Ramadhan Menyehatkan Jasmani dan Rohani

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri



Sebagai hamba Allah SWT yang telah berikrar, sebenarnya apa pun
perintah-Nya, kita tidak perlu dan tidak pantas bertanya-tanya mengapa,
untuk apa?. Hamba yang baik justru senantiasa ber-husnuzhzhan, berbaik
sangka kepada-Nya. Allah SWT memerintahkan atau melarang sesuatu, pastilah
untuk kepentingan kita.



Karena Allah SWT Maha Kaya, tidak memiliki kepentingan apa pun. Ia mulia
bukan karena dimuliakan; agung bukan karena diagungkan; berwibawa bukan
karena ditunduki. Sejak semula Ia sudah Maha Mulia, sudah Maha Agung, sudah
Maha Kaya, sudah Maha Berwibawa. Kalau kemudian Ia menjelaskan pentingnya
melaksanakan perintah-Nya atau menjauhi larangan-Nya, semata-mata karena Ia
tahu watak kita yang suka mempertanyakan, yang selalu menonjolkan
kepentingan sendiri.


Maka, sebelum kita mempertanyakan mengapa kita diperintahkan berpuasa,
misalnya, Allah SWT telah berfirman:



íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ßõÊöÈó Úóáóíúßõãú ÇáÕøöíóÇãõ ßóãóÇ ßõÊöÈó
Úóáóì ÇáøóÐöíäó ãöäú ÞóÈúáößõãú áóÚóáøóßõãú ÊóÊøóÞõæäó

(Q. 2. Al-Baqarah: 183)


"Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kalian
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian
bertakwa."


Jadi, puasa yang diwajibkan sejak dulu kepada kaum sebelum kita, bertujuan
utama: agar kita manusia ini bertakwa. Takwa adalah kondisi puncak hamba
Allah. Hamba mukmin di dunia ini, dalam proses menuju ketakwaan kepada Allah
SWT. Karena semua kebaikan hamba di dunia dan kebahagiaannya di akhirat,
kuncinya adalah ketakwaan kepada-Nya. Mulai dari pujian Allah SWT, dukungan
dan pertolongan-Nya, penjagaan-Nya, pengampunan-Nya, cinta-Nya, limpahan
rejeki-Nya, pematutan amal dan penerimaan-Nya terhadapnya; hingga
kebahagiaan abadi di sorga, ketakwaanlah kuncinya. (Baca misalnya, Q.3: 76,
120, 133, 186; Q.5:27; Q. 16: 128; Q. 19: 72; Q. 39: 61; Q. 65: 2-3; Q. 33:
70-71; Q. 49: 13).


Itu garis besarnya. Apabila kebahagiaan yang dicari manusia, itulah
kuncinya. Kunci dari Sang Pencipta manusia dan kebahagiaan itu sendiri.
Seringkali, manusia merasa mengerti dan tahu jalan menuju kebahagiaan.
Mengabaikan tuntunan Tuhannya. Ternyata tersesat. Akhirnya, kebahagiaan yang
dicari, kesengsaraan yang didapat. Di zaman modern ini misalnya, banyak
orang menganggap kebahagiaan bisa didapat dari materi dan orang pun
berlomba-lomba mengejar materi. Seringkali, sampai “kaki dijadikan kepala,
kepala dijadikan kaki”. Ujung-ujungnya, karena materi ternyata tidak kunjung
memberi kebahagiaan, mereka pun lari kepada yang lebih mudarat lagi:
mengonsumsi obat-obatan. Narkoba.


Untunglah, Allah menyediakan satu bulan, bulan suci, dimana kita diberi
kesempatan untuk melakukan muhasabah yang lebih intens. Kita diberi anugerah
luar biasa yang namanya p u a s a. Di bulan Ramadan di mana kita berpuasa,
ritme dan gaya hidup kita berubah. Jadwal makan pun berubah dengan satu
kelebihan: kita memenuhinya dengan teratur. Maka, banyak kalangan ahli yang
kemudian mengaitkan puasa dengan kesehatan, merujuk sabda Nabi kita,
“Shuumuu tashihhuu”, (Berpuasalah kalian, maka kalian akan sehat).


Dengan berpuasa, tidak hanya makan-minum kita menjadi teratur; malah para
ahli mengatakan bahwa puasa dapat membersihkan dari tubuh kita, unsur-unsur
buruk yang membuat kita sakit.


Jadi, puasa bulan Ramadan, bukan saja dianugerahkan Allah bagi kepentingan
ruhaniah, tapi juga jasmaniah kita. Atau dengan kata lain, Allah
menganugerahkan kepada kita puasa sebagai sarana menyempurnakan diri.
Jasmaniah dan ruhaniah. Kalau ungkapan “Al-‘aqlus saliim fil jismis saliim”
menyiratkan pentingnya menjaga kesehatan jasmani agar akal menjadi sehat,
maka puasa justru memberi peluang kepada kita untuk sekaligus meraih
keduanya.


Dengan puasa, hamba Allah digembleng untuk menjadi manusia yang benar-benar
sehat luar dalam yang selalu mengingat Sang Penciptanya. Bukan manusia
penyakitan yang gampang lupa kepada Tuhannya. Orang yang lupa Tuhannya,
seperti difirmankanNya sendiri dalam kitab sucinya al-Quran, dibuat lupa
kepada dirinya sendiri.(Q. 59: 19).


Mari kita sikapi bulan Ramadan dengan segala suasana khusyuknya ini dengan
sebaik-baiknya. Berpuasa sesuai aturan dan dengan merenungkan
hikmah-hikmahnya. Kita penuhi saat-saatnya dengan meningkatkan amal ibadah
yang tidak hanya bersifat ritual mahdhah. Dan dalam hal ini, perlu kita
waspadai jebakan si serakah industri, termasuk dan utamanya industri
pertelevisian, yang lagi-lagi memanfaatkan momentum bulan suci untuk
mengeruk keuntungan materi dan membedaki tujuan komersialnya dengan pupur
religi. Selamat Beribadah!



Penulis adalah pemimpin Pondok Pesantren Roudhotut Thalibin, Rembang.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke