Secara prinsip memang benar bahwa Tuhan tidak pernah membeda-bedakan amal manusia. Dalam Islam pun hal itu sangat diakui. Yang menjadi persoalan sebenarnya bahwa iman itu adalah amal yang paling utama dan dasar. Ia adalah fondasi dari segala amal yang lain. Ketika seseorang menyatakan iman, maka gugurlah seluruh amal jahatnya, tetapi tidak amal baiknya. Amal baik akan tetap tercatat sebagai sesuatu yang akan mendapatkan balasan.
Jika prinsip ini dipahami dari sudut konsep pluralism, maka benar sekali bahwa siapa pun yang beramal baik pasti akan mendapat balasan dan penghargaan dan siapa yang beramal buruk juga akan mendapatkan balasan. Nah, sekarang siapa yang akan menghakimi itu semua? Tuhan masing-masing agama. Lalu di akhirat seperti apa? Itulah yang selalu ditegaskan oleh Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya yang pada intinya: Kamilah yang akan memutuskan apa yang kalian perselisihkan itu pada hari kiamat kelak. Akhirnya, prinsip-prinsip kebaikan di dunia ini secara fitrah kemanusiaan adalah sama, baik ukuran, standar, value, etika, dan konsepnya. Di dalam Islam, memberi atau sedekah itu adalah amal baik. Di luar Islam pun, memberi itu juga baik, karena pada dasarnya dalam ukuran fitrah manusia sama saja. Karenanya, Islam disebut sebagai agama fitrah. Sesuatu yang pada prinsipnya baik itu ditegaskan benar-benar agar manusia ingat pada fitrahnya ini. Siapa pun yang melakukannya memang patut mendapat penghargaan dan balasan pahala. Di akhirat kelak, Tuhanlah yang akan memutuskan, kenapa si A yang memberi kok ke neraka dan kenapa si B yang memberi juga malah ke surga. Apakah A dan B itu sama-sama muslim atau tidak atau salah satunya saja, lain tidak. Tentu Tuhan lebih tahu dan Dia Mahaadil seadil-adilnya. Thanks Aman From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Iman K. Sent: Wednesday, September 10, 2008 2:16 PM To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; wanita-muslimah@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: [wanita-muslimah] Menjawab mereka kaum Intelektual. Salam... Sekarang kita akan meneliti apa yang dikatakan oleh mereka yang disebut kaum intelektual. Mereka mengatakan bahwa dimata Tuhan semua manusia adalah sama saja dan barang siapa yang melakukan perbuatan baik maka sudah semestinya dia akan mendapatkan pahala dari sisi Tuhan. Masih jelas didalam ingatan kita sebagaimana yang sudah kita lihat dipostingan sebelumnya yang berjudul ‘mereka yang disebut kaum intelektual’ , mereka mengatakan bahwa Pertama, Allah tidak memiliki ikatan keluarga dan hubungan khusus dengan siapapun dan dari bangsa manapun, tidak dengan orang barat, timur, utara, selatan atau yang lainnya. Oleh karena itu tidak masuk akal kalau Tuhan memilih-milih siapa yang akan dimurkainya dan siapa yang akan dikasihinya dengan mengabaikan amal perbuatan manusia dari golongan tertentu dan menerima amal perbuatan dari kelompok yang lain. Karena hubungan Allah dengan semua manusia adalah sama saja, maka tidak mungkin dan tidak masuk akal kalau Allah menerima perbuatan baik dari satu orang dan tidak dari orang yang lain. Jika perbuatan baiknya sama maka seyogyanya diterima dengan cara yang sama pula berdasarkan perinsip keadilan Illahi. Kedua, Kebaikan dan keburukan itu hakikatnya ada pada perbuatan tersebut. Misalnya kejujuran, berkata-kata sopan, menegakkan keadilan dan lain-lain disebut baik karena pada hakikatnya pekerjaan tersebut adalah baik. Demikian juga keburukan, seperti mencuri, berbohong, korupsi dan lain-lain disebut buruk karena hakikat perbuatan tersebut memang sudah buruk dari sononya (innate). Jujur, sopan, menegakkan keadilan disebut baik bukanlah karena Allah memerintahkan untuk mengerjakannya. Demikian juga mencuri, rampok, korupsi disebut buruk bukanlah karena Allah telah melarangnya. Apakah memang betul demikian? Mari kita teliti…. Kita juga setuju dan ingin mengatakan bahwa dalil seperti itu adalah betul, namun demikian kita harus teliti untuk melihat ada suatu permasalahan penting dan sangat mendasar dibalik dalil ini. Permasalahan penting dan yang menjadi persoalan utama disini adalah permasalahan nilai atau qualitas. Dan untuk itu perlu kita jelaskan terlebih dahulu mengenai perbuatan baik itu sendiri. Sesungguhnya hakekat perbuatan baik itu mempunyai dua dimensi, pertama adalah dimensi perbuatan (kebaikan perbuatan) dan yang kedua adalah dimensi pelaku (kebaikan pelaku). Jadi kalau dikatakan bahwa tidak masuk akal kalau Tuhan memilih-milih siapa yang akan dimurkainya dan siapa yang akan dikasihinya dengan mengabaikan amal perbuatan manusia dari golongan tertentu dan menerima amal perbuatan dari kelompok yang lain, maka perlu kita pertanyakan lagi disini apakah yang disebut dengan amal perbuatan tersebut? Apakah yang dimaksud adalah amal kebaikan sebagai kebaikan perbuatan ataukah sebagai kebaikan pelakunya? Dalam pandangan Al-quran hubungan antara kebaikan perbuatan dan kebaikan pelaku diibaratkan sebagaimana hubungan antara tubuh dan ruh. Makluk hidup adalah kombinasi antara tubuh dan ruh, tidaklah dikatakan seseorang itu hidup jika dia hanya mempunyai tubuh saja dan begitu juga sebaliknya tidaklah bisa dikatakan seseorang itu hidup jika dia hanya berupa ruh saja. Meneliti apa yang dikatakan kaum intelektual tersebut, maka perkataan mereka itu lebih cenderung menyesatkan jika mereka mengabaikan apa yang disebut dengan ‘ruh’ nya perbuatan, yakni NIAT didalam melakukan perbuatan baik tersebut. Kemudian kepincangan atau kekeliruan lain dari argumen yang mereka kemukakan seperti “Kebaikan dan keburukan itu hakikatnya ada pada perbuatan tersebut. Misalnya kejujuran, berkata-kata sopan, menegakkan keadilan dan lain-lain disebut baik karena pada hakikatnya pekerjaan tersebut adalah baik. Demikian juga keburukan, seperti mencuri, berbohong, korupsi dan lain-lain disebut buruk karena hakikat perbuatan tersebut memang sudah buruk dari sononya (innate).” Maka akibat logis dari penyamaan ini adalah MENOLAK KEBAIKAN PELAKU PERBUATAN. Artinya jika mereka menyamakan semua perbuatan baik dengan cara demikian maka akibat logisnya adalah semua orang akan mendapakan balasan yang sama diakherat kelak baik mereka yang beriman ataupun mereka yang kafir. Ini sungguh tidak masuk akal, bagaimana mungkin Tuhan menyamakan amal perbuaan baik dari mereka-mereka yang membangkang (kafir) dengan mereka-mereka yang beriman (tunduk) terhadap kebenaran. Sungguh suatu pemikiran yang keliru jika mempersamakan kebaikan perbuatan (tubuh) dengan kebaikan pelaku (ruh). Mereka kaum intelektual itu mengatakan, bagi Allah apa bedanya, apakah sipelaku perbuatan baik itu mengenal-Nya atau tidak, mengakui Tuhan atau tidak, melakukan perbuatan baik itu dengan atau tanpa perintah dari Tuhan atau tidak. Betul apa yang mereka katakan tersebut, bagi Tuhan memang tidak ada perbedaan tentang apa yang mereka kerjakan tersebut. Satu-satunya yang membuat semua pekerjaan tersebut menjadi berbeda adalah dari NIAT sipelakunya sendiri (kebaikan pelaku). Kalau mereka melakukan perbuatan baik itu dengan NIAT ingin mencapai ridho Tuhan maka mereka akan sampai kepada ridhonya, dan jika mereka melakukannya dengan tujuan dan alasan lain maka mereka akan sampai kepada tujuan mereka yang lain, yakni selain Tuhan. Dengan kata lain yang semua perjalanan mempunyai tujuan akhir, dan jika perjalanannya diarahkan ke Tuhan maka dia akan sampai kepada Tuhan dan sebaliknya jika perjalanannya diarahkan kepada selain Tuhan maka dia akan sampai kepada tujuan yang selain kepada Tuhan. Salam, Iman K. www.parapemikir.com New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]