http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=13563
Multikompleks Praktik Trafficking oleh Wakhid Susanto Kamis, 13-April-2006, 02:25:084 clicks Membicarakan kasus-kasus trafficking (perdagangan manusia) seolah tak ada habisnya. Ibarat luka, luka itu telah menganga begitu lebar dan tak kunjung sembuh, bahkan makin parah! Berita tentang perempuan-perempuan Indonesia yang diperdagangkan dan disiksa di luar negeri menjadi jeritan pilu perempuan-perempuan kita yang belum sepenuhnya bebas dari perbudakan gaya baru tersebut. Bahkan, menurut perkiraan Global March Against Child Labour (2002), di Indonesia, jumlah perempuan dan anak korban trafficking mencapai 700 ribu sampai satu juta orang per tahun! Sungguh mencemaskan sekaligus mengerikan! Dari paparan Kompas (15/02/04), Indonesia merupakan ladang subur atau sumber, tempat transit, dan tujuan trafficking. Untuk keperluan dalam negeri, korban banyak berasal dari Belawan, Binjai, Palembang, Pariaman, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Samarinda, Singkawang, Pontianak, Makassar, Kendari, dan Manado. Umumnya mereka dikirim ke Belawan, Sibolangit, Bandar Baru, Deli Serdang, Batam, Tanjung Balai, Karimun, Dumai, Tanjung Batu, Palembang, DKI Jakarta, Solo, Jogjakarta, Surabaya, dan Denpasar. Sebagai tempat transit adalah Pontianak, Makassar, Batam, Tanjung Pinang, Bandar Lampung, Medan, dan DKI Jakarta. Sementara korban trafficking untuk keperluan luar negeri kebanyakan dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan. Ke mana mereka dikirim? Antara lain, ke Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong, Taiwan, Korea, Jepang, Australia, Timur Tengah, Inggris, dan Eropa. Dari data-data tersebut kita semakin merinding bahwa praktik perdagangan manusia di Indonesia sudah sedemikian parah dan segera diatasi. Parahnya, dari data tersebut dapat diperkirakan korban trafficking mencapai jutaan orang. Para korban umumnya dijadikan pekerja seks komersial (PSK), pekerja/buruh murah, pembantu rumah tangga (PRT), pengemis yang diorganisasi, pengedar narkoba, pekerja di tempat hiburan, konsumsi pengidap pedofilia, pengantin pesanan (mail order bride), dan donor paksa organ tubuh. Proses trafficking umumnya terdiri atas rekrutmen, transportasi, transfer (alih tangan), penampungan, dan penerimaan. Modus operandi rekrutmen biasanya dengan bujuk rayu, janji pekerjaan dengan gaji besar, berbagai kesenangan dan kemewahan yang menarik kelompok sasaran anak baru gede (ABG), janda muda, dan perempuan desa yang ingin mengubah nasib. Trafficking manusia adalah kegiatan ilegal yang melanggar hak asasi manusia (HAM), seperti hak untuk hidup bebas dan merasa aman, bebas dari penyiksaan, kekejaman, dan perlakuan yang tidak manusiawi, atau penghukuman. Multikompleks Bila kita melihat akar permasalahannya, isu trafficking masih seputar isu kemiskinan. Pendapat ini memang masih berkorelasi cukup dominan bila kita melihat latar belakang korban yang berasal dari daerah kategori merah (kantong-kantong) kemiskinan yang tersebar di daerah-daerah Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Lombok, dan NTT. Meski masalah kemiskinan masih dianggap pemicu utama akar masalah trafficking, rupanya faktor-faktor lain juga berpengaruh dan menjadikan trafficking sebagai masalah multikompleks dan multifaset. Selain kemiskinan, setidaknya ada tiga substansi yang memicu perdagangan perempuan sedemikian langgeng dan sulit diatasi. Pertama, kompleksitas situasi. Perlu dicatat permasalahan trafficking melibatkan banyak pihak yang bermain (korban, calo, agen, makelar, konsumen). Dengan demikian trafficking adalah sebuah tindakan kriminal yang sistematik, rapi, dan terorganisasi. Kejahatan seperti ini jelas akan menggurita dan beranak-pinak, Kedua, kelemahan struktur hukum, sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Yang ironis kita baru akan membuat UU tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. Padahal, sudah ribuan orang menahan perih tersia-sia di negeri orang. Sikap pemerintah yang terlambat ini membuat gusar banyak LSM Perempuan. Budaya patriarkis yang masih membelenggu kaum perempuan juga semakin menyudutkan perempuan pada posisi yang lemah dan rendah. Ketiga, terkait sikap permisif terhadap gaya hidup hedonis dan konsumtif. Iming-iming hidup mewah dan tercukupi segala kebutuhan hidup dan buaian lainnya semakin mendorong masyarakat melupakan hidup sederhana. Kasus seorang ibu yang menjual kegadisan anak perempuannya untuk senang-senang adalah potret kelamnya kehidupan masyarakat kita. Faktor-faktor itulah yang dapat melanggengkan praktik-praktik perdagangan perempuan di tanah air. *Penulis adalah mahasiswa Universitas Negeri Jogjakarta, email: [EMAIL PROTECTED] -- ---------------------------------------- I am using the free version of SPAMfighter for private users. It has removed 141 spam emails to date. Paying users do not have this message in their emails. Try www.SPAMfighter.com for free now! [Non-text portions of this message have been removed] Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/