Yah, saya pada prinsipnya setuju Pak Darwin. Lha, menarik juga tuh aturan poligami untuk orang non Muslim. Aku kira yang punya banyak selir orang Cina loh. Itu gimana mereka ngaturnya diantara mereka sendiri? Orang Cina suka pelit bagi elmu ni...:-)
Seperti mba Astin dan pak Sabri bilang, kedua-duanya mesti di-upgrade yaitu RUU poligami dan cerai. Dan selain itu saya pikir kudu diperkuat sektor konseling keluarga sebagai penyuluhan dan pencegahan. Saya duga Aa Gym nggak counseling-oriented, lha ulama bisnismen juga manusiaaaa, perlu konseling keluarga juga apalagi untuk keputusan seperti itu. Tapi Aa Gym tetep jadi sumber inspirasi kita, yaitu mengilhami kita untuk memperkuat undang-undang...:-) Revisi undang2 dan konseling perlu sekali Pak Darwin. Kelompok PKS, HT, Salafi, sebagian kelompok tradisional spt NU, udah lama giat melakukan brainwashing pada jamaahnya untuk poligami. Ini kan namanya teror kepada jamaah perempuan dan laki2nya yang biasa-biasa aja. Makanya pada diem dg kasus Aa Gym, ada yang malah promosiin dan mengkafirkan orang lain. Di pengajian PKS lagi pada tiarap soal Aa Gym, soalnya politically incorrect. Tapi udah ada kudenger cewek2nya mulain berani bersuara, paling nggak lewat sms...:-) Thanks to sms.. Yang seperti ini hanya bisa ditahan di undang-undang, jangan sampe parlemen kecolongan. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Darwin Bahar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Salam Kangen tuk Mbak Mia dkk > > Kolom penulis Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk penerima penghargaan sastra > internasional ini pernah saya postingkan ke WM tidak lama sesudah > terjadimya bencana Tsunami di Aceh ("Menjenguk Allah di Aceh"). > > Pada kolomnya di Republika Senin, 11 Desember 2006, kembali Ahmad > Tohari, dengan prosaik membahas masalah poligami dalam Islam yang > kontroversial---dalam tanda petik---itu dibuat sederhana. > > Betul, secara pribadi saya juga berpendapat bahwa poligami, adalah > merupakan "pintu darurat" yang perlu ada, tetapi tidak dapat dibuka > seenaknya. Karena itu saya sangat setuju kalau Unadang-Undang sangat > memperketat aturan poligami, tidak melarangnya sama sekali. Ini bukan > berarti negara masuk terlalu jauh kepada urusan pribadi warganya seperti > yang dukhawatirkan Din Syamsudin dan KH Hasyim Muzadi, tetapi mencegah > penyalahgunaan poligami atas nama agama, yang justru dapat mencereng > tujuan mulia agama memperbolehkan poligami. > > Analogi "pintu darurat" tersebut juga digunakan tidak kurang oleh Pakar > Al Quran dan penulis Tafsir Al-Misbakh Prof Dr Quraish Sihab. > > Pada kenyataannya jarang sekali tokoh-tokoh Islam Indonesia yang > berkarakter kuat, seperti tokoh-tokoh eks partai Masyumi dulu yang > berpoligami, termaksud Ketumnya Moh Natsir glr Dt Sinaro Panjang. > > Tidak juga para Ketum Muhammadiyah, kecuali Alm Buya AR St Mansur, yang > memperisteri salah seorang kakak Alm Buya Hamka. Dan seperti pernah > dituturkan oleh Buya Hamka, kakak iparnya itu pernah menasehati sang > Ulama besar tersebut agar tidak berpologami. Pendiri Muhammadiyah KH > Ahmad Dahlan juga menjalani kehidupan monogami. > > Jangan dikata lagi Dr Moh Hatta, yang dalam berbagai aspek dalam peri > kehidupannya hampir selalu berpegang teguh kepada Ajaran Islam. > > Dan saya setuju dengan gagasan Martha seorang netter Apakabar, agar > aturan ini hendaknya tidak dibatasi hanya terhadap pemeluk agama Islam saja > > SWGL (So what gitu loh)? > > Dalam sebuah wawancara Majalah FORUM dengan pengacara kondang dan Ketua > TPDI RO Tambunan beberapa tahun yang lalu, terlihat foto sang Pengacara > yang gagah itu dengan beberapa anak dan isterinya yang terkena stroke > berat yang di foto tersebut tampak sekali menyebabkannya mengalami > degenerasi fisik dan psikis yang sangat signifikan, dan isteri mudanya > yang sintal yang berdiri disebelahnya. > > Ya, karena yang memerlukan "pintu darurat" jelas bukan hanya pria- pria > muslim saja, dan mereka tentunya juga perlu dipayungi oleh Undang- Undang. > > Begitu loh. > > Wassalam, Darwin > >