http://www.suarapembaruan.com/News/2008/10/11/Kesra/kes01.htm

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Tolak RUU Pornografi, Bali Gelar Parade Budaya

 

SP/Nyoman Mardika 


Masyarakat Bali Sabtu (11/10), menggelar parade budaya sebagai reaksi penolakan 
atas rencana diundangkannya Rancangan Undang-Undang Pornografi di DPR. Parade 
budaya ini juga diikuti komunitas warga Papua dan Jawa di Pulau Dewata. 
Sejumlah tokoh nasional seperti sutradara Garin Nugroho, artis penyanyi Franky 
Sahilatua, dan permaisuri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) 
Hemas juga ikut bergabung. 

[DENPASAR] Aksi besar-besaran menolak diundangkannya Rancangan Undang-Undang 
(RUU) Pornografi, Komponen Rakyat Bali (KRB) Sabtu (11/10) kembali digelar 
dalam bentuk parade budaya. Parade budaya yang melibatkan ribuan orang berjalan 
kaki dari Lapangan Renon menuju Lapangan Puputan Badung ini, sengaja digelar 
menjelang kedatangan anggota panitia kerja (Panja) RUU Pornografi yang akan 
mengadakan rapat dengar pendapat umum (RDPU) di daerah ini, Senin (13/10). 

Koordinator KRB Ngurah Harta yang ditemui SP, Sabtu pagi mengatakan, parade 
budaya mengambil start dari Parkir Timur Badjra Sandhi menuju Jl Diponegoro dan 
berakhir di Lapangan Puputan Badung. Dalam pantauan SP, aksi diikuti oleh 
sekitar 5.000 orang melibatkan perwakilan warga desa adat, siswa, dan mahasiswa 
di Bali. Selain itu beberapa tokoh nasional juga dipastikan hadir. 

Iring-iringan massa sepanjang 3 km itu membentangkan kain merah putih sepanjang 
ratusan meter, dengan sejumlah spanduk yang antara lain berbunyi, "Tolak RUU 
Pornografi, Jaga Kebhinekaan". Mereka juga mengarak lambang burung Garuda, 
simbol kebinekaan. 

Parade budaya tersebut, tidak hanya diikuti orang Bali, beberapa yang hadir pun 
adalah komunitas warga Papua dan Nusa Tenggara Timur serta masyarakat Jawa di 
Pulau Dewata. Sejumlah tokoh nasional seperti sutradara Garin Nugroho, artis 
penyanyi Franky Sahilatua, dan permaisuri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti 
Kanjeng Ratu (GKR) Hemas juga hadir dalam parade budaya menolak RUU Pornografi 
tersebut. 


Papua 

Menurut Ngurah Harta, aksi sengaja dilakukan di Bali karena Bali menjadi 
barometer penolakan terhadap RUU Pornografi. "Bali adalah barometer penolakan, 
kita tidak ingin kecolongan. Sebab tahun 2006 kita kira sudah selesai, ternyata 
muncul lagi, dan ini merupakan ancaman keutuhan Negara Kesatuan Republik 
Indonesia (NKRI)," ujar Ngurah Harta mengingatkan. 

Sementara itu, dari Jayapura, Papua dilaporkan, masyarakat di provinsi ini juga 
menolak keras RUU Pornografi. RUU tersebut dianggap tidak urgen dan akan 
menghancurkan semangat kebinekaan Indonesia. 

Ketua Sekolah Tinggi Teologia Water Pos, Sentani Dr Beny Giay menilai, 
Pemerintah Indonesia dan DPR saat ini banyak dikendalikan kepentingan yang 
berusaha melakukan penyeragaman dari kelompok mayoritas. "Seharusnya kita 
menjaga semangat bhineka tunggal ika agar tetap lestari, bukan merancang 
regulasi yang tidak menghargai keberagaman," tegas Beny Giay, Jumat (10/10). 

Senada dengan itu, Wakil Pokja Agama Majelis Rakyat Papua (MRP), Pdt Williem 
Rumsarwir mengatakan, akan menjadi masalah apabila RUU Pornografi itu hadir 
diundangkan dan berlaku nasional, sebab rakyat Papua akan habis dijebloskan ke 
penjara, karena dianggap porno. Padahal, kondisi orang Papua sudah begitu sejak 
dulu. 

Seperti diberitakan sebelumnya, DPR menjadwalkan RUU ini disahkan Oktober atau 
paling lambat akhir tahun 2008. Saat ini, Panja DPR baru melakukan sosialisasi 
di empat provinsi, yakni Bali, Papua, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur 
mulai Minggu (12/10) sampai Sabtu (18/10). 

Di DPR sendiri, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDI-P) dan 
Fraksi Partai Damai Sejahtera (FPDS) kembali bergabung masuk Panja untuk ikut 
membahas RUU Pornografi, tetapi dengan syarat mengkaji kembali tiga aspek 
mendasar, yaitu soal definisi pornografi, klausul-klausul pasal yang sangat 
vulgar, dan RUU yang dinilai terlalu menyentuh ranah privat. [137/154/128/E-5] 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 10/10/08 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke