--- Pada Sel, 25/11/08, andy <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Dari: andy <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [diskusi-fatimah] Imam Ali as dan Akad Jual Beli Rumah
Kepada: [EMAIL PROTECTED]
Tanggal: Selasa, 25 November, 2008, 12:45 PM










    
            







Imam Ali as dan Aqad rumah 

   

Telah datang seorang laki-laki pada Imam
Ali as dan berkata: "Wahai Imam, aku telah membeli sebuah rumah. Maka
tolonglah tuliskan untukku 'aqad' jual-belinya". 

          Imam Ali menatap
si lelaki tersebut dengan penuh pandangan hikmah. Nampak pada mata lelaki tadi
bahwa keindahan dunia telah bersemayam dihatinya (hubbu dunya) dan telah 
merasuki seluruh sudut jiwanya.  

Lalu Imam Ali
menulis setelah Hamdallah dan Puja-puji
pada Allah SWT, 'Amma ba'du: "Seorang Mayyit telah membeli rumah dari si Mayyit
yang terletak di Kota 
para pendosa, jalan orang-orang lalai. Adapun batasan-batasan rumah tersebut
terdapat empat penjuru yaitu; batas pertama berakhir pada sisi kematian, batas
kedua berakhir pada kuburan, batas ketiga berakhir pada hisab amal, dan batas
keempat akan berakhir di Surga atau Neraka". 

Setelah orang
tersebut membaca tulisan aqad Imam Ali as, maka orang tersebut menangis
tersedu-sedu. Dia faham bahwa Imam telah mengkuak tabir hatinya yang kini sudah
'lalai'. Lalu dia berkata: "Wahai Amiril Mukminin, Allah kini menjadi
saksi bahwa aku sekarang menyedekahkan rumah yang baru aku beli ini dan 
kupersembahkan
untuk orang-orang jalanan / tuna wisma". 

   

Lalu Imam yang bijaksana
ini melantukan seuntai 'syair':  

   

·       
Jiwa menangis pada (bahaya) dunia, dan jiwapun sadar
bahwa dengan menjauhinya, adalah merupakan kunci keselamatan. 

·       
Sungguh setelah dia mati, tak ada rumah yang dapat di
huni kelak (dihari kebangkitan) , kecuali orang tersebut menyiapkan dan
membangun rumah itu sebelum ajalnya tiba. 

·       
Jika rumah itu dibangun dengan "kebaikan",
maka alangkah indahnya rumah tersebut, akan tetapi jika di bangun dengan
keburukan, maka alangkah bobroknya bangunan itu. 

·       
Harta yang selama ini kita cari dan kita kumpulkan
ternyata akan berakhir kandas di tangan para ahli waris. Sedangkan kita kini
berdiri diatas jalur kematian. 

·       
Alangkah banyaknya gedung-gedung tinggi didirikan di
setiap pelosok kota 
yang kini telah menjadi puing-puing, dan bahkan para penghuninya pun tidak
luput pula dari kepunahan. 

·       
Manusia sibuk dalam 'pengadaan'
sedangkan zaman sibuk dengan 'peniadaan',
jiwa-jiwa sibuk dengan 'penebaran'
namun kematian sibuk dalam 'perekrutan'. 

   

   

Salamullah 'Alaika Ya Abal Hasani Wal
Husain………….Wie 

   

   

   







      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      Is it common movie star/actor join the election?

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke