Heroic

My Diary : Kamis, 29 Oktober 2009.

Oleh : Abdul Latief

 

Suatu hari si Iwan berangkat kerja, sebagai Seorang supir taksi si Iwan 
termasuk orang yang rajin dan juga sabar. Berangkat lah Si Iwan seperti biasa 
ke pangkalan, sesampai nya disana Iwan langsung dapat order menjemput turis di 
hotel. Sampailah si Iwan di hotel si Turis.


Iwan    : "Hallo Mister,saya yang akan mengantar anda"

Turis    : "ohh..i see,bagus" antarkan saya keliling ya"

Iwan    : "be my guest, Mister"


Berangkatlah si Iwan dan turis keliling kota.... dibawa nya si turis lewat 
jalan utama


Turis    : "hei driver,itu gedung bertingkat berapa lama di bangun???

Iwan    : "sekitar 3 tahun pembangunannya mister"

Iwan    : "hmm....kalo di negeri saya cuma 3 bulan itu gedung jadi"....


Si Iwan terus mengemudi, sampai di lampu merah dekat sebuah Mall, bertanya lagi 
si turis



Turis    : "kalau itu Mall,berapa lama pembangunannya?????

Iwan    : "Setahu saya 1 tahun mister (jawab si Iwan rada kesel)"

Turis    : "wah....kalo d negri saya cuman butuh 1 minggu (jawab sang turis dgn 
pede nya)

Iwan    : ................


sampai di belokan, melintaslah Iwan dan turis pada sebuah jembatan, si turis 
nyeletuk lagi.


Turis    : "kalau ini jembatan,brapa lama??????

Iwan    : (dgn kesal campur aduk si Amat menjawab) "wah gak tau mister,malam 
tadi saja saya lewat ga ada jembatan di sini!!!!

Turis    : ???###!!!

 

###

Ha.. Ha.. Ha.. sengaja aku mengutip cerita di atas karena sedikitnya cerita 
tersebut mengandung unsure nasionalisme dari seorang supir taksi yang agak 
nyeleneh itu. Bangsa kita saat ini tengah diliputi Atmosphere nasionalisme yang 
pekat, pasalnya hari ini tepat sehari setelah bangsa ini memperingati hari 
sumpah pemuda yang jatuh pada hari kemarin, 81 tahun yang lalu. 

 

Sebagian masyarakat Indonesia tengah larut dalam eforia perayaan sumpah pemuda 
sebagai tonggak persatuan bangsa Indonesia, mereka merayakannya dengan cara 
yang berbeda. Beberapa TV menggelar konser music bertajuk persatuan bangsa, 
para mahasiswa turun ke jalan menyuarakan tuntutan perbaikan menyeluruh pada 
negara, sedangkan aku sendiri bersama rekan-rekan kantor menggelar launching 
Program SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia. Launching SATU Indonesia 
ini serentak diselenggarakan di seluruh kantor wilayah Astra di seluruh 
Indonesia. Program ini adalah wujud kepedulian Astra terhadap pembangunan semua 
aspek dalam bangsa.

 

Semarak perayaan sumpah pemuda ini memang tidak semegah perayaan hari 
kemerdekaan RI pada 17 agustus tiap tahunnya, namun semarak sumpah pemuda kali 
ini memiliki gaung yang lebih terdengar ketimbang tahun-tahun sebelumnya. 
Barangkali bangsa kita sudah cukup tersadarkan akan makna persatuan dan cinta 
tanah air setelah berkali-kali kedaulatan dan warisan budaya bangsa kita 
terancam direbut oleh negara tetangga. Belum lagi, rangkaian musibah yang 
datang bertubi-tubi cukup mengetuk nurani sebagian masyarakat untuk peduli pada 
sesama. 

 

"Seringkali kita sadar arti keberadaan, setelah kita kehilangan atau 
ditinggalkan". Barangkali itu pulalah yang menyadarkan bangsa ini akan 
pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Masih segar dalam ingatan 
betapa kita merasa geram saat pulau Sipadan dan Ligitan 'dirampas' oleh 
Malaysia, padahal sebelumnya kita tak merawat keberadaanya, barangkali kita 
telah terbuai dengan belasan ribu pulau lainnya yang kita miliki. Begitu juga 
gelombang protes yang membanjiri anak negeri ini akibat aksi klaim Malaysia 
atas alat musik angklung, lagu rasa sayange, kesenian reog, tari pendet, kain 
batik, bunga raflesia dan beberapa warisan budaya Indonesia lainnya yang siap 
menghadapi rongrongan. 

 

Demikian juga dengan semangat cinta tanah air seringkali menyeruak dalam dada 
saat kita berada jauh dari tanah air. Semangat kebangsaan yang ditimbulkan oleh 
kerinduan kembali pada tanah air, semangat untuk kembali ke tanah tempat kita 
dilahirkan.  Saat kita berada jauh dari tanah air, dan mendengar sesayup suara 
yang berbicara dengan bahasa Indonesia atau berpenampilan mirip orang 
Indonesia, pasti kita akan tergerak untuk mencari tahu apakah ada orang setanah 
air yang berada di sekitar kita dan akan berusaha untuk menyapa dan berbincang 
dengan nya. Saat itu, semua egoism kesukuan dan sekat kedaerahan akan menjadi 
lebur menyatu dalam semangat kebangsaan. Kita akan merasa sangat dekat dan 
bersaudara dengan orang yang baru saja kita kenal, semua dipersatukan dalam 
ikatan persaudaraan satu tanah air. 

