Pelurusan Fakta Tragedi Berdarah Monas

 

 

Tragedi Monas, 1 Juni 2008, berupa penyerangan kelompok Front 
Pembela Islam (FPI) kepada massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan 
Beragama dan Berkeyakinan telah menjadi bahan perbincangan publik 
yang terus bergulir tak tentu arah. Tulisan ini ingin sedikit 
memberi klarifikasi terhadap kesimpangsiuran berita yang mulai 
cenderung salah arah tersebut.

 

Penyerangan, Bukan Bentrok

Beberapa media tidak segan-segan menyebut tragedi ini 
“bentrokan” antara massa FPI dan AKKBB. Istilah bentrokan 
sungguh menyesatkan karena itu mengandaikan AKKBB juga terlibat 
dalam aksi kekerasan tersebut.

 

Faktanya, FPI menyerang massa AKKBB. Saat itu, acara belum dimulai. 
Sebagian massa AKKBB berada di pelataran Monas menunggu aksi 
longmarch yang akan dimulai dari kawasan belakang stasiun Gambir. 
Sambil menunggu massa AKKBB yang lain, massa yang ada di pelataran 
Monas tersebut duduk-duduk. Ketika massa FPI mendekat, massa AKKBB 
diperintahkan untuk duduk. Saya sendiri yang menyampaikan kepada 
massa untuk tidak terprovokasi, karena kami melihat massa FPI 
semakin dekat dan berteriak-teriak sambil mengancung-acungkan 
pentungan. Saya lalu meminta massa untuk menyanyikan lagu Indonesia 
raya. Belum sempat lagu kebangsaan itu dinyanyikan, massa FPI sudah 
menyerbu. Mereka memukul dengan pentungan bambu, meninju, menendang, 
menginjak-injak, sambil melontarkan sumpah serapah. Saya masih 
sempat menyeru massa AKKBB untuk tetap duduk, sebab kesepakatan 
kita, aksi ini adalah aksi damai. Kalau ada serangan fisik, maka 
kita akan duduk dan tidak melakukan perlawanan. Massa AKKBB memang 
patuh kepada kesepakatan, tidak ada satupun massa yang melakukan 
perlawanan. Tetapi karena serangan begitu massif, akhirnya massa 
AKKBB bubar menyelematkan diri. Ibu-ibu menangis, anak-anak menjerit 
ketakutan, puluhan orang menderita luka.

 

Tidak Ada Provokasi

Beberapa hari setelah tragedi, muncul pemberitaan bahwa massa AKKBB 
melakukan provokasi terlebih dahulu melalui orasi yang menyatakan 
bahwa massa penyerang itu adalah “laskar setan atau iblis.” Itu 
adalah dusta besar. Faktanya, acara belum dimulai. Orasi belum 
dilaksanakan. Yang ada hanyalah seruan kepada peserta AKKBB untuk 
duduk, untuk tidak terprovokasi, dan untuk menyanyikan lagu 
Indonesia raya. Dan tidak pernah ada bukti bahwa orasi provokasi 
benar-benar dilakukan oleh AKKBB.

 

Patut dicatat beberapa pernyataan dalam orasi-orasi pemimpin 
serangan FPI pada saat serangan telah dilakukan. Alfian Tanjung 
mengatakan di depan massa FPI: “Saya bangga dengan Anda semua yang 
telah melibas mereka dengan cepat.” Indikasi bahwa aksi ini 
dilakukan secara terencana dan dengan restu Riziq Shihab bisa 
dilihat dari pernyataan Alfian Tanjung selanjutnya: “Pada 
pertemuan terakhir kita dengan Habib Riziq, dia memegang tangan 
saya, “Ustadz Alfian, hari minggu siang kita perang.”  Pada 
kesempatan itu, Alfian juga mengatakan bahwa mereka baru saja menang 
satu kosong, dan mereka akan terus menang sampai 1000 kosong.

 

Menjelang bubar, Munarman menyampaikan kepada massanya bahwa aksi 
mereka hari itu belum apa-apa: “Kita belum memenangkan 
pertempuran… Berikutnya kita akan datangi tempat-tempat mereka. 
Kita akan datangi yang namanya Goenawan Mohamad. Kita akan datangi 
yang namanya Asmara Nababan. Munarman juga menyampaikan: “Sudah 
ada penyampaian baik dari polisi maupun intelijen kita yang 
menyatakan konsentrasi massa pembela-pembela Ahmadiyah itu sudah 
bubar. Tidak ada kegiatan di HI dan di depan RRI.”

 

Bukti-bukti orasi ini sangat penting untuk melihat bahwa FPI memang 
melakukan serangan secara terencana dan bukan insidental.

 

Senjata Api

Ada foto yang beredar tentang seorang berbaju putih yang mengangkat 
pistol. Ini, oleh beberapa berita, disebut sebagai provokasi dari 
AKKBB. Perlu ditegaskan kembali bahwa aksi hari itu adalah aksi Apel 
Akbar Peringatan 63 Tahun Pancasila dengan tema “Satu Indonesia 
untuk Semua.” Sejak awal, aksi AKKBB adalah aksi damai. Jangankan 
memprovokasi, kita bahkan sepakat bahwa jika ada serangan, maka kita 
akan duduk dan tidak melakukan perlawanan. Tidak pernah ada 
instruksi bagi peserta aksi untuk membawa senjata tajam. Fakta bahwa 
banyak peserta aksi adalah ibu-ibu dan anak-anak adalah bukti bahwa 
aksi ini memang dirancang dalam format damai.

 

Ada anggapan bahwa si pembawa pistol adalah massa AKKBB karena 
mengenakan pita merah putih di lengan bajunya. Yang harus diketahui 
adalah bahwa panitia aksi hari itu sama sekali tidak menyediakan 
atribut pita merah putih yang dipasang di lengan baju. Panitia hanya 
menyediakan kalung pita merah putih yang hanya dipakai oleh para 
perangkat dan simpul-simpul aksi. Aksi ini sendiri bersifat umum 
karena mengundang siapa saja melalui media massa dan pengumuman 
internet. Penggunaan atribut pita merah putih di lengan baju 
dilakukan pada aksi AKKBB sebelumnya, 6 Mei 2008. Tetapi pada 1 Juni 
2008, panitia tidak menyediakan atribut serupa.

 

Ada pernyataan Munarman yang menarik. Dia mengatakan: “Kami tidak 
bisa dibohongi karena sudah menyusupkan orang kami di tengah-tengah 
mereka….” (Sabili No. 25 Th. XV). 

 

Keluar Rute

Massa AKKBB juga dianggap menyalahi pemberitahuan kepada pihak 
polisi karena tidak patuh kepada rute awal, yakni belakang stasiun 
gambir kemudian menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI). AKKBB dianggap 
melanggar karena masuk ke pelataran Monas.

 

Faktanya, rencana aksi AKKBB akan dimulai pukul 14.00 WIB. 
Penyerangan yang dilakukan FPI di dalam pelataran Monas adalah pukul 
13.15 WIB. Perlu diketahui adalah bahwa massa AKKBB yang ada di 
pelataran Monas tersebut tidak sedang melakukan aksi, melainkan 
bersiap-siap menuju tempat dimulainya aksi, yakni belakang stasiun 
Gambir. Massa yang diperkirakan hadir pada aksi peringatan Pancasila 
tersebut adalah sekitar 10.000 orang. Massa ini belum berkumpul pada 
satu titik secara utuh, mereka masih berpencar di sekitar Monas, 
karena hari itu memang Monas sangat ramai. Massa AKKBB masih 
menunggu dimulainya aksi. Massa AKKBB masih bergerombol di banyak 
sekali tempat di sekitar Monas. Salah satu kumpulan massa yang 
terbesar adalah di tempat di mana massa FPI menyerang tersebut. 
Massa AKKBB masih ada di banyak tempat, sebagian besar masih dalam 
perjalanan. Tidak benar aksi keluar dari rute, sebab aksi belum 
dimulai.

 

Menipu Peserta

Berita terakhir yang banyak beredar bahwa AKKBB telah menipu massa 
anak-anak dan ibu-ibu yang diajak untuk berwisata ke Dufan, tetapi 
kemudian diarahkan menjadi peserta aksi. Ini juga adalah dusta.

 

Faktanya, aksi peringatan Pancasila ini sudah diberitakan melalui 
tidak kurang dari delapan media cetak. Pemberitahuan ini juga 
ditambah dengan pengumuman di pelbagai mailing list. Dan tidak 
pernah keluar bukti bahwa para peserta itu ditipu. Yang terjadi 
adalah upaya untuk memfitnah aksi AKKBB ini dengan pelbagai cara.

 

Pengalihan Isu BBM

Fitnah yang paling keji dan menggelikan adalah ketika tragedi Monas 
disebut sebagai bentuk pengalihan isu kenaikan harga bahan bakar 
minyak (BBM) yang sengaja dilakukan oleh AKKBB. Fitnah ini sangat 
keji, karena peserta aksi AKKBB yang prihatin terhadap gejala 
pengabaian dasar negara, Pancasila, kemudian tanpa bukti disebut 
untuk mengalihkan isu.

 

Faktanya, jika tragedi ini disebut sebagai pengalihan isu, maka 
sesungguhnya yang patut disebut sebagai pelaku pengalihan isu adalah 
massa penyerang. Inisiatif menyerang ada di tangan FPI. Kalau mereka 
tidak melakukan gerakan serangan, maka barangkali isu kenaikan harga 
BBM akan tetap jadi perbincangan. Sekali lagi, AKKBB adalah korban 
dari sebuah inisiatif serangan dari pihak FPI.

 

Saidiman

www.saidiman.wordpress.com



Kirim email ke