GALAMEDIA
12/07/2005 Kesehatan Reproduksi di Indonesia Memprihatinkan

      Oleh: EFRIE CHRISTIANTO
      (WARTAWAN HU GALAMEDIA)
     

MUNCUL perasaan tak percaya saat penulis mengetahui betapa rentannya kondisi 
kesehatan reproduksi di Indonesia. Tak hanya itu, ternyata kondisi sebagian 
besar kesehatan perempuan Indonesia di segala tingkatan, mulai dari anak 
balita, remaja, dewasa, dan orang tua sangat memprihatinkan.

Hal ini setidaknya terbukti dari beberapa indikator. Seperti angka kematian ibu 
dan anak Indonesia yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan, angka 
yang didapat dari hasil survei demografi dan kependudukan Indonesia 2002/2003 
itu merupakan tertinggi di kawasan ASEAN.

Selain itu, jumlah penderita anemia (kurang darah) di tingkat remaja putri 
cukup tinggi, yaitu mencapai 57%. Kemudian angka penderita HIV/AIDS perempuan 
pada Desember 2004 mencapai 1.393 kasus dari total 6.050 kasus.

Ironisnya lagi, kasus-kasus pelanggaran terhadap hak reproduksi perempuan 
dewasa juga kian marak. Hal itu bisa dilihat dari kasus pemerkosaan dalam 
perkawinan, perjodohan, larangan aborsi, pelecehan seksual, penyiksaan, paksaan 
terhadap penggunaan alat kontrasepsi, tidak adanya akses mudah terhadap 
informasi tentang masalah kesehatan reproduksi, dan berbagai bentuk 
diskriminasi yang menomorduakan kedudukan perempuan.

Bisa jadi semua kejadian itu disebabkan belum adanya payung hukum yang 
benar-benar melindungi hak-hak reproduksi perempuan. Selain itu, minimnya 
informasi tentang kesehatan reproduksi pun bisa menjadi sebab, mengapa 
kasus-kasus pelanggaran terhadap hak reproduksi perempuan masih kerap terjadi.

Sebenarnya angin segar akan adanya payung hukum yang bisa melindungi hak-hak 
reproduksi perempuan di Indonesia hampir saja terwujud. Sebab melalui hak 
inisiatifnya, DPR RI 1999-2004 telah mengusulkan rancangan perubahan UU No. 
23/1992 tentang Kesehatan yang disetujui oleh semua fraksi.

Bahkan Ketua DPR RI waktu itu, Akbar Tandjung telah menyampaikan surat kepada 
Presiden Megawati untuk mendapatkan persetujuan pemerintah atas rancangan 
perubahan tersebut. Namun lagi-lagi, seiring dengan berakhirnya masa jabatan 
presiden dan DPR RI periode 1999-2004 pada Oktober lalu, pembahasan perubahan 
terhadap UU Kesehatan tersebut ditunda untuk dibahas pada sidang DPR-RI periode 
2004-2009.

Padahal, sudah seharusnya pemerintah segera menerbitkan amanat presiden untuk 
menindaklanjuti perubahan terhadap UU No. 23/1992 tentang Kesehatan. Perubahan 
itu khususnya mengenai kesehatan reproduksi perempuan yang dibahas dalam bab 
tersendiri. Sebab jika tidak, sampai kapan pun hak-hak reproduksi perempuan 
akan sulit dilindungi tanpa adanya payung hukum yang jelas.

Selain masalah payung hukum, pemerintah juga diharapkan lebih gencar lagi 
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi, terutama kepada kaum remaja. 
Jika hal ini tidak dilakukan, dikhawatirkan akan berdampak terhadap sinergisme 
kaum remaja di Indonesia pada masa-masa mendatang.

Disadari atau tidak, kaum remaja saat ini membutuhkan informasi, pendampingan, 
dan pendidikan yang baik demi memenuhi hak kesehatan reproduksi yang baik dan 
seksualitas mereka melalui pelayanan yang ramah remaja (youth friendly).

