Tingkatan Nilai Akhlak (1)

Seorang perampok terkadang iba juga melihat penderitaan orang lain. 
Dari perasaan ibanya maka ia boleh jadi menyisihkan sebagian hasil 
rampokannya untuk menolong orang yang menderita itu, sehingga bisa 
terjadi seorang perampok profesional yang tak pernah tertangkap jus­
tru dikenal sebagai sosiawan di kampung halamannya. Adakah perampok 
yang sosiawan itu dapat disebut sebagai orang yang berakhlak?
Apa yang dilakukan oleh perampok itu adalah perbuatan baik, tetapi 
bukan kebaikan, karena tidak bersumber dari nilai-nilai akhlak. 
Kebaikan itu sifatnya utuh, tidak kontradiktip, meski boleh jadi ada 
perbedaan persepsi orang lain terhadapnya. Perbuatan seseorang dapat 
dipandang sebagai perwujudan dari akhlaknya manakala ia keluar dari 
keadaan batinnya. Dalam perspektip ini maka suatu perbuatan dapat 
diklassifikasi dengan ukuran-ukuran-ukuran (a) Perbuatan baik atau 
buruk, (b) Kriteria atau konsep tentang baik dan buruk, (c) 
Pengenalan atau makrifat terhadap kebaikan atau keburukan, dan (d) 
kecenderungan jiwa terhadap kebaikan atau keburukan.

1. Perbuatan Baik atau Buruk
Perbuatan baik atau buruk yang dilakukan seseorang tanpa ada 
hubungannya dengan akhlaknya atau tabiatnya adalah hanya bernilai 
perbuatan. Suatu ketika seorang yang akhlaknya buruk tanpa kesadaran 
akan makna baik buruk melakukan suatu perbuatan yang bernilai baik. 
Demikian juga seseorang yang sebenarnya akhlaknya baik, suatu ketika 
tanpa menyadari makna keburukan melakukan sesuatu yang bernilai 
buruk.. Perbuatan baik dan perbuatan buruk dari dua orang itu hanya 
bernilai sebagai perbuatan, tetapi tidak bermakna sebagai kebaikan 
atau kejahatan. Dilihat dari sudut agama, maka perbuatan itu tidak 
men­datangkan pahala dan dosa. 

Seorang pencuri yang sedang mencuri di rumah seseorang karena 
kepergok kemudian mebunuh tuan rumah. Tetapi setelah peristiwa 
pembunuhan itu terungkap bahwa orang yang dibunuh oleh pencuri itu 
adalah tokoh pemberontak yang sangat ber­bahaya bagi bangsa dan 
negara, yang telah sekian lama tidak berhasil ditangkap oleh aparat 
keamanan. Senyatanya pencuri itu berjasa bagi negara dan bangsa, 
tetapi di depan Alloh SWT ia tidak memperoleh apa-apa selain dosa 
membunuh. Demikian juga seorang peneliti, tanpa disadari produk 
penelitiannya itu justeru menyebabkan timbulnya wabah yang menelan 
ratusan korban meninggal. Di depan masyarakat, peneliti tersebut bisa 
disebut sebagai pmbunuh massal, tetapi di depan Tuhan ia tidak 
dihukumi sebagai pembunuh.

Wassalam,
agussyafii

==============================================
Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui 
http://mubarok-institute.blogspot.com dan [EMAIL PROTECTED]
==============================================


Reply via email to