Assalamu'alaikum,

Posisi Islam yang berada di tengah, di antara 2 titik ekstrim agama 
Yahudi dan Kristen yang dapat langsung kita rasakan adalah cara 
pandang kepada sosok kenabian, khususnya kepada sosok Nabi Isa a.s. 
(Yesus). Berangkat dari cara pandang kepada sosok Yesus inilah yang 
kemudian sejalan dengan waktu menumbuhkan berbagai macam pandangan 
ekstrim yang menjauhkan penganut 3 agama ini dari rasa persaudaraan 
dan kasih sayang di antara mereka yang sebenarnya berasal dari satu 
ayah, yaitu Ibrahim yang membawa agama monoteistik.

Profil Yesus digambarkan dengan ekstrim oleh Yahudi sebagai sosok 
yang hina, bukan nabi, bukan kesayangan Tuhan, bukan profil yang suci 
dan tidak diterima di surga - karena ia "mati" terkutuk di atas tiang 
salib. Yesus diletakkan di level yang sangat rendah oleh Yahudi. Ini 
adalah titik ekstrim yang pertama. 

Untuk "meredam" pandangan yang ekstrim tersebut serta mengangkat 
martabat Yesus dari level yang sangat rendah, Kristen kemudian 
mengklaim bahwa "kematian" Yesus di atas salib adalah untuk menebus 
dosa manusia dan kemudian barang siapa yang menerima Yesus dan 
pengorbanannya sebagai satu-satunya jalan maka ia akan memperoleh 
keselamatan. Lebih jauh lagi sosok Yesus dianggap sebagai tuhan, 
kepadanya manusia memanjatkan doa, tempat untuk mengadu, meminta 
pertolongan dan perlindungan. Yesus telah ditempatkan pada level yang 
sangat tinggi, sebuah titik ekstrim kedua setelah adanya titik 
ekstrim yang pertama.

Islam kemudian hadir di antara 2 titik ekstrim itu. Islam menawarkan 
keseimbangan. Islam menawarkan jalan tengah dengan mengatakan bahwa 
Yesus adalah seorang manusia biasa, hamba Allah yang suci, seorang 
nabi/rasul Allah yang sama seperti nabi/rasul Allah lainnya. Islam 
mengajak manusia agar menempatkan secara proporsional status/martabat 
sosok Yesus/Isa a.s. tersebut. Dibantah dengan tegas dalam al-Qur'an 
bahwa sosok Isa tidak pernah mati terkutuk di atas tiang salib dan 
ditolak keras untuk dianggap sebagai Tuhan.

Demikian solusi yang diberikan kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan 
pengikutnya atas 2 titik ekstrim tersebut. Namun kembali sejalan 
dengan waktu, sangat disayangkan bahwa kebanyakan dari penganut agama 
Islam kembali terjebak pada ekstrim yang sama, yaitu menganggap sosok 
Isa masih hidup dengan jasad kasarnya sampai detik ini. Anggapan ini 
muncul belakangan akibat penafsiran akan sosok Isa, namun seperti 
sunnah Allah yang sudah-sudah, Allah Ta'ala kembali mengutus 
nabi/rasul-Nya untuk menempatkan sosok Isa secara proporsional, 
membawa umat Islam kembali ke posisi jalan tengah dalam memandang 
profil Yesus/Isa a.s., yang demikian dapat membawa umat menjadi umat 
yang di tengah, umat yang terbaik, yang dapat saling mengasihi dan 
menyayangi di antara sesama manusia dan penganut agama.

Salam,
M. A. Suryawan


Kirim email ke