Perlunya remaja mendapat layanan seperti ini, setidaknya terungkap dari hasil 
penelitian yang dilakukan Tim PKBI Pusat dan PSS PKBI DIY sejak tahun 2002 
hingga 2004 lalu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terungkap, bahwa 96,56% 
remaja Indonesia dan 96,42% remaja di DIY, memerlukan layanan kesehatan 
reproduksi.

Sebab youth friendly dinilai bisa meningkatkan akses pengetahuan dan sikap 
remaja tentang kesehatan reproduksi. Namun tidak selalu berpengaruh pada 
perilaku seksual mereka. Dengan kata lain, minimnya informasi seks dan 
kesehatan reproduksi bagi remaja akan menjadi berbahaya bila tidak terpenuhi. 
Hal itu di sebabkan remaja akan mencari-cari informasi yang sangat dimungkinkan 
tidak bertanggung jawab dan justru akan berakibat fatal.

**

PENDUDUK dunia menurut laporan Divisi Kependudukan PBB diperkirakan meningkat 
40%, yaitu dari 6,5 miliar menjadi 9,1 miliar jiwa menjelang 2050. Rumitnya 
lagi, hampir semua pertambahan itu terjadi di negara berkembang, termasuk 
Indonesia tentunya. Sebaliknya, penduduk negara maju akan tetap bertahan pada 
angka 1,2 miliar jiwa.

Menurut laporan itu, India akan mengambil alih posisi sebagai negara 
berpenduduk terbesar dari Cina sebelum 2030 atau 5 tahun lebih awal dari 
perkiraan sebelumnya. Kondisi ini tentu saja akan memberikan tekanan tersendiri 
bagi dunia internasional.

Selain itu, dalam laporan itu diprediksi pula warga di 50 negara termiskin 
dunia lebih banyak dua kali lipat menjelang 2050. Laporan itu menyebutkan bahwa 
negara-negara seperti Afganistan, Chad, dan Timor Leste akan mencatat jumlah 
penduduk mereka lebih banyak tiga kali lipat.

Pada bagian lain laporan itu diungkapkan pula, Afrika yang berbeda dari kawasan 
lain, harapan hidup rata-rata pada saat kelahirannya menurun dari 62 tahun pada 
1995 menjadi 48 tahun antara 2000 dan 2005. Penurunan drastis itu dikaitkan 
dengan terus menyebarnya HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya serta konflik 
bersenjata dan kemandekan ekonomi.

Tentu saja Indonesia sebagai negara berkembang dan memiliki penduduk cukup 
besar di dunia harus pula mengantisipasi kondisi tersebut. Sebab kita tidak 
dapat menutup mata, sejak merebaknya krisis moneter pada pertengahan 1997, 
kemudian diikuti oleh krisis multidimensional hingga sekarang, upaya untuk 
menekan angka kelahiran melalui program keluarga berencana (KB) tidak lagi 
berjalan mulus.

Apalagi sejak terjadinya krisis, jumlah penduduk miskin terus naik. Saat ini, 
jumlah penduduk miskin di Indonesia diperkirakan sudah mencapai angka 36 juta 
jiwa. Kondisi ini makin diperparah lagi dengan dihentikannya bantuan alat 
kontrasepsi (alkon) dari Amerika Serikat dan Masyarakat Ekonomi Eropa maupun 
lembaga internasional lainnya yang selama ini menjadi donatur dalam gerakan KB 
nasional. Hanya Kanada yang masih melanjutkan bantuan alkon suntik dan kondom.

Terlepas dari itu, bagaimanapun program KB harus tetap berhasil sehingga 
ledakan penduduk pada 2050 seperti yang diramalkan PBB tidak terjadi. Selain 
itu, dengan keberhasilan menjaga program KB, khususnya di Indonesia, jumlah 
penduduk diharapkan dapat ditekan seminimal mungkin. Semoga! **




[Non-text portions of this message have been removed]



WM FOR ACEH
Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara!
Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu No 
Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti.
Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129.

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke