Refleksi: Kalau kesadaran menyebabkan timbulnya tgl. 20 Mei 1908, berarti setelah terlaksananya impian 20 Mei 1908 maka sudah seharusnya zaman menjadi lebih normal. Tetapi, apa kenyataannya? Mungkin yang dimimpikan adalah fatamorgana. Apa komentar Anda?
http://www.sinarharapan.co.id/opini/index.html Zaman Normal? Oleh Fredthomas Kalau di antara tahun lima puluhan dan permulaan enam puluhan, baik dia tukang becak, pedagang cendol, atau pelayan kantor, bercerita tentang pengalaman masa lalu, sering terdengar istilah "di zaman normal". Yang dimaksudkan adalah yang sekarang kita sebut "zaman kolonial". Bagaimana mungkin zaman kolonial yang identik dengan "penindasan" dapat disebut "normal" oleh rakyat kecil? Jawabnya sederhana, yakni karena pada empat dasawarsa pertama abad ke-20, kehidupan rakyat adalah normal menurut ukuran-ukuran waktu itu. Artinya, rakyat hidup tenteram, pekerjaan apa saja mudah diperoleh, makanan cukup, dan hukum ditegakkan. Tidak ada bangunan liar di tepi sungai, sehingga tidak ada penggusuran. Tidak ada antrean minyak tanah. Oleh karena rakyat dapat hidup wajar menurut ukuran mereka sendiri, dapat dimengerti mengapa zaman itu disebut "zaman normal". Sebelumnya, kekuasaan pemerintah kolonial merajalela dengan berbagai penindasan, sehingga menimbulkan kritik tajam dari orang-orang seperti Douwes Dekker, Van Deventer, dan Keugenius yang memang membawa berubahan, walaupun terlambat. Walaupun kemudian keadaan sosial-ekonomi membaik, kesadaran martabat sebagai orang Indonesia itu tidak pernah pudar, melainkan membara terus hingga menyala dengan peristiwa 20 Mei 1908 [Non-text portions of this message have been removed]