Film Laskar Pelangi : Keterbatasan untuk dapat Melakukan Sesuatu yang lebih 
baik.

www.indonesianvillage.com

Saya memang bukan yang pertama menonton film Laskar Pelangi, dan juga bukan 
pertama kali menonton film asli karya anak bangsa. Namun film tersebut layak 
untuk diberikan apresiasi karena memberikan inspirasi akan keterbatasan untuk 
dapat melakukan sesuatu yang lebih baik.
Film tersebut mengambil background sebuah desa Gantung, Kabupaten Gantung, 
Belitung Timur. Sebuah daerah penghasil Timah terbesar di Indonesia yang 
dieksplorasi besar-besaran dan menyebabkan kesenjangan sosial di wilayahnya. 
Cerita dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh 
Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu 
baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak 
Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya 
datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, 
pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A 
Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu 
Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang 
diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, 
pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh 
sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!
Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka 
terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. 
Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena 
kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 
Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. 
Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan 
lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa 
dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah 
Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat 
mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal 
yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. 
Kisah yang menakjubkan ini juga menampilkan sisi lain daerah belitong dengan 
langitnya yang masih biru, alamnya yang luar biasa, pantainya yang masih bersih 
dengan tonggak batu batu besar bagai benteng penahan ombak serta pelanginya 
yang memberikan semangat untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.
Selamat menonton....!




      New Email names for you! 
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Reply via email to