Biasanya, setiap pagi kuselalu berdendang untuk mewarnai pagi ini dengan kegembiraan dan senyum. Entah kenapa pagi ini terasa berat untuk dijalani, mungkinkah karena tadi malam aku tidur terlau larut? ah... What Ever-lah, dan ternyata Tuhan 'menegurku' pagi ini. ku posting ke www.latief15610.multiply.com & www.abdullatief.com , jangan lupa kunjungi ya... Memecah Kebekuan Hati My Diary : Jakarta, 27 Maret 2008 By: Abdul Latief "Hattrick..!" teriaku pagi ini. Tiga hari ini berturut-turut pergi ke kantor dengan Metro Mini, ternyata aku bertemu dengan pengamen yang sama. Seorang gadis kecil dengan kepingan pipih tutup botol sebagai alat musik,melantunan lagu yang masih sama dengan yang didendangkannya kemarin dan lusa yang lalu. Pengamen memang bagian tak terpisahkan dari Metro Mini dan bus kota di Indonesia terutama Jakarta, tapi jika harus bertemu dengan pengamen yang sama, di tempat yang sama secara berturut-turut, bukankah itu suatu kebetulan yang luar biasa? "Tak ada sesuatu yang diciptakan sia-sia, dan tak ada suatu kejadianpun yang terjadi tanpa direncanakan atau secara kebetulan, pun sepucuk daun kering yang jatuh dari pohon tak lepas dari takdir-NYA" begitu sekilas pesan yang kuingat dari guruku dulu. Jika tak ada yang sia-sia, lalu apa makna pertemuanku dengan bocah pengamen ini? Bukankah lagu yang dinyanyikannya tak menyiratkan hikmah yang dalam untuk dipetik?; lantunan suaranya terdengar sumbang sumbang untuk dijadikan contoh cara bernyanyi yang baik - kalaupun banyak rekan-rekan yang mencibir suaraku saat melantunkan tembang Ebit G Ade, mestinya mereka membandingkan suaraku dengan bocah ini. He he... - , lalu apa? Beberapa menit termenung tanpa makna, hingga berakhirlah tugasnya 'menghibur' para penumpang di Metro Mini ini. Kuperhatikan beberapa Mimik para penumpang, rupanya tak satupun dari mereka menebar senyum di pagi ini, mungkin lipatan senyum mereka telah terhimpit beban berat yang akan dijalani di tempat kerja mereka pagi ini; Rupanya Bocah pengamen ini tak berhasil menghibur para penumpang. Ekspresi bocah itu kini tampak memelas sambil menyodorkan sebuah bungkus permen bekas yang digunakannya untuk merebut haknya sebagai pekerja seni di Metro Mini ini. Tak satupun penumpang yang peduli dengan juluran tangannya; jangankan selembar uang, sepatah kata maaf atau isyarat penolakan tak terlihat satupun, rupanya mereka 'asyik' meresapi tugas berat yang akan didapat hari ini; semua penumpang masih urung menebar senyum. Sebuah rasa bersalah tiba-tiba datang padaku, "bukankah kemarin dan lusa kaupun berbuat hal yang sama padanya?; tak berbelas kasih apalagi menolong..! lihat bungkus permen itu masih kosong, segera ambil uang receh di kantongmu itu, bukankah memang sudah kau persiapkan untuk para pengamen dan pengemis seperti bocah itu?!!" "Bukankah kalau aku berikan uang padanya berarti aku melestarikan budaya kemiskinan..???" batin ku berontak. "STOP APPOLOGIZE...! berhenti memberi alasan!! dia semakin dekat denganmu. Bayangkan kalau dia adalah adik kandungmu, apakah kau tega membiarkannya seperti itu? Apakah secuil uluran rezekimu akan membuatmu miskin?" "Tapi...." "Sudahlah, jangan banyak alasan.. ini bukan lagi perkara sosial, politik, ekonomi, atau hal berat yang mesti diperdebatkan dan dibuat Undang-Undang. Melainkan sebuah bukti apakah kau masih memiliki hati nurani, apakah kau masih terketuk untuk membantu sesama yang membutuhkan?" "Bukankah....." "STOP....! jangan sok pintar kau, sekarang bungkusan itu ada dihadapanmu, kau akan memberi atau tak peduli?? Tuhan Maha Membalas setiap tindakan..." Kuakhiri perdebatan batin ini dengan merogoh sekeping 'gopean' di kantong celanaku dan kumasukan ke dalam bungkusan kecil itu. "terima kasih pak.... " ujar bocah itu lirih. Tak kusadari sebuncah senyum terkembang di bibirku, aliran darah melesat begitu deras di sekujur tubuhku, hatiku lapang, jiwaku terbang. Kurasakan bahagia tak terkira telah menyisihkan sesuatu yang tak berarti buatku untuk sesuatu yang sangat berarti buat orang lain. Kuingat sebuah pesan yang selalu dilontakan mamaku pada kami anak-anaknya "Anak-anakku... Jangan biarkan rasa syukur pergi sesaatpun dari hati kalian, apa yang kita dapatkan saat ini pasti lebih baik dari banyak orang di sekitar kita. Sekalipun kita sangat menderita, yakinlah bahwa itu bagian dari nikmat yang terbaik dari Tuhan untuk kita" "Anak-anakku... Jangan biarkan kebekuan hati menjauhkanmu dari perbuatan baik pada sesama. Baju bekas yang kau miliki, lembaran uang di kantongmu, senyum di wajahmu, tenaga di tubuhmu, ilmu di otakmu, rasa senang di hatimu, dan napas di jiwamu adalah modal hidupmu untuk berbuat kebaikan untuk sesama. Saat kau melakukannya, maka kau akan rasakan kebahagiaan yang tidak bisa orang lain rasakan. Dan Allah pasti punya perhitungan atas apa yang kau lakukan. Allah Maha Melihat Allah Mendengar, Allah Maha mengetahui..." Rupanya hatiku telah beku selama ini, bocah kecil itulah yang memecah karang tajam yang menghalau belas kasihku. Sungguh Nikmat berbuat baik. Semoga aku akan menjadi orang yang selalu berbuat baik. Kalau hari ini kugelontorkan sekeping uang, mestinya besok kusodorkan lembaran uang. Kalau hari ini kuberikan secarik baju bekas, esok mestinya kuberikan sebuah baju yang baru. Kalau hari ini sebuah senyum kuberikan, maka esok mestinya kau buat orang lain tersenyum dan tertawa bahagia. Tingkatkan terus nilai hidupmu. Hidup sekali, Hiduplah yang berarti...! **** ABDUL LATIEF Sales Training Instructor Astra International,Tbk -Honda Email : [EMAIL PROTECTED] HP : 0852 166 566 32 Tlp : (021) 653 10 250 Ext.3546 Fax : (021) 653 10 245 Hidup sekali, hiduplah yang berarti... The information transmitted is intended only for the person or the entity to which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail and delete this message including any of its attachments from your system. Any use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra International Tbk and should not be construed as the views, offers or acceptances of PT Astra International Tbk.