http://www.sinarharapan.co.id/cetak-sinar/berita/read/perempuan-perupa-punya-ide-dan-karya-hebat/


Rabu, 03 Pebruari 2010 13:15 
Kartika Affandi:

Perempuan Perupa Punya Ide dan Karya Hebat
OLEH: YUYUK SUGARMAN



Yogyakarta - Meski usianya sudah mencapai 75 tahun, toh ia tetap tekun 
menjalani hidup berkesenian yang ia geluti sejak kanak-kanak. Bahkan, ia 
dipandang selalu memberi motivasi kepada perupa-perupa muda yang be­la­kangan 
ini muncul dan mencuat namanya. Itulah Kartika Affandi, putri maestro seni rupa 
Indonesia Affandi.


     
Perupa perempuan ini diketahui hanya lulus SD. Toh begitu, ia sempat mengenyam 
pendidikan di Tagore University Santiniketan, India, 1950 - sebagai mahasiswa 
tamu luar biasa - untuk mendalami seni rupa. "Ini sebuah lompatan besar. 
Bayangkan, saya hanya sekolah di SMP, tapi bisa kuliah di sebuah universitas di 
India. Bahasa Inggris pun tak saya kuasai pada waktu itu. Saya sempat nangis 
tak bisa berkomunikasi," kenang Mami, panggilan akrab Kartika, seraya tertawa.


Benar dan tak bisa dipungkiri, ia adalah anak kandung Affandi dengan Maryati. 
Tak salah pula jika ayahnya selalu mendorong dirinya untuk menekuni, mendalami, 
serta memajukan dunia seni rupa Indonesia khususnya bagi perempuan. Namun, ia 
menampik jika nama besarnya di dunia seni rupa lebih dikarenakan sebagai anak 
Affandi.


Terkait dengan kariernya itu, Kartika yang selalu mengenakan topi dan sandal 
bermotif bunga sempat menuturkan kegelisahannya. Dalam percakapan singkat, Mami 
mengungkapkan betapa beratnya menjadi anak Affandi. Ia tak jarang dilecehkan 
dengan kata-kata, kepiawaiannya dalam melukis hanya mendompleng nama besar 
Affandi. Pernah suatu ketika saat pameran di luar negeri, ada pengamat seni 
yang mengatakan, "Kartika ini lebih baik diwarisi mobil Impala, tapi tidak 
bakat (melukis)."


"Ini sungguh menyakitkan. Dia sama saja bilang saya ini tak berbakat," kata 
Mami yang mengenakan topi berhias bunga-bunga. Atas pelecehan itu, ia bertekad 
membuktikan diri, kehebatannya dalam dunia seni rupa bukan lantaran nama besar 
ayahnya. "Bertahun-tahun saya beralih ke lukisan hitam-putih. Itu pun masih 
dibilang lukisan saya tersebut masuk dalam kategori sketsa," ungkap ibu delapan 
anak ini.


Toh begitu, ia tak patah semangat. Dalam pengamatan Suwarno Wisetrotomo, 
pengamat seni rupa Yogyakarta, Kartika terus menggubah karya-karya yang 
akhirnya memiliki ciri sendiri. Ciri-ciri tersebut yakni suka melukis langsung 
keindahan panorama, orang-orang kecil, dengan tarikan garis yang ritmis, serta 
kemampuan membidik sudut pandang dengan perspektif yang canggih. Kartika juga 
sangat aktif melakukan pameran - baik inisiatif sendiri maupun undangan - di 
berbagai kota dan negara.


Atas kerja kerasnya ini Kartika mendapat seabrek penghargaan, di antaranya Gold 
Medal dari Academica Italia Salsamoggiere (1980), Honorary Degree sebagai 
maestro di Pittura (1982), AUREA Gold Medal dari The International Parliament 
for Security and Peace, AS (1983), Master of Painter dari Youth of Asian Artist 
Workshop (1985), Outstanding Artist dari Mills College di Oakland California 
(1991). Dan yang baru saja ia terima pada pertengahan Januari 2010 ini adalah 
penghargaan Lifetime Achievement Award dari panitia Biennale Jogja X 2009. 

Museum Perempuan
Menurut Suwarno, salah satu anggota tim penilai, sosok Kartika dipandang teguh 
pada profesinya. Meminjam kredo pada dunia seni pertunjukan, atau seni tari, 
yakni nyawiji, greget, sengguh, ora mingkuh - menyatukan tekad, 
bersungguh-sungguh, tidak berpaling. "Ora mingkuh - tidak pernah berpaling - 
dari profesi yang sudah dipilih dan diyakini. Tidak mingkuh di tengah riuh 
dunia seni rupa hari-hari ini. Ia pantas ditempatkan sebagai inspirator," tegas 
Suwarno.


Kartika juga tak hanya asyik dengan dirinya sendiri. Ia memilih bertempat 
tinggal di kawasan Pakem, Sleman, membangun studio yang luas untuk melukis, 
mematung, dan membuat keramik, sambil pelan-pelan mewujudkan mimpinya, 
membangun museum seni rupa untuk perempuan perupa. Mengapa museum seni rupa 
bagi perempuan perupa?  "Agar dunia tahu bahwa perempuan perupa juga memiliki 
ide-ide dan karya-karya yang hebat. Juga agar para perempuan perupa terus 
bersemangat menjadi seniman di tengah dominasi perupa laki-laki," ujar Kartika. 
Tak heran jika perjuangannya dalam menyemangati kaum perempuan untuk selalu 
tampil di dunia seni rupa mendapat simpati dan dukungan berbagai pihak


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke