Refleksi: UU pronogrifi bodoh,  karena yang menbuatnya lebih bodoh. :-))

http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=6660

2009-04-03 
UU Pornografi Bodoh, Parpol Abaikan Ancaman Perempuan 



[JAKARTA] Direktur Eksekutif Forum Parlemen Indonesia untuk Kependudukan dan 
Pembangunan Sri Utari Setyawati mengatakan, parpol yang tidak memperhitungkan 
kekuatan suara perempuan adalah bodoh. Sebab, suara terbanyak dalam pemilu 
nanti adalah perem-puan.

Pernyataan Sri Utari Setyawati itu berkaitan dengan tanggapan parpol yang tidak 
takut dengan ancaman beberapa organisasi perempuan untuk memboikot parpol, 
calon legislatif (caleg), dan calon presiden (capres) yang mendukung 
Undang-Undang (UU) 44/2008. "Mereka bodoh kalau tidak memperhitungkan kekuatan 
perempuan, Mereka akan rugi, karena menuai hasil kehilangan banyak suara dari 
perempuan," ujarnya kepada SP di Jakarta, Jumat (3/4).

Dia mengatakan, masyarakat tidak perlu kaget lagi dengan sikap parpol yang 
demikian, karena memang parpol cenderung tidak peduli dengan kepentingan 
masyarakat, yang diinginkan mereka adalah kepentingan diri sendiri. Banyak 
isu-isu perempuan yang termarginalkan sejak dulu pun tidak pernah diperhatikan. 

Menurutnya, parpol sekarang banyak yang melakukan praktik-praktik yang salah. 
Tidak hanya UU Pornografi, hal yang esensial mengenai kesehatan masyarakat pun 
diabaikan. Misalnya dalam hal pengendalian tembakau, parpol justru 
membagi-bagikan rokok gratis dalam masa kampanyenya. Beberapa nama partai pun 
menjadi logo dari beberapa produk rokok. 


Boikot Terus

Sementara itu, Koordinator Divisi Perubahan Hukum Lembaga Bantuan Hukum 
Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) Umi Farida di Jakarta, 
Kamis (2/4) menegaskan, kampanye memboikot partai politik pendukung UU 
Pornografi dari aktivis perempuan, akan terus digemakan. Perempuan dan tokoh 
bangsa lainnya juga tidak setuju dengan pornografi, tetapi menolak UU yang 
mengatur pornografi tersebut, karena justru sangat berpotensi mengkriminalkan 
perempuan dan anak-anak.

Menurutnya, jumlah pemilih perempuan adalah yang terbesar, tetapi kalau 
aspirasinya tidak didengar dan justru dikorbankan, maka kaum perempuan harus 
disadarkan untuk berani menunjukkan sikapnya terhadap parpol yang tidak 
berpihak kepada hak dan nasib perempuan.

Seperti diberitakan harian ini (SP, 2/4) sejumlah pimpinan parpol yang 
mendukung UU Pornografi tersebut menyatakan tidak takut dengan ancaman boikot 
dari aktivis perempuan. Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 
misalnya beralasan, partai mereka berprinsip menolak pornografi yang telah 
merusak budaya bangsa.

Tentang alasan itu, Umi Farida menyatakan, ada kekeliruan dan kesalahkaprahan 
berpikir dari parpol yang memaksakan UU Pornografi tersebut. Menurut Farida, 
memang semua menolak aksi pornografi dan tidak ada perdebatan soal itu, tetapi 
yang masalah adalah materi UU yang mengatur pornografi, selain melanggar 
konstitusi, yakni menafikan pluralitas, juga rumusannya sangat multitafsir 
sehingga bisa disalahgunakan kelompok masyarakat tertentu. [DMF/DDS/M-1


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke