saya membaca "Kenang-kenangan" memoar dari Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat. Buku ini kemudian ditulis ulang dengan menggunakan bahasa indonesia modern, berjudul "Memoar Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat". Kedua buku yang sama ini adalah versi bahasa Indonesia dari versi bahasa Belanda "Herinnering van Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat". Buku ini dengan jelas menggambarkan bagaimana Banten pada masa kolonial.
Achmad yang kemudian bernama willem van banten saat ada di batavia adalah murid didikan pertama Snouck Hurgronje. Mereka bertemu di Cilegon. Sayang, saat Achmad mau melanjutkan kuliah ke Belanda gagal berangkat karena sehari sebelum keberangkatannya bapaknya Bagoes Djajawinata terserang sakit jantung. Pada masa mendatang Achmad menjadi regent Serang dan Batavia. Dari keturunan Achmad dengan isteri keduanya muncul Roswita yang menulis "Pengalamanku Di Daerah Pertempuran Malang Selatan" yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1975. Ini adalah versi Indonesia dari bahasa Belanda "Herinneringen van een Vrijheidsstrijdster" yang diterbitkan satu tahun sebelumnya. Hassan, adik Achmad, adalah wartawan koran Mimbar yang terbit di Kaujon Serang. Dia juga aktivis Sarikat Islam. Untuk lebih jelas sejarah banten bagian ini, perlu membaca sejarah komunisme di banten. Snouck Hurgronje gagal menjadikan Achmad sebagai ilmuwan, dia mengambil adiknya Hoesein dan berhasil berangkat ke Leiden. Di bawah asuhan snouck Hoesein berhasil jadi doktor dan profesor pertama Indonesia. saat achmad berangkat ke Belanda, mahasiswa Indonesia masih sangat sedikit, termasuk dalam hal ini adalah Hoesein. Para periode berikutnya menyusul Kartono kakak dari (Ibu kita) Kartini, Moch. Hatta, dan seterusnya. Hosein kemudian menikah dengan Partini, anak dari Kanjeng Goestu Pangeran Adipati Ario Praboe Prangwadono, Surakarta. saat Partini masih sekolah, dia meminta izin kepada bapaknya untuk menulis novel, tetapi dilarang. Setalah suaminya meninggal, Partini mengisi waktunya dengan menulis novel. Dari dia lahir buku-buku seperti Widiawati, Hasta Tjerita, Sepasar Satu Malam, Ande-ande Lumut, dan Tanjung Biru. Menurut Partini, Hoesein menulis sekitar 35 buku. sayang saya hanya bisa melacak sampe 14 buku saja. Loekman, adik Achmad yang lain, juga orang penting. Saya tdak punya biografi dia. saya hanya menemukan buku dia berjudul From Illiteracy to University. Ini adalah buku tentang perbandingan sistem pendidikan di hindia belanda bandingannya dengan sistem pendidikan di belanda. salam ibnu