Korban Aliran Al-Quran Suci Belum Pulang Lebaran
Selasa, 16 Oktober 2007 | 21:12 WIB 



TEMPO Interaktif, Bandung:
Fitriyanti, 19 tahun, yang diduga menghilang sejak terlibat aliran Al-Quran 
suci sebulan lalu, hingga H+3 Lebaran (Selasa 16/10) ini belum kembali ke rumah 
orang tuanya di Jalan Desa, Kiaracondong, Bandung. 

"Belum ada kabar sedikitpun, pesan pendek atau telepon, kapan dia akan pulang. 
"HP-nya juga belum bisa dihubungi," kata orang tua Fitriyanti, Yana Mulyana, 45 
tahun, saat dihubungi di Bandung, Selasa (16/10) malam. 

Yana pun mengaku belum menerima kabar terbaru perkembangan penyelidikan dari 
polisi atas hilangnya Fitriyanti. "Minggu lalu saya pernah tanya, tapi katanya 
belum ada perkembangan. Minggu ini saya belum tanya ke polisi lagi," katanya.

Yana mengatakan hingga kini pihaknya hanya bisa menunggu. Yana sekeluarga tak 
putus berdo'a agar Pipit, panggilan akrab Fitriyanti, segera kembali ke rumah. 
"Saya yakin dia akan pulang ke rumah suatu saat, dia 'kan pergi untuk masantren 
(belajar di pasantren)," katanya. 

Jumat (5/10) lalu, Yana melaporkan peristiwa menghilangnya Fitriyanti ke 
Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung. Gadis yang biasa dipanggil Pipit ini 
diduga menghilang bersama temannya, Achri Yani Yuvie, yang diduga terlibat 
aliran Al-Quran suci. 

"Saya melapor setelah melihat foto Yuvie di koran," kata Yana . Dia ingat 
persis wajah Yuvie yang disiarkan media itu sempat beberapa kali ke rumahnya 
mengunjungi anaknya. Dia juga ingat anaknya sempat mengaku aktif dalam 
pengajian yang diikuti Yuvie. 

Polisi Bandung menindaklanjuti laporan Yana dengan mengumpulkan informasi serta 
menyebar foto Pipit dan Yuvie ke ke seluruh kepolisian sektor dan resort di 
seluruh wilayah Jawa Barat. Penyebaran foto tersebutb untuk mengantisipasi 
kemungkinan kalau korban berada di luar Bandung. 

Pipit, guru sebuah taman kanak-kanak di Kiaracondong, meninggalkan rumah pada 7 
September lalu untuk mengikuti pesantren kilat di kawasan Dago, Bandung . Meski 
mengijinkan Pipit, Yana mengaku tak sempat meminta alamat lengkap pesantren 
yang didatangi anaknya itu. 

Belakangan Yana menyesal setelah anaknya tak bisa dihubungi dan tak kunjung 
kembali ke rumah. Dia pun mengaku sempat mencari putri tunggalnya itu ke 
teman-temannya hingga pesantren-pesantren yang ada di kawasan Dago. "Ke 
Pesantren Baabussalam, dan lain-lainnya di Dago, bahkan ke Daarut Tauhid di 
daerah Ledeng. Tapi dia (Pipit) tidak ditemukan,"katanya. Erick Priberkah Hardi


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke