Usul dong Pak Ahmad,
   
  Tolong dong dibikin Universitas Bina Mental Baja supaya Mahasiswanya nanti 
pada jadi Kasatria Yang Bermental Baja.
   
  wassalam
   
   
   
   
  Bangsa Ini Butuh Teladan Moral 
  Unhas, 31 Desember 2005
 

Bangsa Ini Butuh Teladan Moral

Imam Prihadiyoko

Terlalu banyak persoalan yang membebani bangsa ini, mulai dari bencana alam 
serta akibat tingkah laku manusia yang kurang menjaga moral di negeri ini. 
Tidak heran kalau bangsa Indonesia masih tetap tertatih-tatih tak mampu 
menyelesaikan berbagai persoalannya. Oleng ke kiri dan ke kanan bak biduk yang 
tak kuasa melawan terjangan ombak tiada henti. Sementara perjalanan bangsa 
menuju kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia bak perjalanan panjang yang 
terasa kian jauh dari kenyataan.

Bangsa ini membutuhkan teladan dari sang pemimpin dan butuh nakhoda yang andal, 
ujar Ahmad Syafii Maarif yang ditemui seusai membuat pernyataan refleksi akhir 
tahun Maarif Institute di Jakarta, Rabu (21/12).


Teladan seperti apa Buya, (panggilan akrab Syafii?

Teladan dari semua orang yang menyebut dirinya pemimpin, baik eksekutif, 
legislatif, maupun masyarakat. Kita sepertinya tak punya lagi teladan. Anggota 
DPR yang menjadi wakil rakyat yang terhormat masih mempertontonkan perilaku 
yang tidak sedap. Seperti kasus percaloan yang dilakukan anggota DPR telah 
meruntuhkan kepercayaan rakyat pada lembaga ini.

Alih-alih melakukan peran legislasi yang berpihak kepada rakyat, perdebatan 
yang acap muncul di DPR justru berkisar pada persentase kenaikan gaji yang 
layak mereka peroleh. Belum lagi inefisiensi anggaran DPR yang ditengarai 
banyak dimubazirkan dengan dalih studi banding atau kunjungan kerja ke luar 
negeri.

Bagaimana dengan eksekutif?

Pemerintahan SBY-Kalla masih gamang dalam memaksimalkan legitimasi politik yang 
diperoleh langsung dari rakyat untuk memberikan arah perubahan yang jelas dan 
menjanjikan bagi masa depan Indonesia. Pemerintah masih terus dibayang- bayangi 
oleh keharusan untuk mengedepankan kompromi dan kepentingan politik ketimbang 
mengambil tindakan berdasarkan kepentingan rakyat.

Legitimasi tersebut bila tidak dirawat dengan memberikan yang terbaik bagi 
rakyat akan hilang dengan cepat seperti asap tersapu angin. Legitimasi itu 
titipan Allah, dalam bentuk mandat yang diberi rakyat, yang dapat dicabut 
setiap waktu.

Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk merawat kepercayaan itu?

Pemerintah harus terus menjalankan perang terhadap korupsi yang menjadi pangkal 
masalah di negeri in. Memang benar ada beberapa gubernur, bupati, dan wali kota 
yang telah diseret ke meja hijau. Untuk itu, kita patut mengapresiasi terobosan 
ini.

Namun, mereka sebenarnya adalah teri di tengah kakap-kakap yang terus bebas 
berenang di samudera korupsi, bahkan bersama-sama dengan hiu yang jumlahnya 
semakin banyak. Penegak hukum tampaknya belum bisa berbuat banyak dalam 
menghadapi kakap dan hiu ini karena di antara mereka pun banyak kakap dan hiu.

Belum lagi dengan penegakan hukum yang hanya mempertontonkan fenomena 
pengadilan jalanan, sungguh melecehkan rasa keadilan di tengah wong cilik.

Sering dibilang, kerusakan bangsa ini hampir sempurna. Apa yang masih ada yang 
bisa dilakukan?

Moral, bangsa ini harus menegakkan kembali. Moral bangsa yang telah hilang dan 
tidak ada harganya lagi. Kalau kita memang bermoral, ke mana moral itu ketika 
para petani kita menjerit akibat kelangkaan pupuk, rendahnya harga jual, 
buruknya irigasi dan transportasi, serta ketidakjelasan arah kebijakan impor 
beras.

Ke mana moral itu ketika angka kemiskinan terus membengkak pada tahun ini dan 
lapangan pekerjaan tidak mampu menyerap tenaga kerja yang kian membengkak. Ke 
mana moral itu ketika ratusan ribu masyarakat miskin terpaksa antre, bahkan ada 
yang kehilangan nyawa, untuk mendapatkan dana kompensasi kenaikan harga BBM. Ke 
mana moral itu ketika kehidupan para pekerja semakin terimpit akibat kenaikan 
harga, inflasi, dan ketidakwajaran upah yang mereka terima.

Berjalan seperti biasanya

Syafii terlihat sangat gundah dengan kondisi bangsa yang sepertinya tidak 
terganggu dengan arah kemerosotan. Segala sesuatunya seperti berjalan 
biasa-biasa saja, tidak ada terobosan yang dilakukan. Bahkan, mungkin sudah 
tidak ada lagi keberanian untuk melakukan terobosan yang sangat dibutuhkan.

Buya tadi bilang, kita butuh nakhoda andal, seperti apa itu?

Perahu bangsa ini memerlukan nakhoda yang responsif, cerdas, cekatan, berani 
tegas, mengambil keputusan (decisive), dan berani mengambil risiko. 
Terobosan-terobosan baru yang inovatif dalam pemberantasan korupsi, 
pemerintahan yang bersih, penegakan hukum, menegakkan keadilan sosial dan 
ekonomi merupakan pekerjaan besar dan mendesak untuk diimplementasikan 
pemerintah pada tahun yang akan datang.

Saya berharap Kabinet Indonesia Bersatu bisa membangun kebersamaan, 
kekompakkan, bekerja bahu-membahu untuk segera mewujudkan komitmen kerakyatan 
mereka. Tampikanlah arah kebijakan yang dapat menimbulkan semangat, harapan, 
dan optimisme baru di tengah apatisme yang meluas pada masyarakat kita saat 
ini. Amanat besar tersebut hanya bisa diemban oleh para negarawan yang memiliki 
visi melampaui zamannya dan tidak terjebak oleh kepentingan-kepentingan politik 
jangka pendek.

Selama tahun ini, apa yang sudah kita capai?

Secara umum, banyak hal yang sudah dicapai pemerintah. Ketika saya menghadiri 
forum internasional, baik di dalam maupun di luar negeri, apresiasi yang tinggi 
telah diberikan kepada Indonesia sebagai bangsa Muslim terbesar di dunia yang 
dapat melaksanakan pemilu secara demokratis. Bahkan, tidak jarang para pengamat 
menjadikan Indonesia sebagai model konkret tentang kompatibilitas antara Islam 
dan demokrasi yang patut ditiru bangsa Muslim di negara lain.

Bagaimana dengan kehidupan sosial keagamaan kita?

Tahun ini merupakan tahun kelabu. Saya prihatin dengan meningkatnya fenomena 
anarkisme dan vandalisme atas nama agama atau atas nama Tuhan. Atas nama Tuhan 
mereka mengafirkan bahkan menggunakan kekerasan dan teror atas kelompok lain 
yang mempunyai paham dan pandangan keagamaan yang berbeda. Pada saat yang 
hampir bersamaan, kelompok semacam ini dengan paksa dan teror menuntut 
penutupan rumah ibadah agama lain.

Puncak keprihatinan saya adalah tragedi Bom Bali II. Ketika beberapa pemuda 
Muslim dengan spirit jihad yang salah arah menjadi pembom bunuh diri. Tidak 
sadar telah membunuh makhluk Tuhan yang tidak berdosa. Ini penyimpangan nyata 
dari ajaran Islam.

Tahun depan apa kita masih bisa optimistis?

Saya selalu mengatakan bahwa bila Tuhan mengizinkan manusia untuk pesimistis, 
maka saya adalah orang yang paling pertama melakukannya. Namun, kita dilarang 
untuk pesimistis dari rahmat Tuhan. Saya yakin masa transisi saat ini merupakan 
masa ujian bagi bangsa ini. Saya optimistis kita masih dapat melaluinya dengan 
kerja keras, seraya berdoa dan tawakal kepada-Nya.
  


    

Irwan Kurniawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Masalahnya kondisi 'Ibu Pertiwi' sudah demikian adanya, bos..
Wong cilik bisa apa kalo usaha yang dilakukan mentok..
mereka yang demo soal SUTET. mereka yang harus kebanjiran karena 
hutannya di-gundul-in..
mereka yang mungkin tekor bercocok tanam (karena harga pupuk mahal), gak 
nikmati
harga tinggi seperti tengkulak dan bekingnya.. dan masih banyak lagi 
daftar sejenis..
belum lagi mafia peradilan.. mau ngadu ke pengadilan sistimnya banyak"an 
duit.. :-(
Optimis memang perlu.. tapi realistis merupakan pilihan yang paling baik..

Ada yang mau sharing kenapa Jepang bisa bangkit dari PD II itu?
Nah di Indonesia ada gak yang kaya' gitu?
Dulu malah pernah ada tuh yang ngumpulin emas waktu awal krismon..
tapi gak ada kabarnya lagi.. sama ngumumin ngasih makan gratis ke rakyat 
di warteg"..
mengakibatkan banyak(?) warteg yang rugi karena diserbu isu 'makan gratis'..

Wassalam,

Irwan.K

nb: Sengaja ya bos nulis Mei Countreee.. biar Mbak Mei ngerespon.. :-P

SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO wrote:

>Indonesia baik-baik saja koq.
>   
>  Sebenarnya yang harus dipermasalahkan adalah orang-orang yang suka 
> "mengeluh" dan tidak punya inisiatif untuk melakukan perubahan dan 
> perombakan,  contoh soal : Jepang hancur saat di Bom Atom, ludes, 
> tuntas...tas....tapi mereka bukan bangsa bermental memble, dengan modal 
> mental semata-mata akhirnya mereka bisa bangkit dan bangun menyamai negara 
> yang lain.
>   
>  Pertanyaannya adalah, kita mau jadi bangsa pengeluh dan memble atau jadi 
> bangsa yagn kreatif dan mempunyai etos berpositif thinking,  ITU AJA.
>   
>  Bagi yang suka mengeluh dianjurkan untuk segera keahli .....supaya bisa 
> dicek apakah kadar gangguan.......-nya sudah akut dan paraf .....ech parah 
> atau belum.
>   
>  INDONESIA IS Mei COUNTREEE , aku sangat bangga jadi orang INDONESIA.
>   
>  wassalam.
>   
>  begitu saja.
>   
>  
>
>Ambon <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>  http://www.indomedia.com/bpost/012006/11/opini/opini2.htm
>
>Inikah Indonesiaku? Duh ...!
>
>Oleh : Pribakti B
>
>Seorang teman saya bertanya: "Mengapa Indonesia bisa jadi 
>'begini'? Maksudnya? Teman itu menyebutkan betapa permasalahan yang dihadapi 
>bangsa kita begitu kompleks, tidak jelas kapan selesainya dan masalah baru 
>selalu saja muncul setiap hari. Perhatikan masalah sosial, ekonomi, politik, 
>kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang rasanya begitu 'ruwet'. Borok itu 
>hari demi hari keluar satu demi satu. Lalu, bagaimana tidak pesimis, kata 
>teman itu, bahwa negeri ini sesungguhnya memang sudah rusak. Kerusakan yang 
>sempurna, katanya menyitir ucapan seorang tokoh.
>
>Sekarang ditambah lagi, Indonesia ternyata termasuk penghasil ektasi terbesar 
>ketiga di dunia. Setelah itu, juga terbongkar penyuapan aparat kepolisian 
>dalam kasus Bank BNI. Pengangguran dan utang luar negeri pun ternyata juga 
>mengerikan. Meskipun semua itu belum selesai, muncul kelaparan di Yahukimo 
>Papua dan teror bom di Palu.
>
>"Mengapa bisa begitu?" tanya teman itu. Entahlah, saya tidak tahu persis.Tapi 
>meskipun begitu, sesungguhnya apabila kita teliti permasalahannya, paling 
>tidak ada dua hal yang menjadi sumber timbulnya masalah itu.
>
>Pertama, permasalahan yang timbulnya di luar jangkauan kita. Masalah ekonomi 
>misalnya, memiliki keterkaitan dengan berbagai masalah lain yang berada di 
>luar kontrol kita. Masalah ini bahkan terkait dengan dunia luar, dengan 
>prinsip globalisasi dan juga (tentunya) kepentingan negara lain.
>
>Kedua, permasalahan yang sesungguhnya kita 'bikin' sendiri. Ada yang terkait 
>kebijakan pemerintah, dan sikap masyarakat kita sendiri yang memang tidak 
>kondusif. Ada pula yang terkait hukum kita yang memang tidak 'berdaya' 
>menyelesaikan masalah itu. Lantas, bagaimana kita dapat keluar dari krisis 
>yang sering dikatakan multidimensi itu?
>
>Depresi
>
>Jujur saja, gara-gara krisis multidimensi ini, stres dan depresi menggerogoti 
>kita. Di warung, di jalan, di kantor, penyakit apa pun bisa terpicu. Sebab, 
>begitu mata melek dan otak melahap koran pagi, hati geregetan oleh berita 
>'klasik' korupsi. Sepertinya aturan dibuat untuk diakali. Dana Abadi Umat 
>dibikin bancakan, diutak-atik secara 'kreatif'.
>
>Semua itu mengingatkan saya pada sebuah lelucon yang dibuat mahasiswa UI di 
>akhir 1970-an. Dikatakan, seorang bayi lahir. Ia normal dan tampaknya terlalu 
>cerdas. Begitu merasakan sentuhan udara luar, ia menengok ke kiri dan ke 
>kanan. Kemudian menjerit keras dan langsung mati, karena ia sadar telah lahir 
>di Indonesia: sebuah negeri di mana berbagai gejala ketimpangan sosial dan 
>ketidakadilan merajalela.
>
>Inikah negeriku? Coba sekarang lihat sekeliling kita. Tiap ada pimpinan baru, 
>misalnya, semua pada sibuk nguping kiri-kanan mencari objekan. Repotnya, kalau 
>ketemu pejabat bertipe DKI alias Di Bawah Ketiak Istri. Ditanggung banyak 
>bawahan mengalami stres berat. Maklum, macan betina itu lebih ngebos ketimbang 
>bos sesungguhnya. Perilakunya tengil. Walau ia tidak memiliki meja kursi, 
>merasa lebih memahami situasi kantor. Kemudian, lantaran sangat membanggakan 
>pangkat dan jabatan suami, ia memunculkan pribadi yang sewenang-wenang tak 
>kenal kompromi.
>
>Lebih celaka lagi, mempan disindir. Benar-benar berkulit tebal. Berita busung 
>lapar di daerah, umpamanya, tak lagi menggiriskan. Hidupnya jauh dari 
>kesederhanaan. Hobinya jalan-jalan ke luar negeri. Jika berbelanja di mal, 
>misalnya, anak buah suami yang 'berladang basah' jadi pendamping. "Parfum itu 
>wanginya, aduh ...," katanya main tunjuk agar segera dibayari. Hobi lain 
>adalah rajin mengamati iklan. Begitu muncul barang baru, anak buah suami 
>dikontak. "Coba dicek, Nokia keluarkan HP baru. Anak saya ingin ganti HP," 
>katanya. Tahu kan maksudnya? Itu identik dengan 'buruan beliin gue'.
>
>Bahasa mencerminkan bangsa! Saking jengkelnya oleh situasi di negeri ini, 
>seorang aparat protes kepada saya: "Kalau mau masuk surga, jangan jadi 
>aparat!" Di satu sisi ia ingin tawadlu, mendekatkan diri kepada Allah. Di sisi 
>lain, wajib mengumpulkan dana untuk si bos. Ia seperti sendirian di padang 
>pasir dan jeritannya lenyap ditelan gurun.
>
>Inikah Indonesiaku? Duh ...! Rasanya tiada lagi elit panutan. Situasinya 
>mengarahkan orang untuk sepakat, uang adalah segalanya. Duit bisa menguasai 
>siapa pun. Buntutnya dapat ditebak: Yang atas ngerampok, kelas menengahnya 
>jadi maling, di bawahnya nyopet, dan paling rendah hanya bisa mulung, 
>mengambil barang kantor satu atau dua biji. Apa tidak edan, man!
>
>Mestinya sejak awal harus ada kesepakatan di antara kita, untuk setidaknya 
>tidak memperbesar permasalahan yang ada. Jangan sampai ada kesan, sementara 
>kita belum mampu menyelesaikan satu masalah, masalah lain muncul dari kita 
>sendiri.
>
>Psikosomatik
>
>Begitulah. Ironis memang. Di negeri ini korupsi merajalela (istilah KPK: 
>Darurat Korupsi). Depresi pun siap menerkam. Penyakit itu bisa mengarah lebih 
>gawat: psikosomatik. Psyche berarti jiwa dan soma berarti tubuh. Tapi tidak 
>usah minder. Berdasarkan survai World Federation for Mental Health akhir Mei 
>lalu, di dunia terdapat 340 juta penderita depresi. Di Indonesia apalagi. 
>Maksud saya, pasti tidak terekam angkanya. Entah berapa juta yang depresi. 
>Saya juga tidak tahu persis.
>
>Tapi yang pasti, biasanya penderita depresi merasa cemas berlebihan. Rasa 
>curiga juga meningkat. Muncul 'perlawanan' yang mengakibatkan tubuh tidak 
>nyaman. Beragam keluhan seperti menggerogoti tubuh. Misalnya gangguan 
>pencernaan, keluar keringat dingin, rasa pegal dan sakit kepala. Orang depresi 
>cenderung sensitif, dan tak sudi disebut sakit. Kendati diberi masukan bahwa 
>pandangan Anda bisa mengubah dan mempengaruhi langkah Anda, tidak serta merta 
>bersedia menerima.
>
>Dijelaskan, cara pandang itu memberi pilihan dunia yang terang atau buram. 
>Kacamata sendiri tetap dinilai paling jempol. Padahal, memandang sebuah soal 
>secara polos dan sederhana bisa memberi pencerahan baru. Begitu Anda mengubah 
>cara pandang itu, maka akan menemukan dunia yang benar-benar gres. Anda 
>seperti terlahir kembali, tanpa diberati segudang kecemasan. Persis waktu 
>bocah menyikapi makanan. Apa saja masuk perut, tinggal leb!
>
>Lebih dari itu, umumnya orang depresi punya segudang keluhan yang diciptakan 
>sendiri. Diri merasa terbuang atau tercampakan. Lingkungan yang kurang 
>memperhatikan juga memperparah keadaan. Apalagi, pundak tak pernah 
>ditepuk-tepuk atasan lagi. Betul-betul seperti rongsokan yang siap diloakan. 
>Padahal , sesungguhnya kepahitan hidup --termasuk penyakit-- itu bisa disikapi 
>dengan meletakkan pada proporsinya.
>
>"Kembalikan penyakit itu pada Yang Membuat. Serahkan sepenuh hati, seperti 
>orang saat sujud shalat," ujar seorang kawan. Lapangkan dadamu, luaskan hatimu 
>untuk menampung tiap kepahitan hidup. Enjoy aja! Pendek kata, anggaplah dunia 
>ini panggung teater. Masing-masing orang sudah punya peran. Ada yang jadi bos, 
>ada yang ngebosi, ada pula yang cuma jadi pelayan.
>
>Orang bijak mengatakan: "Sungguh, siapa saja yang duduk dalam struktur 
>pemerintahan negeri ini adalah Bejo, Untung atau Hoki. Mereka adalah orang 
>yang mendapatkan keuntungan meskipun tanpa bekerja. Benar, salah satu pemeo 
>membuat rumus di negeri ini orang bodoh kalah oleh orang pandai, orang pandai 
>kalah oleh orang berkuasa, orang berkuasa kalah oleh orang kaya, orang kaya 
>kalah oleh orang bejo." Menariknya, Pemerintah Indonesia tidak terlibat dalam 
>konstelasi pemeo itu. Sebab, mereka sekaligus pandai, berkuasa, kaya dan bejo. 
>
>* Dokter RSUD Ulin, tinggal di Banjarmasin
>


Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 



  SPONSORED LINKS 
        Women   Islam   Muslimah     Women in islam 
    
---------------------------------
  YAHOO! GROUPS LINKS 

    
    Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
    
    To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
    
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 

    
---------------------------------
  

  


                  
---------------------------------
Yahoo! Photos
Got holiday prints? See all the ways to get quality prints in your hands ASAP.

[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 



  SPONSORED LINKS 
        Women   Islam   Muslimah     Women in islam 
    
---------------------------------
  YAHOO! GROUPS LINKS 

    
    Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
    
    To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
    
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 

    
---------------------------------
  

  


                
---------------------------------
Yahoo! Photos – Showcase holiday pictures in hardcover
 Photo Books. You design it and we’ll bind it!

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke