Pagi sekitar jam 6hari minggu, diteras depan rumah Pak Zaenal Abidin sedang asyik ngobrol dengan menantunya yaitu Arif Suryadin. Kelihatan mertua dan menanantu akrab betul, ditemani dua gelas kopi hangat dan goreng singkong serta rebus kacang tanah yang masih ngebul menambah suasana tambah akrab. Sementara diberanda samping rumah, tampak Ibu Atik isterinya Pak Zaenal beserta anaknya Neneng isterinya Arif juga sedang asyik ngobrol basa-basi mengenai harga-harga pada mahal terutama bahan pokok akibat dampak dari kenaikan BBM. Mertua: Nak, kenapa sih setiap kamu diundang oleh tetangga untuk acara tahlilan kamu tidak pernah datang? Kita wajib datang kalo orang lain mengundang kita. Menantu :Pak, tahlilan itu sebetulnya apa sih? Mertua :Lho, kamu kan orang yang faham agama? Menantu :tapi untuk hal tahlilan saya tidak faham Mertua :Lho...lho...yaitu acara tahlilan, masyarakat kita sudah biasa dengan acara ini, dari satu harinya hingga tujuh harinya Menantu: Oh ....acara berkumpul-kumpul di tempat keluarga si mayit Mertua :Iya Menantu: Saya tidak menyukai acara macam itu Mertua: Kenapa tidak suka? Bukankah kita datangnya ke tempat keluarga ahli mayit merupakan turut berbela sungkawa dan turut mendo’akan si mayit? Menantu : Acara makan-makan itu yang tidak saya sukai, setiap orang yang datang ke rumah ahli mayit, pulangnya bawa tentengan. Padahal kita tahu, bahwa ahli mayit sedang berduka, bukankah kewajiban kita membantu mereka, bukan kita yang nyusahin mereka Mertua : Itu kan sudah tradisi masyarakat kita, jadi gak ada celanya kan? Menantu: Gak mau saya membebek begitu saja Pak. Dan saya gak mau mengikuti yang tidak ada dasar syariatnya. Apa kita ini beragama dengan cara meng-agamakan tradisi ? Mertua :Lho, berkumpulnya jamaah di rumah keluarga ahli mayyit kan bukan berbuat maksiat, mereka datang bukan sekedar makan-makan, mereka datang diundang untuk sama-sama mendo’akan si mayit, karena disana dibacakan ayat-ayat suci al Qur’an, dzikir, tasbih, tahmid dan takbir serta tahlil, bukankah bacan-bacaan macam ini sangat dianjurkan oleh agama? Menantu: emang betul tidak berbuat maksiat dan bacaan-bacaan tsb sangat dianjurkan oleh agama, tapi konteksnya yang tidak tepat, bukankah acara macam ini membuat repot keluarga ahli mayit. Mertua :Repot gimana ? Maksudmu hidangan dan besek yang disediakan oleh keluarga si mayit lalu orang-orang pada bawa tentengan besek, begitu maksudmu? Menantu :Bukan itu saja, acara ritual dari satu harinya hingga 7 harinya bahkan hingga 40 hari terus 100 hari. Bukankah syariat tidak mengajarkan demikian dan tidak ada satu dalilpun yang menjelaskannya? Bukankah ta’jiyah secara syari adalah tiga hari. Selama tiga hari kita turut membantu meringankan beban keluarga ahli mayit, bukan sebaliknya ikut makan dan menenteng makanan dari keluarga ahli mayit. Kalau macam itu namanya mattam yaitu sama dengan perbuatan meratap. Hidangan dan masalah bacaan-bacaan yang jamaah ucapkan, tidak akan ada manfaatnya kepada si mayit, karena tidak akan sampai. Mertua :Hmmm....Nak?, untuk masalah besek dan hidangan yang disajikan oleh keluarga si mayit memang tidak akan sampai kepa si mayit, lha wong sudah mati. Begini..... masalah hidangan yang disajikan barangkali keluarga si mayit punya maksud atau hajat atau ada keleluasan rizkinya untuk sedekah. Jamaah yang datang pastinya ada kaum fakir miskinnya toh. Masa iya mereka ngundang orang cuman air teh to ?. Mengenai jamaah kumpul di tempat keluarga si mayit adalah dalam rangka turut mendo’akan si mayit. Intinya adalah jamaah mendo’akan si mayit. Bacan-bacaan ayat suci al Qur’an, tasbih, tahmid, takbir dan tahlil akan bermanfaat kepada si mayit. Ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat al Hasyr ayat 10 yang artinya:“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdo’a :” Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudar-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami” . Nak, makna ayat ini adalah Allah menyanjung orang2 yang beriman karena memohon ampunan bagi orang-orang beriman sebelum mereka. Yang berarti ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah meninggalkan dapat manfaat dari do’a orang2 yang masih hidup. Begitupun dengan Sabda Nabi Saw. artinya:” Dari Auf bin Malik ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW – setelah selesai shalat jenazah-bersabda:” Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka” (HR Muslim). Menantu: Tapi Pak bunyi ayat tersebut dan hadits tersebut kaitannya dengan orang-orang yang beriman yang mendo’akannya. Tapi kenyataan dari acara tahlilan justru yang datang banyak orang2 yang gak jelas integritas keimanannya, banyak mereka belum pernah datang ke mushola atau masjid. Mereka gak pernah mau datang ketika ada undangan dari Allah melalui kumandang suara adzan, mereka melalaikan dan menyepelekan undangan Allah. Gimana mau sampai do’a dari orang2 macam itu, sedangkan ayat yang baru Bapak bacakan adalah do’a yang keluar dari mulut orang-orang yang beriman?
Mertua :Jangan berburuk sangka dulu nak, kita ambil manfaatnya? Bapak lanjutkan lagi dengan salah satu hadits lain Nabi Saw.bersabda: artinya: Dari Ustman bin ‘Affan ra berkata:“Adalah Nabi SAW apabila selesai menguburkan mayyit beliau beridiri lalu bersabda:” mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintalah keteguhan hati untuknya, karena sekarang dia sedang ditanya” (HR Abu Dawud) Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra bahwa ia bertanya kepada Nabi SAW: artinya:”bakaimana pendapatmu kalau saya memohonkan ampun untuk ahli kubur ? Rasul SAW menjawab, “Ucapkan:salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada ahli kubur baik mu’min maupun muslim dan semoga Allah memberikan rahmat kepada generasi pendahulu dan generasi mendatang dan sesungguhnya–insya Allah- kami pasti menyusul”(HR Muslim). Hadits riwayat lain yang artinya: Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa Saad bin Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak ada ditempat, lalu ia datang kepada Nabi SAW unntuk bertanya:” Wahai Rasulullah SAW sesungguhnya ibuku telah meninggal sedang saya tidak ada di tempat, apakah jika saya bersedekah untuknya bermanfaat baginya ? Rasul SAW menjawab: Ya, Saad berkata:” saksikanlah bahwa kebunku yang banyak buahnya aku sedekahkan untuknya” (HR Bukhari). Menantu : Maaf Pak, bukan saya mau menyanggah semua ungkapan Bapak, menurut saya untuk masalah kematian seyogyanya para tetangga, sanak famili, dan handai tolan datang ikut bela sungkawa dengan membawa sesuatu untuk mengurusjenazah atau membawa makanan untuk keluarga yang ditinggalkan.Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW : Berkata Abdullah bin Ja’far tatkala datang khabar bahwa Ja’far telah terbunuh, Rasulullah SAW bersabda:” Bikinkanlah makanan untuk keluarga Ja’far karena telah datang kepada mereka hal yang menyibukkan mereka”(HR Asy-Syafi’I dan Ahmad). Jadi menurut hadits ini yangmenyediakan makanan adalah tetangga untuk keluarga yang kena musibah kematian, bukan yang terkena musibah menyediakan makanan buat orang yang datang. Dan hadits lain menerangkan bahwa menghidangkan makanan dalam upacara kematian adalah termasuk meratap yang dilarang oleh agama sebagaimana hadits yang diriwayatkan imam Ahmad dari Jabir bin Abdullah Al Bajali dengan sanad yang shohih: ” Adalah kami (para sahabat) menganggap bahwa berkumpul di rumah ahli mayyit dan mereka menyediakan makanan sesudah mayyit dimakamkan adalah termasuk perbuatan meratap”. Mertua: Mhh....terus lanjutkan Menantu: Riwayat lain menerangkan: Bahwa Jarir datang kepada Umar ra, lalu Umar bertanya:” Adakah mayyit kalian diratapi ? Dia menjawab: Tidak, lalu bertanya juga: Adakah orang-orang berkumpul di keluarga mayyit dan membuat makanan ? Dia menjawab:ya, maka Umar berkata:” Yang demikian adalah ratapan”. (Al Mugni Ibnu Qudamah zuz 2 hal 43). Sekarang berkaitan dengan masalah bacaan yang dihadiahkan kepada si mayit, jelas sangat kontradiktif dengan firman Allah Allah surat An-Najm:38-39: yang artinya:” Yaitu bahwasannya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain danbahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” Dalam surat Yaasiin:54 yang artinya:” Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan” Didalam surat Al Baqaraah 286 yang artinya:” Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. Jadi ayat-ayat tersebut diatas adalah sebagai jawaban dari keterangan yangBapak sampaikan tadi, bahwa orang yang telah mati tidak bisa mendapat tambahan pahala kecuali yang disebutkan dalam hadits: yang artinya:” Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, anak yang shalih yang mendo’akannya atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya”(HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’I dan Ahmad). Pak, menurut hadits tersebut yang bisa sampai kepada si mayit adalah sedekah jariyah yakni amal jariyah yang dilakukan oleh si mayit ketika hidup. Lalu anak yang shalih yang selalu mendo’akan si mayit. Kemudian ilmu yang bermanfaat, yakni ketika si mayit masih hidup mengajarkan ilmu kepada orang lain baik ilmu agama maupun ilmu dunia yang bermanfaat. Misal Ilmu yang dia ajarkan kepada kelomok orang, lalu kelompok orang itu terus mengajarkannya lagi kepada kelompok orang lain terus berlanjut.....berlanjut....Walau jamaah seabrek-abrek datang rumah keluarga si mayyit, kalo tiga faktor tersebut tidak dipunyai oleh keluarga si mayit......jadinya mubazir.... Nah.. Nash Al Qur’an dan al Hadits ini yang jadi pandangan saya dalam menyikapi masalah tahlilan. ........ Mertua: Mhm....tapi ditinjau dari segi bacaanayat-ayat suci Alqur’an, tahlil, tahmid, takbir, tasbih, shalawat,do’a dll semua itu sangat dianjurkan oleh Islam untuk membacanya. Menantu : Betul Pak, tapi dari sisidari sisi hidangan yang disediakan oleh keluarga mayyit , hal ini bertentangan dengan hadit Ja’far bin Abi Thalib. Mertua : Tapi nak, Islam selalu menganjurkan untuk peduli dan membantu orang yang sedang susah. Salah satunya kita bisa berbagi suka dengan hadirnya jamaah di tempat keluarga si mayit Menantu :Tapi Pak,realitanyamalahansebaliknya orang yang kena musibah yang memberi bantuan kepada orang yang tidak kena musibah. Dan yang lebih menyedihkan adalah banyak orang yang kurang mampu memaksakan diri untuk menyediakan hidangan sekalipun dengan hutangsana sini......... Mertua: terdiam Menantu : terdiam..... Bersambung....... Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang juga. http://id.toolbar.yahoo.com/