http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/12/08084468/mari.ramai-ramai.habiskan.anggaran...

Mari, Ramai-Ramai Habiskan Anggaran...

 
KOMPAS/AGNES RITA SULISTYAWATY
Jalan rusak terdapat di sejumlah tempat di jalur lintas barat Sumatera. Jalan 
di Jorong Kampung Alang, Nagari Muara Kiawai, Kecamatan Gunung Tuleh, Kabupaten 
Pasaman Barat ini adalah salah satu contohnya. Kendaraan yang melintas harus 
ekstra hati-hati karena lubang besar menghadang di tengah jalan aspal. Jalur 
ini menghubungkan Provinsi Sumatera Barat dengan Sumatera Utara. 

Soal Hutang APBN, Pemerintah Harus Transparan/KompasTV
Artikel Terkait: 
  a.. Hingga Akhir Tahun, Penyerapan Transfer Daerah Hanya 95 Persen 
  b.. Depkeu Waspadai Main Sulap Pencairan Anggaran di Akhir Tahun 
  c.. Empat Langkah Percepat Penyerapan Anggaran 
  d.. Sebulan, Pemerintah Harus Habiskan Rp 120 Triliun 
  e.. Belanja PU Kelar Akhir Tahun Depan 
Jumat, 12 Desember 2008 | 08:08 WIB
Oleh Suhartono

Pada jajaran birokrasi pemerintahan, sudah lama ada kebiasaan di akhir tahun 
anggaran suka membuat proyek baru dan sifatnya dadakan. Proyek baru tersebut 
sering dituding sebagai cara ramai-ramai birokrasi menghabisi anggaran 
departemen yang masih tersisa, supaya seluruh anggarannya bisa terserap dan 
tahun depan tetap bisa mengajukan yang lebih besar lagi.

Di beberapa departemen seperti Departemen Pertanian dilaporkan juga baru 
melakukan sejumlah pelatihan bagi pegawainya, yang lokasinya di luar kota. 
Selain itu, ada juga departemen dan instansi Pemerintah yang tiba-tiba 
merenovasi bangunan kantornya.

Sejumlah wartawan tiba-tiba di akhir tahun ini juga banyak menerima undangan 
diskusi di kawasan Puncak, Bogor. "Kemarin saya ikut diskusi di Bulog, minggu 
besok lagi ikut diskusi di Kementerian Negara Koperasi dan UKM," ungkap seorang 
wartawan radio.

Di Istana Negara dan Istana Merdeka, penggantian karpet merahnya oleh pengelola 
Rumah Tangga Istana baru-baru ini, sempat pula dituduh cara-cara menghabiskan 
anggaran di akhir tahun. Nilai proyek penggantian karpet itu disebut-sebut 
miliaran rupiah.             

Di Istana Wakil Presiden, juga ada tuduhan sejenis. Pasalnya, tiba-tiba semua 
pohon dan tanaman besar yang terletak di halaman Istana Wapres, ditempeli papan 
nama yang bertuliskan nama jenis pohon berikut nama latinnya. Padahal, 
sebelumnya pohon dan tanaman itu tak bernama. Seorang staf di Istana Wapres 
sempat berkomentar, proyek kecil-kecilan itu untuk menghabiskan anggaran 
Sekretariat Wapres yang masih tersisa. "Kalau mau menata, seharusnya dari 
dulu-dulu. Kenapa baru sekarang," ujarnya.

Benarkah demikian? Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Achmad Rusdi membantah. 
Penggantian karpet lama dengan yang baru itu sudah kita rencanakan hampir 
setahun lalu. Karena itu menyangkut rancangan desain dan tender pengadaan 
barangnya. Jadi, bukan dadakan dan untuk menghabiskan anggaran akhir tahun, 
tandasnya, seraya menyebut karpet merah itu belum diganti sejak masa Presiden 
Megawati Soekarnoputri.

"Presiden kan, harus memberi contoh. Jadi, tidak mungkin Istana ikut-ikutan 
menghabiskan anggaran. Sejak dua tahun lalu, anggaran Kepresidenan selalu 
tersisa sampai Rp 50-60 miliar," tambahnya.

Bantahan yang sama juga disampaikan Deputi Seswapres Bidang Administrasi Henry 
Sulistyo. Pembuatan papan nama pohon itu sudah direncanakan lama, namun 
realisasinya baru sekarang. "Jadi, tidak benar mau sekadar menghabiskan 
anggaran," ujar Henry.

Diakui Henry, pembuatan sekitar 100 papan nama itu hanya proyek kecil, yang 
nilainya di bawah Rp 50 juta sehingga tidak menggunakan tender. "Pak Wapres 
sudah mewanti-wanti dan sering mengontrol, sehingga kita tidak mungkin kita 
main-main anggaran, sekadar untuk itu," lanjutnya.

Namun, di mata Inspektur Jenderal (Irjen) Departemen Keuangan Hekinus Manao, 
kecenderungan sejumlah birokrasi pemerintah menghabiskan dana di akhir tahun 
anggaran sudah lama menjadi keprihatinannya. "Memang, tidak semua melakukan. 
Akan tetapi, ini kebiasaan yang harus diubah," ujar Hekinus.

Ia pun bertekad tahun depan akan mewaspadai agar tidak terjadi pencairan 
anggaran dan permainan sulap yang bisa merugikan negara. Kecenderungan ini 
sudah lama terjadi. "Tim saya akan mewaspadai. Seharusnya, pencairan anggaran 
itu berlangsung tiap waktu secara berkesinambungan, dan tidak menumpuk di akhir 
tahun," tambahnya.

Menurut dia, jika anggaran departemen setiap tahunnya tersisa, dana itu tidak 
boleh dialihkan ke tahun depan. Konsekuensinya, tahun anggaran berikutnya, DPR 
dan Pemerintah bisa saja hanya menyetujui besaran dana yang jumlahnya lebih 
kecil dari sebelumnya, mengingat anggaran sebelumnya tak terpakai seluruhnya. 
Jangan-jangan karena itu, para birokrasi mengakali anggaran? Weleh-weleh...  


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke