A picture speaks louder than thousands of words. Ini dogma yang diyakini
para fotografer di seluruh dunia. Hari Jumat (25/5), milis ini --lebih
tepatnya saya-- dimanja foto-foto tentang wajah Banten. Very-very great
pictures! Dari foto-foto itu, kesimpulan saya soal alam dan potensi wisata
di Banten tidak berubah, seperti saat dua tahun ditugaskan di Banten
(2003-2005): Banten itu sangat indah yang keindahannya tidak pernah
dimanfaatkan secara optimal. Itu yang bisa kita lihat dari foto-foto tadi.

Hamparan sawah di tepi pantai selatan, lambaian pohon nyiur, dan deburan
ombak di sepanjang jalan Malingping-Bayah, tak pernah bisa saya lupakan
(foto-foto sawah). Dan, pasir putih Pantai Sawarna yang masih perawan
seolah menjadi kartu undangan abadi untuk mengunjungi tempat itu lagi (foto
Sawarna). Lalu, Tanjung Layar yang mengingatkan pada Pareno (87), mantan
romusha di Bayah yang bercerita panjang lebar pada saya soal penderitaan
zaman penjajahan Jepang (foto Tanjung Layar).

Ahaaa...dan foto-foto kehidupan Baduy itu. Dari pengalaman beberapa kali
mengunjungi Baduy, dari Baduy Luar hingga Baduy Dalam, saya akui tidak
mudah mengambil foto kokolot tanpa akses yang kuat. Sensualitas perempuan
Baduy terekam kuat dari "foto leleson", mengingatkan pada sosok "Nafa
Urbach" yang saya temukan di Kampung Kadu Ketug. Ehemm... Nikmati pula
kepolosan, keceriaan, dan tatapan gadis Baduy dengan kukunya yang dicat
(foto Baduy Childhood), insting mereka untuk diperhatikan (foto model). 

Keindahan Banten, terutama di kawasan selatan, akan bertambah panjang dan
tak akan habis dipuji jika ditambah Ujung Kulon. Sayang, seperti saya alami
sekitar tiga tahun silam saat menyusuri kawasan Banten selatan dari Ujung
Kulon di ujung barat hingga Bayah di ujung timur, infrastruktur jalan yang
bolong-bolong, hotel-hotel kelas melati yang penuh nyamuk, listrik yang
byar pett, beberapa jembatan jalan raya tanpa pagar, dan pemandangan
bangunan sekolah bambu, menodai keindahan tersebut. Entah sekarang, apakah
sudah ada perubahan?      

Seperti dunia yang lain, Banten juga menyimpan sisi-sisi paradoksal: buang
hajat di sepanjang Jalan Raya Pontang (foto MCK), perjuangan keras perajin
gerabah di Bumi Jaya yang tak pernah diperjuangkan pemerintah setempat, dan
kerusakan hutan Cibobos, seperti saya saksikan Kampung Cikacapi, Desa
Karang Kamulya, Panggarangan (foto "lubang besar bekas penggalian harta
karun" itu pernah dimuat di Kompas, 24 Juli 2004), dan lain-lain.

Walhasil, thank you very-very much atas posting foto-foto itu. Saya pernah
membuat profil pembuat foto-foto tersebut, yang saya juluki "Bank Data di
Banten", di Kompas, April 2005 silam. Keep on posting suchlike pictures,
Kawan.    


Original Message:
-----------------
From: WongBanten [EMAIL PROTECTED]
Date: Fri, 25 May 2007 09:03:45 -0700 (PDT)
To: WongBanten@yahoogroups.com
Subject: [WongBanten] [PHOTO] Pasir BumiJaya


Pasir Gerabah

Beberapa tahun lalu selepas Banten menjadi provinsi,
saya sempat membawa rombongan untuk study banding ke
Jogja dan Bali. Di Bali kami fokus di Kabupaten
Badung. Kabupaten ini merupakan Kabupaten terkaya di
Provinsi Bali. Di Badung, kebanyakan masyarakatnya
mengandalkan Usaha Kecil Menengah seperti kerajinan
dan makanan.

Salah satunya saya tertarik dengan kerajinan gerabah
yang menurut saya sangat mirip yang saya lihat di
Bumijaya Serang dan Undar-andir Serang. Rasa penasaran
saya tanya pada yang bekerja disana. Ternyata saya
keliru. Pekerja berkulit gelap tadi mengaku dari NTB.

Namun rasa penasaran ini sangat menggelitik. Untuk itu
saya putuskan kembali ke sanggar tersebut pada waktu
istirahat. Benar saja ketika itu sedang jam makan
siang dan pekerja-pekerja tadi terlihat serius
menikmati sepiring nasi dengan segelas kopi. Sebuah
tanda lagi yang saya dapat. Makan nasi dan diakhiri
minum kopi merupakan ciri khas daerah Serang, dimana
lebih sering terlihat di pedesaan.

Kesabaran membuahkan hasil dan saya sempat berteriak,
"Yesss"!!! tatkala mendengar kalimat "Rokoke entek,
cobe tuku ning warung sebelah, koh" Kalimat dengan
dialek pinggiran yang saya tidak akan pernah lupa.

Setelah berbasa-basi dengan menggunakan kalimat-sakti
"Nengkenekeh" mereka mengaku agar tidak menyebut
Banten sebagai asal-usul mereka. Disepakatilah NTB
untuk kamuflase.

Setelah sekian lama,..... saya dengar bukan hanya
orangnya yang dieksport ke Bali namun bahan baku pasir
yang konon khusus hanya terdapat di Ciruas juga ikut
diboyong ke Bali.

Trus apa kerja Disperindagkop Kabupaten Serang juga
Provinsi Banten? Proyek!! Proyek!! dan Proyek
terus!!!!


Keterangan Foto : Beginilah pasir khusus untuk
pembuatan gerabah di Bumijaya, Kabupaten Serang. Namun
kini makin menipis dikarenakan diburu pengusaha Bali
untuk dipergunakan di bali.


       
____________________________________________________________________________
________Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from
someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out. 
http://answers.yahoo.com/dir/?link=list&sid=396545433

--------------------------------------------------------------------
mail2web.com – What can On Demand Business Solutions do for you?
http://link.mail2web.com/Business/SharePoint


Kirim email ke