http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/22/0902.htm
Negeri yang Terus Didera Masalah Oleh SOEROSO DASAR SUATU ketika, Umar Khayam seorang budayawan terkenal dari Yogya yang juga mahaguru pada Universitas Gadjah Mada dipanggil oleh ibunya. Sang ibu sudah renta itu ternyata sangat menginginkan Khayam dalam waktu dekat dapat menunaikan ibadah haji. Sebagai anak yang berbakti, Khayam hanya mengangguk dan tidak menjawab ucapan ibunya. Khayam tidak mempunyai keberanian pergi haji saat itu karena terobsesi banyak kata orang bahwa ke haji merupakan miniatur akhirat. Di sana akan dihisab atas segala perbuatan kita di dunia selama ini. Sehingga tidak sedikit orang yang tidak berani menunaikan ibadah haji walaupun seluruh persyaratannya sudah memenuhi. Singkat cerita, setelah tahun berselang, pemerintah memberikan "hadiah" pergi ke haji gratis kepada 3 (tiga) orang budayawan Indonesia yang berjasa dan ternama. Mereka adalah A.A. Navis, Emha Ainun Najib, dan Umar Khayam sendiri. Tatkala menerima surat pemberitahuan kepergian itu, Khayam tertunduk dan gemetar. Dia berlutut dengan posisi tangan kiri memegang surat dan tangan kanannya menengadah ke atas. Dengan suara parau berkata "Ya Allah, kalaulah ini cara- Mu mengajarkan agar aku pergi ke haji, dan mengajarkan aku lebih dekat kepada-Mu aku ridho". Dan hidayah itu pun tidak di sia-siakan. Sebuah pengalaman ritual yang luar biasa dan memberikan warna perjalanan hidup Khayam untuk lebih mengenal Ilahi. Demikian kisah yang sering penulis dengar dari seorang sobat, sekaligus dai terkenal, Mustafid Amna. Pesan spiritual apa sebenarnya yang dibawa dari sepenggal kisah di atas ? Ternyata Yang Mahakuasa punya banyak cara untuk mengubah perilaku, persepsi, dan jalan hidup seorang manusia dan juga bangsa. Untuk itulah, pernahkah kita melakukan perenungan-perenungan nilai hakiki dari kehidupan ini. Atau, adakah arah lain dari akhir kehidupan kita, selain akan diimpit oleh tanah perkuburan, yang dibungkus sehelai kain putih ? Sangat dalam sekali relevansi cerita di atas bila dihubungkan dengan gambaran kehidupan republik kita saat ini. Bertubi-tubi negara ini didera dan ditikam oleh cobaan dan masalah . Mulai dari tsunami, perkelahian antar kelompok, teror bom, banjir, flu burung, korupsi, BBM, krisis moral, ekstasi, pornografi dan pornoaksi, illegal logging, konflik di Papua, CPNS, dan lainnya. Pernahkah semua masalah , musibah, yang berbaris dan mendera itu atau mungkin juga merupakan laknat kita baca sebagai peringatan atas penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan selama ini? Seperti ditulis pada buku Asynaa'I Baa Quran, "Penghuni suatu qaryah dan masyarakat yang taat, shaleh, mereka akan mendapatkan berbagai kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan. Namun, apabila masyarakat tersebut membuat perubahan, menyalahgunaan kenikmatan, hidup dalam kerusakan moral, maka kenikmatan akan berganti dengan siksaan". Peringatan itu menjadi relevan dengan republik yang kita cintai. Bagaimana kabar negeri yang subur makmur, zamrud khatulistiwa, gemah ripah loh jinawi, tongkat kayu jadi tanaman? Berjuta kelompok miskin mengerang kelaparan, gizi buruk, dan kedinginan di rumah bocor beralaskan tanah dan berdinding seadanya. Kumuh dengan mata sayu, dan dada kelihatan tulang, tidak beralaskan kaki, betapa "tidak adilnya" pembangunan ini, gumam mereka. Tragisnya, kebijakan menaikkan harga BBM menjadikan kelompok ini bertambah secara meyakinkan. Perlu digarisbawahi, pemerintah sebagai regulator melalui kebijakan-kebijakan yang diambil, dan membimbing pembangunan serta arah yang diharapkan, merupakan komunitas yang paling bertanggug jawab terhadap semua yang terjadi. Kemiskinan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok, yakni kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan Jumlah penduduk miskin terus membengkak. Saat ini, jumlah penduduk yang miskin sekali diperkirakan lebih dari 20 juta orang. Pertambahan penduduk miskin itu disebabkan kemiskinan buatan yakni miskin akibat simulasi pembangunan ekonomi, teknologi, dan lainnya. Sehingga gurita kekuatan multinasional yang merupakan Captain of the Capitalist Economy, terus melilit. Bahkan kita terperangkap dalam suatu lingkaran utang (the dep trap). Kelompok borjuis merajalela dan pola konsumsi inappropriate consumtion pattern (pola konsumsi yang tidak cocok dengan kondisi yang ada) mengemuka. Ya, bahasa sederhananya "pamer kekayaan", dilakukan di tengah kehidupan yang begitu sulit. Pembangunan yang terjadi selama ini bukan hanya menghasilkan kurva-kurva positif untuk pertumbuhan, tetapi melambungkan tingginya kemiskinan. Diparsitas pendapatan semakin jauh, gap (jurang pemisah) antara miskin dan kaya menjadi-jadi. Ketimpangan tadi dipengaruhi oleh. Pertama, pertumbuhan ekonomi di segala sektor yang tidak merata (industri dan pertanian). Kedua, alokasi tenaga kerja yang ada lebih terkonsentrasi pengangguran diperkotaan bagi yang berpendidikan. Ketiga, pola pemilikan kekayaan (assets) dan kecenderungan untuk menabung (marginal propensity of save) yang rendah karena pola hidup hindoisme. Keempat, tingkat kemauan politik dari para pembuat kebijakan. Dari keempat indikator tersebut, seberapa jauh kesungguhan perencana pembangunan untuk melaksanakan pesan pembangunan tersebut? Betul pada dekade belakangan ini, pertumbuhan ekonomi relatif membaik, tetapi sektor riil tetap saja tersendat. Implikasinya, berjuta pengangguran berbaris mencari pekerjaan. Gunnar Myrdal dalam Asian Drama mengatakan, kalau bendera persatuan dikibarkan untuk memerangi gerakan sparatis, bendera ketuhanan dikibarkan untuk melawan komunisme, maka bendera keadilan untuk melawan praktik ketidakadilan. Siapa yang mengibarkan bendera keadilan di sini? Apakah bendera keadilan hanya merupakan "simbol-simbol"? Atau jargon politik? Atau apa? Dalam proses pembangunan, musuh tidak harus balatentara, ataupun pihak luar yang dengan begitu mudah diketahui. Saat ini, musuh bisa saja merupakan sistem, perasaan, pandangan, way of life, pola kerja, cara berpikir, proses produksi, konsumsi, kulturalisme, kolonialisasi, indoktrinasi relegius, eksploitasi, hubungan sosial, propaganda. Ataupun musuh bisa juga dalam bentuk neokolonialisme, birokrasi, teknokrasi, atau otomatisasi. Dia sewaktu-waktu bisa berubah menjadi ekshibisionisme nasionalisme, dan rasisme. Waktu yang lain berubah lagi seperti fasisme, borjuisme, atau militerisme. (Dr. Ali Sariati, Haji, Pustaka Salman). Bagaimana kita bisa mendeteksinya ? Atau sebaliknya kita hanyut terbawa arus musuh tersebut, sadar atau tidak sadar? Dengan tingkat pendidikan yang demikian rendah, bangsa ini benar benar dapat hanyut dalam "irama" yang dibawa musuh. Sementara strata sosial atas cenderung bergulat dengan konsumerisme yang hedonis. Meminjam istilah Arnold Toynbee mengatakan bahwa peradaban manusia saat ini terancam oleh musuh di dalam diri manusia itu sendiri (antusiasme yang bodoh : konsumsi, konsumsi, dan sekali lagi konsumsi). Bagaimanapun kita harus meyakini semua yang dilakukan tidak akan sia-sia. Setiap kebijakan tidak akan hilang dan dibiarkan tanpa pahala. Begitu juga tidak akan ada kezaliman dan kejahatan yang dilupakan dan dibiarkan tanpa balasan. Bahwa sekiranya suatu pembalasan itu ditangguhkan, hal itu tidak berarti pembalasan tidak ada. Apakah mungkin manusia yang tidak memiliki hati yang bersih, sirik, serta tidak mendapat sinar dan cahaya Illahi, dapat memiliki kebahagiaan. Apakah mungkin manusia jenis ini dapat menerima dan menghadapi segala bentuk kejadian dan peristiwa yang senantiasa turun naik dengan hati yang lapang dan semangat membara? (Jejak-jejak Ruhani, Murthada Mutahhari, Pustaka Hidayah). Sebuah pertanyaan besar yang jawabannya ada dalam hati kita. Dulu sering kita dengar ada doa bersama (istigasah) di lapangan, ataupun perenungan-perenungan di masjid tentang perjalanan hidup dan arah pembangunan republik ini. Deraan cobaan yang demikian banyak idealnya dan seharusnya diserahkan kepada Illahi, karena doa adalah upaya maksimal agar pengampunan dapat dipenuhi. Bahkan doa dapat mengubah takdir. Tapi sekarang semuanya jarang terdengar seperti doa-doa istigasah. Betapa sombongnya kita, betapa sombongnya bangsa ini. Tampaknya kita sudah tidak membutuhkan pertolongan Illahi. Kenapa kita tidak berserah diri kepada-Nya ? Bisa saja malapetaka ini merupakan cara Allah untuk mengajarkan kepada bangsa ini bahwa kita sudah terlalu jauh berjalan dari kaidah-kaidah yang digariskan. Diberi kenikmatan alam yang subur makmur, sombong dan membusungkan dada. Tidak prihatin, cenderung semuanya itu dianggap prestasi yang dibuat manusia. Tidak bisa mengolah hasil tambang, ya serahkan ke negara lain. Bagi-bagi, ambil enaknya seperti blok Cepu Exxon Mobil, atau kasus Timika yang sedang membara. Dicoba dengan berbagai musibah juga tidak mendekatkan diri, bahkan cenderung saling menyalahkan, berbagai retorika dan kambing hitam muncul. Nabi Musa a.s. pernah bermunajat kepada Allah. Di manakah di antara tempat di surga yang paling Engkau sukai? Allah SWT berfirman : Hadzirat Al Quds, yakni tempat orang-orang yang ketika ditimpa musibah mereka menerimanya dengan penuh kesabaran, dan ketika diberi kenikmatan mereka bersyukur. Dari indikator-indikator di atas, di mana bangsa ini berada ? Umar Khayam, segera berlutut, ketika Allah ingin mengubahnya, dan mendekatkan dirinya kepada Illahi, seperti cerita di muka. Kita bagaimana ? Sebuah introspeksi melalui perenungan-perenungan panjang. *** Penulis, peneliti senior Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/