 

Pada dasarnya, semangat cinta dan bangga pada tanah air ada dalam setiap hati 
masyarakat kita. Ini terbukti dari geramnya kita saat kedaulatan dan warisan 
budaya kita direbut. Atau kita juga tak rela bangsa asing menginjak-injak harga 
diri kita, dan saat ada orang asing yang bertanya pada kita tentang negara 
kita, kita pasti akan menceritakan keistimewaan yang dimiliki bangsa ini, 
ketimbang mengekspose kebobrokan moral para pengurus negara ini. Hanya saja, 
potensi semangat cinta tanah air tersebut sudah sekian lama teronggok dan 
berkerak dimakan zaman, terabaikan oleh egoism mementingkan diri sendiri. 

 

Kemarin sore, saat pulang kantor aku membeli nasi uduk dekat kostku, sambil 
dibungkuskan nasi uduk,  aku iseng bertanya pada Ibu penjualnya. "Bu, hari ini 
kan hari sumpah pemuda, ibu ingat gak? Dan ibu cinta Indonesia gak?". Saat itu 
aku sempat aneh juga dengan diriku sendiri, berbincang hal ini dengan penjual 
nasi uduk, tapi tak apalah pikirku..

 

"wah ibu sich gak ingat, tapi kemarin sambil nonton TV katanya sich emang lagi 
rame acara merah putih gitu. Klo ditanya cinta Indonesia atau gak, pasti cinta 
lah.. Tapi ya buat apa juga dipikirin. Toh negara aja gak peduli dengan ibu.!." 
Jawab ibu itu sambil menyendok oreg tempe ke nasi udukku.

 

"gak peduli gimana bu?" 

 

"iya, buktinya makin lama merdeka, bukannya makin makmur, malah makin sengsara 
rakyat ini. yang kaya cuma sedikit, yang miskin bejibun de.! Tuh liat poster, 
spanduk, dan tempelan kampanye yang hampir ada di setiap tempat, semuanya 
bicara tentang rakyat, tapi tiap tahun ibu tetap aja gak pernah berubah, malah 
makin merasa susah..". jawab si Ibu sambil menatap sinis pada bekas material 
kampanye para calon wakil rakyat yang masih tersisa di tembok warung nasi 
uduknya.

 

"Jangan pake sambel bu, saya gak bisa makan pedes.!" sergahku pada si ibu yang 
curhatnya semakin tak terbendung.. "trus ibu maunya seperti apa.?".

 

"Kalau orang seperti ibu sich gampang de, yang penting cari makan gampang, anak 
bisa sekolah semua dan masa tua gak perlu banting tulang seperti sekarang 
ini.". jawabnya, kali ini sambil mengambil karet untuk membungkus nasi uduk 
untukku.

 

"Ibu, kalau Indonesia diserang oleh Negara lain, ibu mau ikut perang gak?" 
lagi-lagi aku bertanya hal yang aneh sambil menyerahkan selembang uang 
bergambar Sultan Mahmud Badaruddin II pada si Ibu. 

 

"Wah kalau ibu sich sudah tua de, jadi tenaganya sudah gak kuat buat perang, 
tapi ibu pasti akan suruh anak ibu buat perang. Tapi sebenarnya satu hal yang 
ibu pengen tahu, kalau nanti perang, kira-kira pejabat kita akan ikut perang 
atau gak ya? Jangan-jangan mereka hanya ngomongnya aja seperti sekarang, bicara 
atas nama rakyat, tapi yang ungtung diri sendiri..".

 

"Wah ibu heroic juga ya.? He.. he.. tapi memang klo sudah berhadapan dengan 
kenyataan sesungguhnya, pasti akan terlihat siapa yang menjadi pejuang dan 
siapa yang menjadi pecundang..! baiklah bu, terima kasih ya bu.".

 

"Eh de, ngomong-ngomong, heroic itu apa ya? " tanyanya sambil menunjukan air 
muka yang kebingungan. 

 

"Gak pentinglah apa itu heroic, Pokoknya ibu itu penuh semangat berjuang dan 
pantas jadi pahlawan." jawabku sambil menyalakan mesin sepeda motorku dan 
menjauh darinya yang penuh raut muka bahagia karena disebut heroic.

 

Sesampai di kamarku, aku sejenak merenungi ucapan si Ibu penjual nasi uduk 
tadi, rupanya di jiwanya masih tersimpan semangat nasionalisme yang tinggi 
walaupun hatinya telah tercederai oleh kenyataan pahit hidup negeri yang acuh 
pada kesejahteraannya. Sambil menyantap nasi uduk seagai makan malamku, aku 
menyaksikan Kabar Petang di TV kamarku. 

 

Sekelompok mahasiswa bentrok dengan pejabat saat demo sumpah pemuda, selompok 
mahasiswa tawuran dengan kelompok mahasiswa lainnya akibat menolak diajak 
demonstrasi sumpah pemuda, perseteruan antara kejaksaan-Polisi-KPK semakin 
seru, Meninggalnya TKI yang disiksa majikannya di Malaysia, mewahnya fasilitas 
dinas bagi para wakil rakyat, serta ragam berita lainnya yang menjadi cirri 
khas bangsa ini. Bangsa kaya yang penuh derita, bangsa beradab yang dipenuhi 
biadab, bangsa yang dihujat namun aku cinta bangsaku.

 

Selamat hari sumpah pemuda.!

 

ABDUL LATIEF
Sales Training Instructure
Astra International,Tbk -Honda

Email    : abdul.lat...@hso.astra.co.id
HP       : 0852 166 566 32
Tlp       : (021) 653 10 250 Ext.3546
Fax      : (021) 653 10 245
Hidup sekali, hiduplah yang berarti...

SATU Indonesia
Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia
www.satu-indonesia.com


The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. Any 
use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is 
strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The 
views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra 
International Tbk and should not be construed as the views, offers or 
acceptances of PT Astra International Tbk.

SATU Indonesia
Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia
www.satu-indonesia.com

Reply via email to