Assalamu'alaikum, Sesuai himbauan dan peringatan moderator, saya sampaikan 5 rangkuman akhir perbincangan mengenai masalah mati-hidupnya Isa dan teori Isa berhibernasi dengan Tana Doang alias MQ ('cucunya' HMNA), sebagai berikut:
Pertama. Sesuai dengan keterangan dari berbagai ayat dalam al-Qur'an, dari sabda-sabda Kanjeng Rasulullah saw. dan dari ahl-bayt, dapat dipastikan bahwa Nabi Isa as. yang dahulu diutus kepada Bani Israil telah wafat/mati/meninggal dan tidak akan datang lagi ke dunia ini. Keterangan-keterangan itu demikian jelasnya sehingga tidak memerlukan tafsir lagi, misalnya dalam Hadits Shahih disebutkan Rasulullah saw. dalam peristiwa Mi'raj bertemu dengan ruh para nabi, termasuk Nabi Isa as., dan juga dalam Hadits Qudsi mengenai masalah Syafa'at di hari Kiamat disebutkan bahwa ruh orang-orang beriman akan bertanya kepada Nabi Isa namun Nabi Isa tidak bisa memberi Syafa'at, dan yang bisa memberi Syafa'at adalah Nabi Muhammad saw. Sebagai catatan untuk membantu pembaca memahami pembahasan berikutnya, bahwa prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala, yaitu kaidah yang paling pokok, terpenting dan tidak dapat ditinggalkan dalam penafsiran atau membuat tafsir adalah: Tidak ada pertentangan antara satu ayat dengan ayat lainnya (4:82) dan sunnah Allah tidak bertentangan dengan perkataan-Nya (48:23). Jadi, berdasarkan prinsip fundamental tersebut, maka tidaklah diragukan bahwa Nabi Isa as. telah mati/wafat/meninggal. Kedua. Mengenai aturan Hadits dhaif (lemah) tidak bisa dijadikan sebagai dalil untuk masalah aqidah adalah tidak benar, sebab Hadits dhaif bukanlah hadits palsu. Umumnya sebuah Hadits dikatakan sebagai dhaif (lemah) karena redaksinya (matan) mengandung nubuatan-nubuatan (propohecies) atau peristiwa yang belum terungkap kebenarannya atau belum tergenapkan, dan Hadits dhaif dapat bergeser statusnya menjadi Hadits yang kuat jika redaksinya telah tergenapi atau terungkap kebenarannya. Penetapan aturan status Hadits mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dipakai sebagai dalil, yang difatwakan oleh jumhur ulama, tidaklah mengikat dan bersifat subyektif sesuai aliran/paham yang dianut oleh jumhur ulama (siapa ulama-ulama itu?). Itulah sebabnya para imam dan wali yang terkemuka dalam dunia Islam banyak menggunakan Hadits Dhaif di dalam karya tulis mereka ketika menjelaskan suatu hal tertentu. Dan, adanya klaim dari Tana Doang alias MQ ('cucunya' HMNA) bahwa lulusan pesantren bidang Hadits lebih otoritatif untuk menilai dan membuat aturan mengenai hadits mana yang boleh dipakai dan mana yang tidak boleh dipakai - adalah absurd, sebab hadits bukanlah milik si lulusan pesantren atau milik siapapun, dan tiap orang dapat mempelajari ilmu Hadits dan kemudian mengaplikasikannya sesuai dengan yang dipahaminya. Ketiga. Mengenai teori Isa berhibernasi (tidur lelap, seperti binatang) adalah teori yang mengada-ada, tidak dikenal dalam dunia Islam maupun science. Science mengenal dan telah membuktikan bahwa hanya binatang yang dapat berhibernasi, bukan manusia. Sementara dalam tafsir-tafsir klasik dunia Islam yang dikenal dan diterima secara luas adalah teori SUBSTITUSI Isa yang merujuk pada sumber-sumber dari ahl-kitab, sehingga dengan sendirinya teori ISA berhibernasi menjadi sangat diragukan kebenarannya. Keempat. Adapun ayat "Wa in min ahlil kitaabi illa-layu'minanna bihi qabla mautihi" (4:159), artinya: Dan tidak seorangpun dari ahli kitab melainkan akan beriman kepadanya sebelum matinya (mautihi) - tidaklah dapat dipakai sebagai dasar bagi teori ISA berhibernasi, sebab dalam tafsir-tafsir klasik seperti Tabari, Qurtubi, atau Suyuthi - yang merujuk kepada keterangan IBN ABBAS mengenai maksud ayat tersebut, menjelaskan bahwa yang dimaksud "sebelum matinya" adalah merujuk kepada orang ahl-kitab (baik Yahudi atau Nasrani) - dalam bentuk kata ganti tunggal. Demikian pula al-Qur'an dari Departemen Agama RI menafsirkan bahwa yang dimaksud "sebelum matinya" adalah sebelum matinya ahl-kitab, bukan sebelum matinya Nabi Isa as. Dengan demikian tidak tepat dikatakan bahwa Isa masih hidup dengan jasad kasarnya dan berhibernasi. Lalu, kalau ayat tersebut dijadikan dasar bahwa Nabi Isa masih hidup karena kenyataannya sampai sekarang ahl-kitab belum beriman kepada Isa, maka hal itu adalah tidak tepat, sebab ketika Nabi Isa dahulu diutus (Isa adalah seorang Yahudi) kepada kaum Yahudi, banyak di antara kaum Yahudi sendiri yang kemudian beriman kepada Nabi Isa alias Yesus. Itulah sebabnya tafsir yang bisa diterima dan masuk akal adalah tafsir yang menjelaskan bahwa maksud "sebelum matinya (mautihi)" adalah merujuk kepada ahl-kitab. Kelima. Allah Ta'ala dalam al-Qur'an menyatakan bahwa: Orang-orang yang bertaqwa dan suka berbuat baik adalah orang yang SEDIKIT SEKALI TIDURNYA DI WAKTU MALAM dan di akhir-akhir malam mereka biasa memohonkan ampun kepada Allah (51:15-18), dengan demikian teori Isa yang berhibernasi telah tertolak dengan adanya ayat yang sangat jelas ini, sebab jika Isa berhibernasi (tidur lelap) lebih dari 2000 tahun, maka ia, nau'dzubillah, bukan termasuk orang yang bertaqwa dan suka berbuat baik. Sungguh aneh, ketika teori Isa berhibernasi - demi untuk mempertahankan argumentasinya - kemudian dikaitkan dengan kisah "tidurnya" Ashabul Kahfi (selama 300 dan ditambah 9 tahun) untuk dijadikan sebagai sebuah precedent. Artinya, karena Ashabul Kahfi pernah tidur (berhibernasi) maka dimungkinkan kejadian yang sama dapat terjadi pada Isa, sehingga sampai saat ini ia masih tidur (berhibernasi). Logika ini adalah logika bengkok dan terbalik. Mengapa demikian? Sebab, Ashabul Kahfi adalah orang-orang/Jemaat Nasrani (Kristen) yang shaleh, yang merupakan pengikut setia ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa. Oleh sebab itu, mestinya yang dijadikan sebagai precedent adalah Isa untuk membuktikan teori hibernasinya Ashabul Kahfi, bukan sebaliknya. Mengenai "tidurnya" Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) bukanlah seperti orang-orang biasa tidur di waktu malam, sebab jika diartikan seperti itu maka akan tertolak dengan sendirinya oleh ayat 51:15-18 di atas. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, bahwa "tidurnya" Ashabul Kahfi adalah kehidupan ekslusif dan underground dari Jemaat Kristen dalam masa yang panjang. Mereka tinggal di katakombe-katakombe atau tempat tersembunyi lainnya yang dijaga oleh anjing di pintu-pintu masuknya, dan mereka memiliki komunitas sendiri untuk menghindari persekusi dari pemerintahan Romawi karena mereka beragama Kristen. Mereka "bangun" dari "tidurnya" dan bebas menampilkan jati dirinya setelah Kaisar Konstantin memberi keleluasaan bagi pemeluk agama Kristen, dan sejak saat itu agama Kristen berkembang dengan pesat. Periode mulai "tidur" sampai "bangun" digambarkan dalam al-Quran dengan indah dalam bilangan 300 dan ditambah dengan 9 tahun lamanya. Pernyataan al-Qur'an ini dapat dibuktikan kebenarannya bahwa "masa tidurnya" Jemaat Kristen itu adalah lebih kurang 309 tahun, yaitu mulai dari peristiwa penyaliban Yesus pada tahun 28 M sampai dengan resminya Konstantin (Constantine the Great) masuk agama Kristen, yaitu saat pembaptisan dirinya beberapa hari menjelang akhir hidupnya pada tahun 337 M. (Keterangan mengenai waktu pembaptisan Kaisar Konstantin dengan mudah ditemukan di internet). Sesuai sumber-sumber Kristen (Silahkan browsing di google atau yahoo), meskipun tidak satu suara, tahun kelahiran Yesus menurut metode kalender saat ini adalah sekitar tahun 6 SM sampai 5 SM, mengacu pada keterangan-keterangan dari Bible mengenai meninggalnya Raja Herod pada tahun 4 SM. Yesus kemudian disalib oleh gubernur Pontius Pilatus atas desakan ulama-ulama Yahudi pada umur sekitar 33 tahun, sehingga tahun penyalibannya adalah 28 M. Sehingga: 337 M minus 28 M adalah 309 tahun. Oleh sebab itu, mengambil hujjah dari "tidurnya" Ashabul Kahfi kemudian dihubungkan kepada teori Isa berhibernasi adalah tidak relevan sama sekali dan karenanya teori berhibernasi itu tidak ada dasarnya sama sekali. Akhir kata, kisah Ashabul Kahfi telah memberi pelajaran yang berharga kepada umat Nabi Muhammad saw. agar jangan bertingkah dan bertindak seperti pemerintahan Romawi yang dahulu suka mempersekusi, mengekang, memaksa para pengikut sejati Nabi Isa. Jika pemerintahan yang dikuasai oleh orang Islam melakukan persekusi, pengekangan serta paksaan yang sama kepada orang/kaum yang memiliki pemahaman yang berbeda, maka apalah bedanya pemerintahan Islam itu dengan pemerintahan Romawi. Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Setelah lebih dari sepekan menghimbau kepada para anggota untuk mengakhiri > diskusi tentang Ahmadiyah, paham Mahdi, Hibernasi/Wafat Isa al- Masih, dll, > ternyata diskusinya masih belum berhenti, malah merambat ke mana- mana. > > Ini adalah peringatan TERAKHIR. > Harap diakhiri, dan kami tidak ragu untuk menjatuhkan sanksi moderasi bagi yang > tidak bisa menahan diri. > > Untuk itu saya usulkan masing-masing pihak yang punya interes di masalah ini > untuk memberi KATA AKHIR: > > 1. Anda mendapat SATU kesempatan posting. > 2. Silakan buat rangkuman, intisari ataupun kesimpulan, > kalau Anda mengutip artikel orang lain, cukup tulis saja URL/link- nya atau > nama bukunya, jangan keseluruhan. > 3. Kalau Anda anti-Ahmadiyah, silakan ungkapkan apa yang Anda inginkan > dan bagaimana solusinya. Demikian pula bila Anda di pihak Ahmadiyah, > silakan pula ungkapkan solusi Anda. > > Setelah Kata Akhir ini, pihak2 yang masih ingin berdebat dipersilakan > untuk buat milis sendiri, atau lewat japri. > Selain 3 poin di atas, usulan rekan-rekan kami pertimbangkan. > > salam, > DWS > =Moderator > > > > 2008/2/14 Dwi W. Soegardi <[EMAIL PROTECTED]>: > > Salam rekan2 milis WM, > > > > Setelah mengamati perkembangan milis berbulan-bulan > > dipenuhi diskusi tak kunjung usai tentang Ahmadiyah, paham Mahdi, > > Isa al-Masih, dan sejenisnya, > > saya menghimbau rekan-rekan untuk segera menyudahi, > > dan beralih ke topik-topik lain yang lebih sesuai dengan > > misi milis ini. > > > > Demikian himbauan ini, > > tergantung perkembangan berikutnya, > > himbauan ini dapat meningkat menjadi peringatan. > > > > Terima kasih. > > > > salam, > > DWS > > =Moderator > > >