http://web.bisnis.com/artikel/2id1137.html

 
Jumat, 02/05/2008 11:02 WIB

Wanita di antara pria & biofuel
oleh : Aprika R. Hernanda

Ternyata, biofuel pun kini bias gender. Bahan bakar nabati yang dianggap 
menjadi solusi pada saat harga minyak dunia nyaris tembus ke level US$120 per 
barel dituduh mengancam kehidupan kaum perempuan. 

Ya. kening Anda pasti berkerut. Biofuel, sepanjang pengalaman, tidak pernah 
disinggung sedikit pun oleh para feminis yang keras memperjuangkan hak 
perempuan yang 'seolah' tertindas dalam budaya patrilineal. 

Itulah yang coba diulas dua peneliti FAO Andrea Rossi dan Yianna Lambrou dalam 
kajiannya Gender and Equity Issues in Liquid Biofuels Production-Minimizing the 
Risks to Maximize the Opportunities. 

Laporan yang dilansir Badan Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture 
Organization/FAO) ini jelas-jelas menegaskan peningkatan produksi bahan bakar 
terbarukan dengan skala industri besar-besaran berpotensi memarginalkan kaum 
perempuan di pedesaan. 

Perkebunan skala besar untuk komoditas pertanian sebagai bahan baku biofuel, 
termasuk bioetanol dan biodiesel, dianggap menuntut sumber daya padat karya dan 
intensif dari petani-petani kecil. 

"Kecuali ada kebijakan yang mendukung petani kecil, termasuk pekebun perempuan 
di sektor produksi biofuel, sehingga mereka bisa meningkatkan posisi tawar dan 
akses lahannya, kondisi itu akan menjerumuskan perempuan dalam kelaparan dan 
kemiskinan," tukas Yianna. 

Dia mengakui produksi biofuel memberikan peluang bagi petani, termasuk 
perempuan. Namun, lanjutnya, itu hanya akan terjadi jika pemerintah juga 
menegaskan keberpihakannya kepada kaum perempuan di sektor ini. 

Tekanan 

Peningkatan permintaan global terhadap biofuel tak pelak membutuhkan perluasan 
lahan sehingga berimbas pula ke lahan-lahan marginal yang sebenarnya diusahakan 
petani-petani kecil dan kaum perempuan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

Eskalasi industri ini, menurut kajian yang dipublikasikan pertengahan April, 
menekan aktivitas perempuan yang berusaha memenuhi bahan pangan dari 
lahan-lahan kecil di areal marginal yang mereka miliki. 

"Kondisi ini dikhawatirkan menyebabkan pengalihan parsial maupun total atas 
keberadaan petani perempuan di pedesaan menyusul peningkatan aktivitas yang 
menggunakan areal marginal." 

Sementara itu, potensi degradasi sumber daya alam yang berkaitan dengan 
pengembangan industri biofuel secara besar-besaran ini juga berpeluang menjadi 
hambatan bagi perempuan. 

Dalam hal sederhana, perluasan areal perkebunan untuk biofuel di areal marginal 
akan membuat sumber daya air, bahkan kayu-kayu kering untuk bahan bakar rumah 
tangga, makin sulit dicari. 

Akibatnya, perempuan akan kehabisan waktu untuk melakukan pekerjaan yang 
sebelumnya bisa dijadikannya sebagai tambahan penghasilan. 

Di lain soal, seperti halnya ide-ide feminis yang selalu menggugat 
ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan, kajian ini menyatakan industrialisasi 
biofuel akan menciptakan pembedaan perlakuan tenaga kerja laki-laki dan 
perempuan. 

Kondisi ini mengancam pekerja perempuan, terutama mereka yang tidak 
berpendidikan atau memiliki keahlian khusus, yang makin banyak direkrut sebagai 
pekerja rendahan untuk mengelola perkebunan. 

Setidaknya, kekhawatiran atas fenomena ini muncul setelah laju pertumbuhan 
pekerja perempuan makin tinggi di Amerika Latin dan kawasan Karibia yang kini 
mencapai total 40% dari jumlah pekerja perkebunan setempat. 

Dibandingkan dengan pekerja laki-laki, kaum perempuan yang terlibat dalam 
aktivitas ini memperoleh pembedaan dalam hal a.l. upah, ruang lingkup 
pekerjaan, pelatihan, fasilitas kesehatan dan risiko keamanan. 

Laporan itu menggarisbawahi perlunya kajian lebih lanjut terkait dengan 
analisis efek sosial ekonomi pada industrialisasi produksi biofuel terhadap 
laki-laki dan perempun. 

Tidak itu saja, kajian kelestarian lingkungan, kebijakan pro kemiskinan, dan 
perkebunan untuk energi yang terintegrasi juga perlu diformulasikan. ([EMAIL 
PROTECTED]) 


bisnis.com


URL : http://web.bisnis.com/artikel/2id1137.html 

© Copyright 1996-2008 PT Jurnalindo Aksara Grafika

 Cetak | Tutup Window 

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to