Refleksi: Apa komentar Anda setelah membaca artikel dibawah ini?

http://www.indomedia.com/poskup/2007/11/11/edisi11/gaul.htm


Malas sekolah, ingin segera menikah

Dokter Valens Yth,

Salam dalam damai. Awal kata saya memperkenalkan diri saya sebagai Ai S. Gadis 
18 tahun, siswi kelas III pada salah satu SMA di Flores. Saya dari keluarga 
biasa saja dan rumah kami berada agar di luar kota. Untuk itu setiap hari ke 
sekolah saya mesti naik angkot (angkutan kota). Dari sanalah awal mula saya 
mengenal Laurens, Pemuda ini pernah kuliah tapi DO (drop out) dan pergi 
merantau ke Malaysia. Dua tahun lalu pulang kampung dan menjadi supir angkutan 
kota milik keuarganya. Persahabatan kami berlanjut dan sudah setahun ini kami 
pacaran.

Masa pacaran kami ini sangat romantis. Laurens berusaha pagi pasa jam sekolah 
dia lewat di depan rumah sehingga bisa jemput saya. Melihat kebaikan hatinya, 
sayapun mulai tertarik dan akhirnya saya benar-benar jatuh cinta. Ketika ulang 
tahun saya, teman kelas saya tidak tahu tapi Laurens menjemput saya pagi-pagi, 
kami keluar kota. Kami merayakan di suatu tempat berdua saja. Saat itu kami 
sudah seperti suami istri. Sayapun mulai malas sekolah karena saya pikir 
mungkin lebih baik saya keluar saja dari sekolah dan menikah dengan Laurens. 
Saya tahu persis walaupun saya tamat SMA pun, tidak mungkin saya lanjutkan 
sekolah. Namun urusan kami menjadi rumit ketika orangtua tahu ketika saya 
sering bolos sekolah dan ikut pergi dengan Laurens. Bapak saya pergi menemui 
orangtuanya dan berkata keras. "Kalau berani Laurens kawin dengan Ani, kalian 
akan bayar dengan belis mahal", begitu tegas orangtua saya.

Dokter tahu sendiri, di daerah Flores kalau belisnya mahal berarti akan berat 
bagi keluarga Laurens. Pernah sekali saya dengan Laurens berencana akan pergi 
saja diam-diam ke tempat kakaknya di Denpasar. Kalau perlu kami akan menikah 
disana. Setelah punya anak baru kami pulang, pasti orangtua tidak akan marah 
lagi. Tapi Laurens malah takut ketika kami kembali belis bisa saja ditagih 
lebih mahal lagi.

Dokter, mengapa cinta harus jadi rumit begini. Sejak ada masalah begini, saya 
selalu diawasi oleh keluarga. Kalau mereka tahu saya pergi dengan Laurens, maka 
ketika pulang saya dipukul. Dokter, apakah saya harus putus dengan Laurens yang 
saya sangat cintai. Diapun begitu mencintai saya. Apalagi semua miliku sidah 
kuserahkan padanya. Dokter, bantu saya dengan nasehat yang dapat saya pakai 
untuk menghadapi situasi ini. Akhirnya atas bantuan dokter, saya ucapkan 
terimah kasih. Salam, Ani S.-Flores.

Saudari Ani SSalam damai buat Anda. Anda saat ini berumur 18 tahun. Dalam umur 
seperti ini Anda dikategorikan dalam kelompok remaja atau dewasa muda. Karena 
Anda belum dewasa penuh, maka Anda masih di bawah pengawasan dan kendali 
orangtua. Di negara barat, seorang anak di atas 20 tahun dianggap sudah dewasa 
dan mulai diberi kebebasan mengambil keputusan untuk menentukan jalan hidupnya. 
Untuk kita di Indonesia mengelompokkan umur semacam itu tidak seragam untuk 
setiap daerah, karena masih tergantung pada adat dan budaya setempat.

Menurut para pakar, kematangan psikologis di negara barat lebih cepat 
dibandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia. 
Anda masih termasuk dalambelum matang dan belum bisa mengambil keputusan untuk 
diri sendiri. Dengan demikian, campur tangan orangtua masih pantas Anda 
perhitungkan. Dari surat Anda, saya melihat bahwa reaksi keras orangtua 
sebetulnya didasarkan pada kasih sayang yang besar dari mereka buat Anda. 
Mereka melihat bahwa manusia adalah makluk sosial yang dalam kehidupannya 
sehari-

hari berinteraksi dengan banyak orang. Dan, Anda cenderung mengecilkan 
kehidupan sosial itu. Pandangan Anda saat ini dikaburi oleh cinta (pertama?) 
sehingga dunia pun dianggap hanya berisi Anda dan Laurens. Orangtua tua mencoba 
membuka mata Anda (dengan agak keras bahkan dengan cara paksa), bahwa kalau 
Anda dapat menyelesaikan sekolah, maka setidak-tidaknya selain Anda berarti 
buat Laurens, juga berarti buat orang lain. Dengan sekolah pun, Anda lebih 
mudah memahami orang lain dalam arena kehidupan sosial itu. Oleh karena itu, 
solusi pertama yang Anda perlu ingat adalah selesaikan sekolah dulu baru 
berpikir tentang nikah dengan Laurens. Hal yang kedua yang patut Anda ingat 
adalah bahwa Anda berdua saat ini sedang bermain api dan air di tepi jurang 
(Anda terlalu berani bermain cinta). Anda berdua bisa terbakar, Anda berdua 
bisa basah dan lagi Anda berdua bisa jatuh ke dasar jurang. Kekasaran orangtua 
terhadap Anda adalah bagian dari uluran tangan untuk menyelamatkan Anda, agar 
tidak terbakar, agar tidak basah dan agar tidak terkapar di dasar jurang. 
Apakah Anda masih juga menampiknya? Cinta yang benar harus tumbuh dari 
kematangan, bukan dari keterlanjuran. Masih ada waktu untuk Anda bertahan agar 
cinta Anda dan Laurens bisa tumbuh dan menjadi matang secara bertahap. 
Keterlanjuran yang sudah ada jangan diulang dan diperparah. Yakinkan diri Anda 
berdua bahwa waktu Anda masih panjang,tak perlu sesegara ini menikah. Toh, Anda 
berdua masih muda. Dengan mengerem laju cinta anda, maka banyak hal 
tersembuhkan. Diantaranya, Anda bisa tamat SMU, Laurens masih bisa timbul lebih 
banyak uang untuk masa depan kalian, kemarahan orangtuapun bisa redah, Anda 
masih bisa bermain dengan teman-teman sebaya Anda di sekolah. Dan, yang penting 
adalah Anda masih cukup waktu memperlihatkan senyum remaja Anda. Bilah sudah 
nikah maka itu semua tak akan terulang lagi. Soal belis yang dilipat gandakan, 
itu adalah bagian dari hukuman dan denda terhadap ketidakmampuan Anda dan 
Laurens mengikuti kehendak orangtua saat ini. Saya yakin bila Anda bisa 
menunggu sampai dewasa benar dan mampu menggunakan cara-cara simpatik, maka 
semua itu akan menjadi lebih ringan dan menyejukkan hati. Tak lari gunung 
dikejar, kalau memang jodoh, tak perlu setengah mati berkorban. Salam, dr. 
Valens Sili Tupen, MKM


-- 
I am using the free version of SPAMfighter for private users.
It has removed 83 spam emails to date.
Paying users do not have this message in their emails.
Get the free SPAMfighter here: http://www.spamfighter.com/len


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke