PEDULI BUTA

Jakarta, 26 November 2008 @ My Small Room. Pkl.20.24 WIB.

My Dairy, By: Abdul Latief.



Setiap hari aku selalu menyempatkan diri untuk menelepon ke rumah untuk sekedar 
mendengar suara Mamaku atau bertanya kabarnya. Setiap hari kalimat, pertanyaan 
dan obrolan yang kami lakukan hampir tak jauh berbeda, namun selalu saja 
mendatangkan kebahagiaan yang tak terbayarkan oleh apapun. Padahal setiap 
minggu aku menyempatkan pulang ke rumah untuk mencium pipinya dan merasakan 
lezatnya masakan kesukaanku yang beliau selalu sediakan setiap aku pulang. 



Ritual menelepon Mama ini telah menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagiku 
setiap hari walau harus menambah pengeluaran pribadiku untuk ini, terlebih bila 
harus menelepon dari luar kota dikarenakan kegiatanku yang selalu dinas keluar 
kota. Di kantor memang ada telepon yang bisa saja aku gunakan secara gratis, 
tapi untuk urusan pribadi ini aku sengaja menggunakan telepon milikku dengan 
pulsaku sendiri, sebab itulah pesan mamaku dan mendiang ayahku padaku. Jangan 
sesekali menyepelekan hal kecil yang akan membuat kita terlena melakukan 
kesalahan besar. "Hal besar bermula dari yang kecil, seperti naik tangga yang 
harus dimulai dari pijakan tangga pertama, atau seperti bayi yang mulai 
merangkak lalu belajar berlari" begitu petuah yang kuingat dari mendiang ayahku.



Kebiasaan yang menyenangkan ini ternyata juga dilakukan oleh kakak perempuan 
dan laki-lakiku. Mereka setiap hari selalu menelepon ke rumah untuk 
melampiaskan rasa kangen dan bercerita tentang apa yang mereka alami hari itu 
selama 5 sampai 15 menit sekali menelepon. Hal yang membuat aku sangat salut 
adalah kakak laki-lakiku yang sedang dinas di Libya. Bayangkan oleh Anda, 
berapa uang yang harus dihabiskan olehnya untuk menyempatkan menelepon ke rumah 
dari Libya setiap harinya, bahkan tak jarang dalam sehari ia menelepon beberapa 
kali ke rumah. 



Pernah aku bertanya padanya saat berkesempatan untuk chating yang hampir setiap 
hari juga aku lakukan dengannya. "Ik (begitu aku biasa memanggilnya), Kata Mama 
jangan setiap hari nelepon, mendingan uangnya ditabung aja. "



"Gak apa-apa kok De.. kan kesenangan dan kebahagiaan itu lebih berharga dari 
sekedar uang. Mendengar suara Mama membuat hati bersemangat di tanah rantau, 
apalagi mama selalu menyelipkan doa dan nasihat setiap kali nelepon, itulah 
yang tak akan terbayar oleh apapun. Lagian, semua yang berhasil kuiraih ini 
semuanya berkat perjuangan dan doa Orang tua kita" jawabnya lugas, yang 
membuatku tak dapat berkata apa-apa lagi selain mengiyakan dan semakin 
bersemangat menelepon ke rumah.



Jadi, kalau anda bertanya padaku hal apa yang paling menyenangkan di saat 
istirahat siang? Dengan tegas akan kujawab "Menelepon Mamaku..!". Padahal, 
tahukah Anda bahwa beberapa tahun yang lalu semasa aku masih kuliah, hal yang 
paling menggangguku adalah menerima telepon dari Mamaku yang hampir setiap hari 
menelepon ke HP-ku, dan bertanya "De, Lagi apa? udah makan belum? Kalau uang 
Jajannya mau habis pulang aja..! hati-hati ya…! jangan lupa makan, takut Mag 
nya kambuh..! awas jangan Demo, Mama takut kalau Dede ikut demo nanti kulaih 
gak lulus-lulus atau nanti ditangkap polisi" dan banyak lagi kata-kata yang 
menjadi ritual mamaku setiap kali meneleponku yang kost selama kuliah.



Biasanya, kalau sudah menerima telepon dari Mamaku, aku menjawabnya dengan 
kurang antusias, bahkan seringkali berbohong tentang keberadaanku saat itu, 
terutama berkaitan dengan Hobiku berdemonstrasi saat itu. Entah mengapa Mamaku 
seringkali tepat menelepon saat aku demonstrasi, yang membuatku terpaksa harus 
berbohong bahwa aku tidak ikut berdemonstrasi. Walau pada akhirnya mamaku 
marah-marah karena komentar, Foto, atau gambarku muncul di Koran bahkan 
televisi saat aku berdemo. Ternyata Mamaku sering mengamati koran atau berita 
yang muncul di TV hanya untuk memantau aktifitasku atau bahkan mencari tahu 
aktifitasku dari beberapa rekan.



Tak sekali juga aku berujar "Udah sich Ma.. gak usah teleponin Dede mulu, kan 
bukan anak kecil lagi, nanti tagihan telepon rumah jadi Mahal gara-gara Mama 
Nelepon Dede terus..." tapi seperti aku menggonggong, Mamaku tetap saja 
meneleponku untuk menanyakan hal yang sama dan sama setiap harinya, bukan hanya 
padaku, juga pada ketujuh anaknya yang lain. Hingga beberapa teman sering 
meledekku, "Anak mama ni ye......!"



Aku sudah berubah, kini setelah aku bekerja dan semakin dewasa, aku baru 
mengerti bahwa apa yang dilakukan Mamaku adalah bentuk kasih sayangnya padaku. 
Terlebih sebagai Single Parent yang ditinggal mendiang ayahku sejak aku masih 
kelas 1 SMP, Mamaku sangat menginginkan ketujuh anaknya mendapatkan hidup, 
pendidikan dan Masa depan yang layak walau harus mengorbankan apapun yang 
beliau miliki, dan semua perjuangan itu tak akan mampu kami bayar dengan apapun 
juga. 



Sebagai balas budi, kini kakak dan adikku sepakat bahwa setiap hari harus 
memberi kabar ke rumah, walau hanya lewat SMS. Sudah menjadi kesepakatan kami 
juga bahwa kalau tidak sangat terpaksa, jangan sesekali menceritakan hal buruk 
atau masalah apapun pada Mama, semua diselesaikan bersama kami dahulu semampu 
mungkin. Pokoknya demi membahagiakan Mama, kami selalu bercerita hal yang 
menyenangkan dan penuh dengan kemesraan setiap kali bertelepon dengan mama.



Komitment kami yang satu inipun cukup berhasil, sehingga tak jarang aku 
mendapat SMS dari adikku yang kekurangan uang di kost, atau mendapat kesulitan, 
maka dengan penuh kesenangan hati aku membantunya. Begitu juga aku pada kakakku 
dan kami semua saling menopang layaknya pilar rumah yang satu sama lain saling 
menguatkan. 



***



Khusus pada malam ini, komitmen itu lagi-lagi muncul. Sebuah SMS dari Adik 
bungsuku meluncur ke HP-ku selepas shalat maghrib "Klo Seandainya Ochid Lulus 
kuliahnya lama, or dikeluarin, or terpaksa keluar kuliah, keluarga Ikhlas kan? 
Ochid lg ngobrol ma – salah satu pejabat fakultas, yang kurahasiakan 
identitasnya --  n ochid diancam...". aku yakin bahwa adikku hanya SMS padaku, 
sebab aku yang paling paham tentang apa yang sedang dialaminya saat ini. walau 
seperti disambar petir di dalam kamar kost ku, aku berusaha untuk tidak panik 
dan meneleponnya. Tak seperti biasanya, ia adalah anak yang ceria dan penuh 
dengan semangat hidup, kini suaranya terisak dan penuh tekanan. Batinnya sedang 
tertekan yang sangat, ada siksaan batin di sana, dia tak menjawab apa-apa atas 
teleponku hanya beruajar "Nanti Ochid SMS..!"



Entah mengapa, jiwa anarkis kembali menyeruak dalam batinku, kalau saja tak 
masih mengenakan sarung dan bertafakur di atas sajadah, aku akan langsung ke 
kampus tempat adikku diintimidasi dan melabrak oknum pejabat fakultas yang 
menurutku keterlaluan dan kekanak-kanakan itu. 



Pasalnya, Adikku saat ini sedang mencalonkan diri menjadi Ketua BEM Fakultas. 
Dalam masa seleksi pendaftaran, dari Empat pasang yang mencalonkan diri, hanya 
adikku yang lolos dan dinyatakan oleh KPU Fakultas sebagai calon tunggal Ketua 
BEM Fakultas. Hal ini dikarenakan calon yang lain tidak lulus ketentuan 
Administratif. Namun lagi-lagi kenyataan bahwa politik itu kotor, dan nafsu 
hegemony sangat kuat, maka oknum Pejabat dekanat yang terlanjur memiliki calon 
dari mahasiswa itu akhirnya membela mati-matian calonnya yang kalah dengan 
mengenyampingkan netralitas dan objektifitasnya sebagai pejabat dekanat.



Konyolnya, calon yang didukungnya secara membabi buta itu telah jelas-jelas 
tidak memenuhi 3 (tiga) ketentuan dalam Undang-Undang Kamahasiswaan. Pertama, 
Dia telah memalsukan surat keterangan kuliah dari Fakultas yang menjadi 
persyaratan utama. Jelas ini kejahatan moral. Kedua, Syarat pencalonan IPK 
minimal 3. ternyata calon yang dibela secara buta itu ber-IPK sekitar 2,5. 
Ketiga, Calon ketua BEM tidak boleh sedang menjabat ketua salah satu organisasi 
di Kampus, sedangkan calon yang dia dukung masih menjabat sebagai ketua salah 
satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiwa). Itulah, kejamnya politik yang telah 
membutakan mata hati oknum pejabat fakultas tersebut.



Ya.. ya.. ya... lagi-lagi naluriku sebagai kakak telah membangkitkan emosi 
pemberontakkanku yang selama ini telah sukses aku redam. Saat aku jadi Presiden 
Mahasiswa dulu, ancaman dan intimidasi seperti ini bukan barang baru bagiku, 
bahkan seringkali aku diperlakukan tidak adil dalam banyak hal, dan 
Alhamdulillah aku berhasil menghadapi itu semua dengan tegar. Lalu bagaimana 
jika tekanan dan intimidasi ini dialami adikku yang setahuku belum 
berpengalaman akan hal ini. Aku tidak rela semua ini terjadi pada adikku, aku 
ingin sekali melabrak dan menghantam oknum pejabat itu tak peduli denga apa 
yang akan kualami nanti. Tapi lagi-lagi sejadah dan sarung tempat aku 
bertafakur di maghrib itu seakan menahanku dan menenangkan jiwaku.



Kuambil HP ku dan mengirimkan SMS pada beberapa tim sukses, rekan, dan beberapa 
orang lainnya untuk membantu adikku yang kini tengah disiksa batin oleh pejabat 
itu "Adik sy Caon tunggal BEM FE, krn lawan politik gak lulus administratif. 
Sekarang pola lama dipakai, intimidasi gak lulus kuliah, kuliah molor, dan DO. 
Inna lillahi wa inna Lillahi Rajiun, saya pernah mengalami hal kezaliman ini 
dulu,trnyata msih dilestarikn. Adik sy tidak stegar sy dulu,mohn maklum klo dia 
mengundurkan diri"



Beberapa SMS dan telepon balasan kuterima, mereka memberikan dukungan moril, 
bahkan beberapa sudah meluncur dan tiba di lokasi untuk membantu. Namun dari 
sekian SMS, ada satu yang paling mengena di hatiku yaitu dari Sobatku TB.Zaki 
Anshori, seorang Aktifis sejati, ustadz  sekaligus kakak bagiku "Assalam, 
Keadaan yg mmbuat qt seperti ini... klo memang berat, kita tidak minta 
diringankan,.. tapi kita minta dikuatkan dalam menjalaninya.."



Astaghfirullahal Azhimm... akupun dulu pernah menghadapi masalah berat seperti 
ini dan hampir menyerah, tapi nyatanya kekuatan Doa dan Usaha maksimal, telah 
membuatku tegar dan sukses menghadapinya. Bukankah ini ujian pertama adikku di 
tahap ini, Lantas kenapa aku memaksanya untuk menyerah..? 



Terkadang mendidik orang tidak mesti dengan kelembutan dan rasa iba, melainkan 
dengan ketegasan dan kenyataan. Biarkan adikku mengalami hal ini, dan jangan 
minta dia untuk menyerah, ini bagian dari pelajaran hidup yang akan membuatnya 
kuat. Dosenku, Mr.Boby pernah bercerita bahwa ia seringkali melarang anaknya 
Kemah Pramuka atau naik gunung, padahal saat sekolah dan kuliah dulu beliau 
sangat hoby kemah pramuka dan naik gunung, bahkan beliau masih mengakui bahwa 
kegiatan itu sangat bermanfaat membentuk pribadinya sampai seperti sekarang. 



"Peduli Buta,begitu aku menyebutnya. Rasa sayang kita pada seseorang telah 
membuat kita terlalu berlebih memanjakan dirinya dan menjauhkan dari cobaan 
hidup, padahal semua ujian itulah yang membuatnya kuat dan tegar menghadapi 
hidup. Sampai kapan kita akan peduli buta pada orang lain, dan tidak pernah 
membiarkan dia menghadapi ujian hidupnya sendiri yang lebih nyata dan 
membuatnya semakin kuat.



Jika orang tua tidak pernah membiarkan anaknya mengikuti ujian, maka selamanya 
orang tua itu tidak pernah mendapatkan anaknya naik tingkat dalam kehidupan. 
Sejak kecil di rumahku ada pembantu, tapi ayahku selalu memaksa kami menyuci 
piring dan mengerjakan kebutuhan hidup sendiri. Ternyata hal itu berguna sampai 
saat ini, ketika mengharuskan kami hidup mandiri dan tak lagi mampu 
mempekerjakan pembantu, tak terbayang jika aku tak pernah dididik mandiri, maka 
aku akan menjadi orang yang lemah.



Seperti inilah Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah 
menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah 
satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi kuat dan 
memancarkan kemuliaan-Nya.

"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai 
cobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan 
biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi 
sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Dia 
sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah 
semua proses itu selesai, Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk 
Anda.



Catatan :

Saat tulisan ini dibuat, aku mendapat kabar bahwa adikku telah berhasil lolos 
sebagai ketua BEM Fakultas berkat soliditas teman-teman. Beberapa SMS kuterima, 
salah satunya sebuah SMS dari seorang rekan "Setahu gw adik ente adik gw juga. 
Tenang bos, oknum itu hanya cari muka, dia tlh mmpermalukn dirinya sendiri dng 
prmainan politk yg Norak. klo lo dengar critanya psti ktawa. Kapan2 kita 
ngobrol lagi."



The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. Any 
use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is 
strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The 
views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra 
International Tbk and should not be construed as the views, offers or 
acceptances of PT Astra International Tbk.

Kirim email ke