian kabinet adalah tujuan? Semua orang tahu bahwa pergantian kabinet sepenuhnya hak prerogatif Presiden. Masalahnya, Yudhoyono mau tidak? Masalahnya, Yudhoyono merasa perlu atau tidak? Apakah Yudhoyono masih ingat dan merasa terikat dengan komitmennya yang dilontarkan dalam kampanye-kampanye pemilihan presiden tempo hari? Masyarakat hanya memberikan masukan: (a) bahwa sejumlah menteri Kabinet sekarang betul-betul tidak performed atau buruk kinerjanya, (b) bahwa Presiden perlu mengganti menteri-menteri yang dimaksud jika Presiden masih mengharapkan dukungan rakyat, dan (c) bahwa jika Presiden tidak melakukan reshuffle, pasar akan kehilangan kepercayaan pada pemerintah sehingga kredibilitas pemerintah akan jatuh. Bagaimana Presiden masih mempertahankan menteri-menteri yang banyak disorot dan yang dicemooh masyarakat ketika mereka menginspeksi pasar? Masukan dan saran dari para ahli, pengamat dan politisi memang bisa meleset, bahkan mungkin saja didasarkan atas kepentingan sempit. Tapi, jika suara masyarakat sudah menjadi public agenda (dalam teori agenda setting). Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh. Di mana-mana sudah terbukti bahwa pemimpin bangsa yang melawan opini publik akan jatuh atau pemerintahannya berjalan terseok- seok. Percayalah, Bapak Presiden! * Penulis adalah pengajar di Universitas Pelita Harapan Last modified: 28/11/05 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> AIDS in India: A "lurking bomb." Click and help stop AIDS now. http://us.click.yahoo.com/VpTY2A/lzNLAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/