http://www.suarapembaruan.com/News/2005/07/21/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Titik Pandang

Toleransi Beragama
 

Ratna Megawangi 

KAWAN saya pernah bilang bahwa begitu kita dilahirkan, kita sudah dikondisikan 
oleh budaya, kebiasaan, kepercayaan, termasuk agama yang berlaku setempat. 
Boleh dikatakan bahwa kita menjadi apa adanya sekarang, karena sebuah 
"kebetulan" yang bukan kita pilih. 

Saya bayangkan, apabila saya dilahirkan di sebuah keluarga keturunan Cina, 
mungkin saya akan beragama Budha, Kong Hu Chu, atau Kristen. Apabila saya 
dilahirkan di pedalaman hutan Papua, mungkin saya akan menjadi penganut 
animisme, atau kalau kebetulan orangtua saya anggota jemaah Ahmadiyah, mungkin 
saya juga akan menjadi pemeluk Ahmadiyah yang taat. 

Apabila ada yang merasa beruntung karena dilahirkan dalam keluarga Islam 
sehingga bisa menjadi pemeluk Islam, begitu pula perasaan yang sama dialami 
oleh mereka yang dilahirkan dalam keluarga Kristen, Hindu, Budha, Ahmadiyah dan 
sebagainya. 

Apakah mereka bisa disalahkan hanya karena menaati sesuatu ajaran, ritual atau 
mazhab keagamaan yang disosialisasikan sejak kecil yang mana mereka tidak bisa 
memilih atau menghindarinya? 

Saya tidak memilih untuk dilahirkan di dalam keluarga Islam dan dibesarkan 
secara itu, tetapi saya bersyukur bahwa melalui agama Islam saya bisa mengenal 
Tuhan. Karena itu saya ingin dihormati dengan segala atribut yang saya miliki, 
tetapi saya tidak bisa memaksakan orang lain untuk percaya kepada agama saya. 
"Tidak ada paksaan untuk memasuki agama" (Al-Baqarah:256). 

Begitu pula pemeluk agama lainnya yang harus dihormati karena menyembah 
Tuhannya melalui ritual keagamaannya, karena mereka juga tidak memilih untuk 
dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan agama atau mazhabnya. 

Oleh karena itu, tindakan brutal sekelompok orang yang mengaku ingin menegakkan 
agama dengan teror, ancaman, dan pengrusakan tempat ibadah, atau memaksa 
kelompok lain untuk jangan berbeda, adalah tindakan yang bertentangan dengan 
hakikat toleransi beragama dan hak azasi manusia yang dijamin oleh konstitusi. 
Hal itu juga bertentangan dengan spirit dari agama itu sendiri. 


* 


JALALUDDIN Rumi, seorang penyair Sufi besar dari Persia pada abad ke-13, pernah 
menuliskan kisah Nabi Musa yang diajarkan Tuhan untuk bersikap toleran terhadap 
pemahaman yang berbeda, yang dituangkan dalam bait-bait puisinya yang indah 
dalam Masnawi. 

Puisi ini telah diterjemahkan dari bahasa Persia oleh Nicholson dengan judul 
The Shepherd's Prayer by Rumi in RA Nicholson's Rumi, Poet and Mystic, London , 
1950. Berikut terjemahan bebasnya: 

"Ketika Musa sedang berjalan, ia mendengar seorang penggembala yang sedang 
berdoa sambil meratap. 'Oh Tuhan di manakah gerangan Engkau, karena aku ingin 
melayani-Mu dan menjahitkan sepatu-Mu, dan menyisirkan rambut-Mu. Aku ingin 
mencucikan baju-Mu, membunuh kutu kepala-Mu dan membawakan susu untuk-Mu, oh 
Duhai yang maha terpuji." 

Mendengar kata-kata yang dianggap bodoh tersebut, Musa berkata, "Kepada siapa 
kamu berbicara? Betapa kata-kata itu tidak bermakna; memalukan dan liar! Sumbat 
mulutmu dengan kapas!... Tuhan yang Maha Agung tidak memerlukan pelayanan 
seperti itu." 

Sang penggembala menjadi amat kecewa dan sedih, dan ia merobek bajunya sambil 
pergi ke arah yang tidak menentu. Kemudian datang wahyu Tuhan kepada Musa: 
"Kamu telah memisahkan hamba-Ku dari Aku...Aku telah anugerahkan kepada setiap 
manusia cara berdoa masing-masing; Aku telah berikan cara khusus kepada 
masing-masing untuk berekspresi. Bahasa yang digunakan oleh orang Hindustan 
adalah sangat indah bagi pemeluk Hindu, begitu pula bahasa Sindhu yang amat 
indah bagi pemeluk Sindhu. 

Aku tidak melihat pada ucapan lidah, tetapi Aku melihat ke dalam sanubari dan 
perasaan terdalam hati manusia. Aku melihat ke dalam hati manusia untuk melihat 
apakah ada kerendahhatian, walaupun ucapannya tidak menunjukkan demikian. 
Cukuplah sudah segala macam ungkapan dan metofora! Aku menginginkan hati yang 
membara dengan api cinta, hati yang membara! Biasakanlah dengan bara api 
tersebut!" 


* 


TUHAN memang sengaja menciptakan manusia secara berbeda-beda suku bangsa, 
budaya, dan agama. "Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan 
bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di 
antara kamu di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu" (Al-Hujurat: 
13). Arti taqwa menurut Prof DR Hamka dalam tafsir Al Azharnya adalah 
memelihara diri dari perbuatan yang tidak disukai Tuhan, selalu melakukan 
kebajikan, dan mempunyai tingkah laku terpuji. 

Jadi, siapa pun yang memiliki akhlak yang mulia, takut kepada Tuhan, dan selalu 
menjaga lidah, tangan, dan hati dari perbuatan yang tidak terpuji, maka 
merekalah yang paling mulia di sisi Tuhan. Sebaliknya, mereka yang tinggi hati, 
merasa diri paling beriman dan benar, pendendam dan pemarah, gemar melakukan 
penyerangan, perusakan, dan perilaku buruk lainnya, adalah tindakan yang tidak 
mencerminkan ketaqwaan, walaupun orang tersebut mengaku telah beragama. 

Perangai yang baik atau ketaqwaan adalah syarat untuk menemukan Tuhan. 
Plotinus, seorang mistikus neoplatonik Romawi abad ke-3 pernah berkata, "Tidak 
akan pernah suatu jiwa mengenal Keindahan Agung (Tuhan) kecuali jiwa itu 
sendiri menjadi indah". Seperti halnya pendapat Jalaluddin Rumi, "Hanya 
Kebenaran yang mengetahui Kebenaran". Dengan kata lain, hanya mereka yang 
hatinya sudah bersih (taqwa) yang bisa mencapai Tuhan. 

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Sachiko Murata dalam bukunya The Tao of 
Islam bahwa servanthood; pengabdian, kerendah-hatian, dan penyerahan diri 
adalah kualitas yang pertama-tama yang harus dimiliki untuk mendapatkan 
kedudukan sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Namun, kebanyakan manusia yang 
merasa telah beragama mengklaim dirinya sebagai wakil Tuhan di muka bumi, tanpa 
mempunyai kualitas servanthood. Sehingga yang terjadi adalah pemujaan akan 
kebesaran diri, termasuk pemujaan terhadap apa yang diyakininya sebagai yang 
lebih baik dari yang lainnya. 

Sifat ini adalah sifat Iblis yang menyatakan kebesaran dirinya, "Aku lebih baik 
dibandingkan Adam" (Al-Araf:12). Manusia seperti ini berpikir bahwa mereka 
telah menyembah Tuhan, tetapi sebetulnya sedang menyembah dirinya sendiri 
dengan segala atribut yang dimilikinya (materi, kekuasaan, termasuk agama yang 
dianutnya). 


* 


MENURUT seorang Sufi yang lama bermukim di AS, Bawa Muhayaiddeen, seluruh 
manusia di dunia ini diibaratkan sebagai para musafir yang sedang dalam 
perjalanan panjang di gurun pasir untuk menuju suatu tempat keabadian. 

Kita semua sedang mencari air kesejukan di sebuah oase untuk bekal dalam 
perjalanan panjang ini. Sesampainya di oase, kebanyakan manusia lupa untuk 
mengambil air kesejukan tersebut, karena melihat adanya perbedaan di antara 
mereka. Ada yang membawa wadah air dari logam, ada juga yang dari kuningan, 
kayu, dan sebagainya. 

Manusia saling menyalahkan bahwa wadah yang dibawa orang lain adalah salah 
karena seharusnya memakai wadah seperti yang dimilikinya. Mereka saling beradu 
pendapat, bahkan berkelahi, dan saling membunuh. Ketika waktu mereka telah 
habis, mereka tidak sempat mengisi wadahnya dengan air kesejukan, sehingga 
tidak mempunyai bekal apa-apa untuk mengarungi tempat Keabadian. 

Hanya segelintir manusia yang betul-betul memfokuskan dirinya untuk mengambil 
bekal air kesejukan tersebut, tanpa menghiraukan perbedaan wadah orang lain. 
Mereka inilah yang mempunyai bekal cukup untuk mengarungi kehidupan yang abadi 
kelak. Wallahualam (hanya Tuhan yang mengetahui Kebenaran). *


[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke