Siapakah Ahlul Bait Nabi saw itu?
Oleh: Syamsuri Rifai

Siapakah yang dimaksud Ahlul bait (sa) di dalam firman Allah swt 
berikut ini?

ÅöäøóãóÇ íõÑöíÏõ Çááøóåõ áöíõÐúåöÈ Úóäßãõ ÇáÑøöÌúÓ Ãóåúáó ÇáúÈóíúÊö æó 
íõØåøöÑóßãú ÊóØåöíÑÇð 
"Sungguh tiada lain Allah berkehendak menjaga kamu dari dosa-dosa 
hai Ahlul bait dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya." (Al-
Ahzab: 33)

Tanpa penjelasan Rasulullah saw kita tidak akan bisa menjawab 
pertanyaan tersebut. 

Berdasarkan hadis-hadis shahih yang bersumber dari sahabat dan 
isteri Rasulullah saw, antara lain adalah: 
Abu Said Al-Khudri berkata: Ketika Ummu Salamah Ummul mukminin (ra) 
berada di rumahnya, turunlah malaikat Jibril kepada Rasulullah saw 
membawa ayat ini. Kemudian Rasulullah saw memanggil Hasan dan 
Husein, Fatimah dan Ali (sa) lalu beliau menghimpun mereka, 
menghampar kain untuk mereka, dan melarang Ummu Salamah berhimpun 
bersama mereka. Kemudian Rasulullah saw bersabda: 

Çóááøóåõãøó åóÄõáÇóÁ Ãóåúáõ ÈóíúÊöí æóÎóÇÕøóÊöí¡ ÃóÐúåöÈú Úóäúåõãõ ÇáÑøöÌúÓó 
æóØóåøöÑúåõãú ÊóØúåöíúÑÇð 
Ya Allah, mereka inilah Ahlul baitku, jagalah mereka dari dosa-dosa 
dan sucikan mereka dengan sesuci-sucinya."
Lalu Ummu Salamah (ra) berkata: Ya Nabi Allah, aku bersama mereka? 
Rasulullah saw bersabda: "Kamu berada dalam kedudukanmu dan kamu 
adalah orang yang baik." (Tafsir Ad-Durrul Mantsur, Jalaluddin As-
Suyuthi, tentang ayat ini).

Dalam Shahih Muslim, Shahih At-Tirmidzi, Musnad Ahmad bin Hanbal, 
Mustadrak Al-Hakim, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Ad-
Durrul Mantsur menyebutkan bahwa: Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, 
Jabir Al-Anshari, Sa'd bin Abi Waqqash, Zaid bin Arqam, Ummu 
Salamah, Aisyah, dan sebagian sahabat yang lain mengatakan: ketika 
ayat ini turun kepada Rasulullah saw, beliau mengumpulkan 
keluarganya yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husein, dan beliau 
memayungi mereka dengan membawa kain kisa' sambil bersabda:  
Çóááøóåõãøó åóÄõáÇóÁ Ãóåúáõ ÈóíúÊöí
"Ya Allah, mereka inilah Ahlul baitku."

Dalam Shahih At-Tirmidzi 2/319, hadis ke 3871, bab 61:  
Ummu Salamah berkata bahwa Nabi saw memberi kehormatan yang khusus 
kepada Hasan dan Husein, Ali dan Fatimah dengan kain kisa' 
(mengumpulkan mereka di bawah kain kisa'). Kemudian beliau bersabda:
 
Çóááøóåõãøó åóÄõáÇóÁ Ãóåúáõ ÈóíúÊöí æóÎóÇÕøóÊöí ¡ ÃóÐúåöÈú Úóäúåõãõ ÇáÑøöÌúÓó 
æóØóåøöÑúåõãú ÊóØúåöíúÑÇð 
"Ya Allah, mereka inilah Ahlul baitku dan keistimewaanku, jagalah 
mereka dari dosa-dosa dan sucikan mereka dengan sesuci-sucinya." 
Kemudian Ummu Salamah berkata: 

æóÃóäóÇ ãóÚóåõãú íóÇ ÑóÓõæáó Çááå ¿
Ya Rasulullah, aku bersama mereka? Rasulullah saw menjawab: 

Åöäøóßó Åöáóì ÎóíúÑò
"Engkau orang yang baik."

Dalam Shahih Muslim, kitab Fadhail Ash-Shahabah, bab Fadhail Ahlul 
bait (sa): 
Aisyah berkata: Pada pagi hari Nabi saw keluar rumah membawa kain 
berbulu yang menyerupai rambut yang hitam. Kemudian datang Hasan bin 
Ali, lalu datang Husein kemudian masuk bersamanya, kemudian datang 
Fatimah lalu beliau mempersilahkan masuk, kemudian datang Ali lalu 
beliau mempersilahkan masuk. Kemudian beliau membaca ayat:

ÅäøóãÇ íõÑíÏ Çááåõ áíõÐúåöÈó Úäßã ÇáÑøÌÓó Ãåáó ÇáÈíÊ æíõØåøÑßã ÊØåíÑÇð
"Sungguh tiada lain Allah berkehendak menjaga kamu dari dosa-dosa 
hai Ahlul bait dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya." (Al-
Ahzab: 33)

Hadis yang semakna dengan hadis tersebut juga terdapat di dalam:  
Shahih Muslim, kitab Fadhail Ash-Shahabah, bab Fadhail Ahlul bayt 
Nabi, jilid 2 halaman 368; cetakan Isa Al-Halabi; jilid 15 halaman 
194 dalam syarah An-Nawawi, cetakan Mesir.

Dari hadis tersebut jelaslah bahwa yang dimaksud Ahlul bait (sa) 
dalam surat Al-Ahzab: 33 adalah: Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az-
Zahra', Al-Hasan dan Al-Husein (sa)

Pertanyaan kedua: Apa maksud dan tujuan Allah swt menjaga dan 
mensucikan mereka? Apakah hanya untuk kepentingan mereka secara 
pribadi? Atau untuk kepentingan yang lain? Menurut saya, tujuan itu 
tidak hanya untuk kepentingan pribadi mereka, tetapi Allah swt punya 
tujuan yang lebih besar. Yaitu untuk contoh teladan dan rujukan 
ilmu2 keislaman pasca Rasulullah saw, terutama bagi orang-orang yang 
belum sempat berjumpa dengan Rasulullah saw.

Berdasarkan ayat dan hadis tersebut jelaslah bahwa yang makshum 
(terjaga dari salah dan dosa) adalah Rasulullah saw dan Ahlul 
baitnya (sa).

Pertanyaan ketiga: Apakah pensucian terhadap mereka bersifat takwini 
atau tasyri'i? Pensucian takwini maksudnya  pensucian  yang 
disebabkan oleh faktor keturunan Rasulullah saw. Pensucian tasyri'i 
maksudnya adalah pensucian diri secara proses karena pengamalan 
syariat Islam. 

Jika jawabannya yang pertama, mengapa Allah swt hanya mensucikan 
Ahlul bait Nabi saw? Mengapa tidak semua ummat manusia? Tidak pilih 
kasih. Dan kita yakini bahwa Allah swt Maha Adil. Pada kenyataannya, 
orang-orang suci (para nabi dan rasul) hanya terjadi dan berasal 
dari keturunan Nabi Ibrahim (as). Bahkan tentang masalah Imam bagi 
semua manusia hanya dari keturunan Nabi Ibrahim (as) yang tidak 
zalim:
"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu Imam bagi manusia. Kemudian Nabi 
Ibrahim memohon: dari keturunanku juga. Allah swt menjawab: Tidak 
akan mencapai pada perjanjian-Ku orang-orang yang zalim." (Al-
Baqarah: 124) 

Jika jawabannya yang kedua: Yakni pensucian itu terjadi karena 
pengamalan syariat Islam. Disini jelas bahwa Islam diturunkan ke 
muka bumi untuk mensucikan manusia secara lahir dan batin. Tetapi 
pada kenyataannya tidaklah mudah syariat Islam mengantarkan manusia 
pada kesucian lahir dan batin. Sehingga sampai sekarang belum ada 
manusia suci sampai ke tingkat makshum, kecuali Rasulullah saw 
sebagaimana yang disepakati oleh seluruh kaum muslimin.

Pertanyaan keempat: Kalau hanya Rasulullah saw yang makshum, 
bagaimana dengan missi Rasulullah saw hingga akhir zaman? Siapakah 
yang akan menjadi teladan ideal dan rujukan ilmu2 keislaman secara 
pasti oleh kaum muslimin pasca Rasululah saw? Jika jawababnya  
rujukan cukup Al-Qur'an dan hadis. Bukankah sampai sekarang seluruh 
kaum muslimin merujuk pada Al-Qur'an dan hadis, tetapi terjadi 
banyak perbedaan pendapat dan pemahaman tentang kandungan maknanya? 
Sehingga kaum muslimin tidak mendapat jawaban yang pasti tentang Al-
Islam, khususnya hal2 yang tidak qath'i. Tidak seperti jawaban2 yang 
pasti di zaman Rasulullah saw, karena beliau sendiri yang menjawab 
semua persoalan yang terjadi di zamannya.

Soal keteladan jelas tidak mungkin mencontoh pada Al-Qur'an dan 
hadis. Karena keduanya bersifat informasi universal yang masih perlu 
dipahami. Dalam memehaminya saja berbeda2, bagaimana mungkin bisa 
menjadi teladan secara pasti. Di zaman Nabi saw ada Al-Qur'an, dan 
ada Nabi saw sebagai sosok contoh teladan yang secara utuh 
mengamalkan Al-Qur'an. Lalu di zaman kita siapa? 

Menurut pemahaman saya, sepanjang belum ada orang yang makshum 
selain Nabi saw, yang terjaga dari kesalahan dalam memahami Al-
Qur'an dan hadis, khususnya hal2 yang tidak qath'i, maka saat itu 
pula berlaku relativitas kebenaran pemahaman, bisa salah dan bisa 
benar, yakni tidak pasti. Kalau pun benar itupun nisbi. Beda dengan 
di zaman Rasulullah saw, jawabannya pasti, bukan kebenaran nisbi.  

Untuk itu semua Allah swt menginformasikan jaminan kesucian dan 
kemakshuman Ahlul bait Nabi saw, sebagai kader beliau, tempat 
merujuk ummatnya dan contoh keteladanan mereka dalam kehidupan. Di 
sini saya tidak berarti meniadakan sahabat-sahabat Nabi saw. Mereka 
juga sebagai rujukan keilmuan bagi ummat Islam. Tapi mereka, 
sebagaimana disepakati oleh kaum muslimin, juga tidak makshum, tidak 
terjaga dari kesalahan. Kecuali ummat mensepakati bahwa sahabat itu 
makshum, tapi untuk itu membutuhkan dalil2 nash. Dan buktinya di 
antara mereka sendiri juga berbeda pendapat dalam hal memahami Al-
Qur'an dan hadis.

Dalam hal ini Anda boleh tidak sependapat dengan pemahaman saya, 
tapi tunjukkan dalil2 nash hujjah2 rasional dan faktual.

Untuk itu semua, menurut saya, ayat dan hadis tersebut menunjukkan 
bahwa Ahlul bait (sa) adalah makshum, terjaga dari kesalahan dan 
dosa. Merekalah kader-kader Rasulullah saw yang istimewa disamping 
sahabatnya

Saya ingin menegaskan kembali sebagai bahan diskusi yang mungkin 
belum disepakati di antara kita:
1.      Siapakah Ahlul bait Nabi saw dalam ayat tersebut?
2.      Apa maksud dan tujuan Allah swt mensucikan mereka?
3.      Adakah perintah Rasulullah saw untuk merujuk ilmu2 keislaman 
pasca beliau? Kepada siapa?
4.      Mengapa umumnya ummat Islam tidak mengenal peranan Ahlul 
bait Nabi saw dalam ilmu2 keislaman? 
5.      Shahihkan hadis Rasulullah saw: "Aku kota ilmu dan Ali 
adalah pintunya, barangsiapa yang menginginkan ilmuku maka datanglah 
melalui pintunya."? Kalau shahih, apa maksudnya?

Bagi yang berminat informasi tentang amalan2 praktis dan doa-doa 
pilihan, kunjungi:
http://shalatdoa.blogspot.com

Yang berminat ebooks tentang Adab-adab haji dan doa2nya, amalan2 
praktis dan doa-doa pilihan keseharian, kunjungi:
http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia
http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa

Bagi yang berminat Feng Shui Islami dan rumus2nya, kunjungi:
http://groups.google.co.id/group/feng-shui-islami

*****


Kirim email ke