Refleksi Perempuan Usia 40-an

Jadi, secara resmi usiaku 44 tahun. Usia yang tadinya aku anggap sudah menua 
tapi setelah mengikuti dengan cermat pilpres di AS dan mendengarkan pidato dua 
perempuan yang hebat Michelle Obama (calon ibu negara Partai Demokrat) dan 
Sarah Palin (kandidat wakil presiden partai Republik) yang
keduanya berumur 44 tahun, maka, aku beranggapan tidak ada kata "tua" yang ada 
adalah kata "matang". Michelle dan Sarah memang perempuan matang. Matang 
pengalaman dan matang kehidupan membuat mereka menjadi perempuan yang solid.

Orang mengatakan perempuan yang memasuki umur 40-an tahun, hidupnya terus 
mengalami "down hill". Memory sedikit menurun, pipi dan pantat melorot, buah 
dada mengendur dan aktivitas menjadi rutinitas. Masa-masa yang membosankan. 
Apalagi pada umur-umur seperti inilah teman-teman perempuan di lingkungan 
arisan atau pengajian akan selalu menawarkan baju yang tertutup dan kadang 
kerudung yang menutup rambut, tak ada lagi yang menawarkan rok mini apalagi 
tank top. Kosa kata pun terbatas. Tak sadar obrolan kepada anak-anak gadisnya 
dimulai selalu dengan "dulu...mama begini dan begitu", yang membuat anak-anak 
perempuan kita bete. Acara liburanpun jauh dari kesan avanturir, brosur-brosur 
pantai Bali atau night club Bangkok diganti dengan umroh ke tanah suci.

Perempuan umur 40-an memang terjepit. Sebab ia belum sampai pada usia 
menimang-nimang cucu di usia 50-an, karena baru saja lepas lelah dari ganti 
popok dan mengantar anak-anak sekolah di usia 30-an. Ia belum bisa disebut 
nenek centil, sebab baru saja usai jadi ibu yang terengah-engah. Jadi, usia 
40-an ada pada masa transisi. Tugasnya belum sepenuhnya berakhir karena 
anak-anak dalam usia yang antara masih dan tidak membutuhkannya, anak-anak 
remaja yang membawanya turun-naik "roller coaster", membuat jantungnya terus 
berdebar-debar.

Fantasi perempuan yang memasuki umur 40-an adalah mengenang diri di umur 20-an. 
Saat bebas dan ceria, tak perlu diatur oleh suami dan ibu mertua. Di sela-sela 
memasak dan membersihkan rumah, ia ingat saat pacar mengajak diam-diam pelesir 
ke Ancol atau makan di warung bakso. Senyum simpul
mengembang mengenang masa-masa lalu. Sampai suatu ketika senyum itu hilang dan 
diganti tetesan air mata. Sebab sang suami pun memiliki fantasi yang sama, 
hanya bedanya sang suami benar-benar menghidupi masa lalu dengan seorang gadis 
yang sungguhan berusia 20-an tahun dan kini meminta agar istri barunya itu 
serumah. Cerita klasik perempuan berumur 40-an tahun.

Perempuan berumur 40-an tahun tak bisa mengharap dari cerita Cinderella. Sebab 
tak ada pangeran yang mau menyelamatkan dirinya, siapa yang mau bersusah payah 
mempertaruhkan nyawa demi seorang perempuan berumur 40-an tahun?

Jadi, memang hanya satu harapannya, setelah usai pidato Michelle dan Sarah, 
hanya ada dua pilihan dalam hidupnya. Ia dapat mematikan TV dan pergi tidur 
dengan dasternya yang lusuh, karena esok harus bangun pagi-pagi menyiapkan 
sarapan sang suami. Atau, mematikan TV dan segera membuat rencana menyambut 
esok hari penuh gairah dan kemandirian, memperbaiki nasib diri sendiri serta 
bersemangat untuk bangkit menantang segala kesusahan hidup yang dihadapinya. 
Inilah dilema perempuan yang berumur 40-an tahun...

Selamat ulang tahun untuk mereka yang juga berumur 40-an tahun, semoga penuh 
sinar mata hari.

gadis arivia


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke