http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010022800082314

      Minggu, 28 Februari 2010 
     
      BURAS 
     
     
     
Mencetak Anggota DPR Jadi 'Yes-Men'! 

       
      H. Bambang Eka Wijaya



      "APA mungkin mencetak mayoritas anggota DPR jadi yes men, seperti era 
Orde Baru?" tanya Umar.

      "Ada kesan, itu yang dengan usaha keras akan dibuktikan dalam sidang 
paripurna DPR awal Maret!" jawab Amir. "Jika itu bisa terwujud, layak dicatat 
dengan tinta emas sukses gemilang usaha reorientasi ke sistem politik Orde 
Baru! Sekaligus berarti, kembalinya legislatif sebagai cabang atau subordinat 
dari kekuasaan eksekutif! Dalam versi Orde Baru, posisi itu yang paling benar 
bagi DPR dalam sistem presidensial!"

      "Pertanyaannya, apakah itu mungkin?" sela Umar.

      "Sesuatu yang diusahakan sungguh-sungguh, tentu punya kemungkinan!" tegas 
Amir. "Apalagi secara matematis, sejak jauh hari telah diwujudkan koalisi 
mayoritas mutlak di DPR! Jadi, sesuai prinsip berkoalisi, jika itu yang 
diinginkan koalisi, seharusnya terwujud!"

      "Kalau hal yang matematis dan prinsip itu tak bisa diwujudkan, masalahnya 
apa?" tanya Umar.

      "Masalah utamanya soal mode! Anggota DPR yes men itu kuno, out of date!" 
tegas Amir. "Banyak anggota DPR yang malu menyandang sebutan itu, apalagi jadi 
stigma di jidatnya! Kesan itu mencolok di forum Pansus Skandal Bank Century, di 
mana meski partainya masuk koalisi untuk seia-sekata dan satu front perjuangan, 
banyak anggota DPR yang tak mengekspresikan kewajiban koalisi itu! Bahkan 
mengambil posisi di front berseberangan!"

      "Jadi karena keinginan mencetak mayoritas anggota DPR menjadi yes men itu 
memutar jarum sejarah ke belakang, menarik mundur waktu, kembali ke zaman yang 
ingin dilupakan?" tukas Umar. "Tapi itu karena ditampilkan di layar televisi 
dengan gaya orang per orang! Kalau di paripurna yang lebih menonjol 
ombyokan--fraksi--serta kuatnya kontrol partai pada fraksi, dalam prakteknya 
tak menonjol lagi gaya perorangan di televisi, kemungkinannya kan bisa berbeda!"

      "Apalagi kalau voting tertutup, tak ketahuan siapa memilih apa, profil 
yes men tak lagi mencolok di jidat perorangan!" tegas Amir. "Peluang mencetak 
yes men itu terbuka lebih lebar!"

      "Tapi tak semua anggota DPR secara sembunyi-sembunyi di balik voting 
tertutup itu mau menjadi yes men!" timpal Umar. "Mungkin karena merasa masih 
punya nurani, atau terikat komitmennya pada amanat rakyat yang tak pantas 
dikhianati!"

      "Sebaliknya, dengan voting tertutup juga orang lebih mudah menjaga 
idealismenya untuk tidak jadi yes men, karena tak bisa dibuktikan dan tak elok 
ditebak-tebak apa sebenarnya pilihan yang ia berikan saat voting!" tegas Amir. 
"Jadi, meski fraksi atau partainya telah terikat koalisi, jika dilakukan voting 
tertutup jumlah hasil dukungan pada koalisi bisa meleset dari hitungan 
matematis total jumlah anggota koalisi!"

      "Jadi, sejauh mana sukses mencetak anggota DPR jadi yes men tergantung 
voting skandal Century!" tukas Umar. "Kita doakan, semoga sukses!" **
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke