Waduh,.
nampak berbau SARA neh..???

Pak moderator mohon di close Thread ini,.
Pindah ke forum lain untuk berdiskusi hal tersebut,.

terima kasih

 Das Leben ist schön




________________________________
Dari: adoy pramana <adoy_pram...@yahoo.com>
Kepada: yogyafree-perjuangan@yahoogroups.com
Terkirim: Rabu, 7 Januari, 2009 22:36:48
Topik: Re: [YF] [JWB] Surabaya Dulu, Gaza Sekarang


Sebagai seorang Muslim... Saya sakit hati apabila ada yang berkata "Ngapain 
kita ngurusin Palestina, wong negeri kita saja masih amburadul".  Lebih baik 
berhati-hati, apabila mengucapan perkataan yang tidak semestinya.


Blog : Indra Is Blogger 
============ ========= ====== 
 Thx to Nathan (Surabaya). Bisa Posting di Yogyafree 


--- On Wed, 1/7/09, komic micko <komic....@gmail. com> wrote:

From: komic micko <komic....@gmail. com>
Subject: Re: [YF] [OOT] Surabaya Dulu, Gaza Sekarang
To: yogyafree-perjuanga n...@yahoogroups. com
Date: Wednesday, January 7, 2009, 4:49 AM


mari kita bantu palestina dengan semampu kita kalau kita gak mampu kasih materi 
dengan doa InsyaAllah akan kesampaian jg ,

Semoga Para pemimpin dunia juga bisa melek melihat pembantaian di paletina saat 
ini.

FREE PALESTINE, AND DO NOT ATTACK IRAN.
============


On Tue, Jan 6, 2009 at 6:47 PM, Yoga Hanggara <yogahanggara@ gmail.com> wrote:

Surabaya Dulu, Gaza Sekarang
Shofwan Al Banna, Penulis Buku "Palestina, Emang Gue Pikirin!"

http://alwaysthink. multiply. com/journal/ item/45/Surabaya _Dulu_Gaza_ Sekarang


Surabaya, 1945

Langit
gelap. Bukan oleh awan yang hendak menurunkan hujan. Angkasa dipenuhi
pesawat sekutu yang bergemuruh. Di dalamnya, para serdadu masih
menyisakan keangkuhan. Mereka baru saja menghancurkan pasukan Jepang di
Front Pasifik. Dari langit, mereka menebar ancaman: "menyerah, atau
hancur".

Beberapa pekan sebelumnya, pengibaran bendera Belanda memicu amarah
para perindu kemerdekaan. Seorang pejuang mencabik warna biru dari
bendera Belanda di Tunjungan, menggemakan pesan bahwa negeri ini tak
rela kembali dijajah. Tentara sekutu menjawab dengan salakan senapan,
bersembunyi di balik alasan "memulihkan perdamaian dan ketertiban".
Jiwa-jiwa merdeka itu berontak. Brigadier Jenderal Mallaby, pimpinan
tentara Inggris di Surabaya, terbunuh. Sekutu murka..

Rakyat gelisah. Surabaya telah lama dikenal sebagai salah satu
pusat perlawanan. Laskar-laskar dari berbagai pesantren dan daerah
banyak yang menjadikan kota ini sebagai markas. Di kota ini pulalah,
Cokroaminoto dan Soekarno muda mendiskusikan cita-cita kemerdekaan.

Suara dari lelaki kurus itu menghapus semua keraguan.


"Saudara-saudara rakyat Surabaya.
Bersiaplah! Keadaan genting.
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak.
Baru kalau kita ditembak.
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu.
Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap.
Merdeka atau mati.
Dan kita yakin, Saudara-saudara.
Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar..
Percayalah Saudara-saudara!
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Merdeka!"

Peristiwa
10 November 1945 di Surabaya itu akan terus dikenang sebagai tonggak
kemerdekaan Indonesia. Semua yang mengaku mencintai negeri ini tidak
layak untuk menjadikan peristiwa itu berdebu di pojokan sejarah.

***


Gaza, peralihan tahun 2008-2009

Kota
padat berpenduduk sekitar 1,5 juta orang –mayoritas pengungsi akibat
pengusiran biadab Israel sejak tahun 1948, 1967, dan ekspansi ilegal
pemukiman yahudi yang tak pernah menghormati perjanjian yang dibuatnya
sendiri- itu mencekam. Sejak 27 Desember 2008, pesawat-pesawat Israel
yang dilengkapi dengan bom-bom terbaru kiriman Washington membombardir
kota ini. Ehud Barak, Menteri Pertahanan Israel, menyatakan bahwa
operasi berjudul "Cast Lead" ini akan memakan waktu lama. Hingga hari
ini, 510 orang telah meninggal dunia dan ribuan luka-luka. Tidak ada
jurnalis diizinkan masuk. Bantuan medis pun kesulitan.

Demonstrasi bergolak dari Jakarta sampai Eropa. Dari Jordania
hingga Amerika. Posko bantuan dibuka di mana-mana, meskipun masih
sangat kurang dibandingkan kebutuhan penduduk Gaza.

***

Hati saya sakit saat ada yang berkata: "Ngapain kita ngurusin Palestina, wong 
negeri kita saja masih amburadul".

Semoga kita tidak melupakan sejarah bahwa Al-Hajj Amin Al Husaini,
Mufti Palestina, adalah orang pertama yang menyiarkan kemerdekaan
Indonesia di radio internasional.

Alasan yang sepintas terlihat
nasionalis ini adalah pengkhianatan kejam pada nasionalisme Indonesia
itu sendiri. Preambule Undang-undang Dasar 1945 mendeklarasikan dengan
jelas perlawanan pada segala bentuk penjajahan. Soekarno dan Hatta
berkali-kali menandaskan bahwa nasionalisme Indonesia tumbuh di taman
kemanusiaan. "Jangan pikirkan hal lain kecuali Indonesia" adalah logika
yang menghina keindonesiaan.

Hati saya lebih sakit lagi saat ada yang mengatakan "Itu kan salah
HAMAS sendiri yang tidak mau damai dan menembakkan roket! Media di
Indonesia terlalu berpihak pada Palestina, nih…gak berimbang!"

Lalu,
yang berimbang itu seperti apa? Seperti media massa Barat yang lebih
menyalahkan HAMAS, menyiarkan propaganda Israel bahwa serangan ini
adalah respon dari tindakan HAMAS menyerang Israel, menyalahkan sikap
HAMAS yang memutus gencatan senjata? Sepertinya kita harus menelaah
peringatan Finkelstein, seorang ilmuwan Yahudi, dalam bukunya Beyond
Chutzpah: On the Misuse of Anti-Semitism and Abuse of History dan Image
and Reality of Israel-Palestinian Conflict. Sejarah telah dibajak untuk
tidak pernah mengkritisi Israel dan media massa pun tidak bebas dari
pembajakan ini. Untuk melihat bias media barat dalam isu Palestina,
silakan buka www.ifamericansknew .org.

Bahkan, menurut saya, media di Indonesia masih terlalu berpihak
pada Israel. Tidak ada yang menyebutkan fakta bahwa pemutusan gencatan
bersenjata oleh HAMAS itu didahului oleh surat protes gerakan
perlawanan itu atas terbunuhnya 4 orang petani di Gaza oleh tentara
Israel. Tidak ada yang mengingatkan bahwa Israel terus melanggar
perjanjian damai yang disepakatinya sendiri dengan membiarkan pemukiman
ilegal terus tumbuh. Kita juga tak boleh lupa dengan tembok pemisah
apartheid Israel yang memutus akses rakyat Palestina pada kebutuhan
vital kehidupan. Belum lagi blokade Gaza yang lebih kejam dari Blokade
Berlin pada masa Perang Dingin.

"Itu kan salah HAMAS sendiri yang tidak mau damai…"

Sampaikan
pernyataan itu pada Bung Tomo dan para pendiri negeri ini.
Alhamdulillah, para pendiri negeri ini menolak iming-iming perdamaian
palsu di bawah ketiak Ratu Belanda. Soekarno bahkan menantang:"Ini dadaku, mana 
dadamu!"

Kalau kita menggunakan logika yang sama, berarti kita mendukung Agresi Militer 
Belanda pada tahun 1948. "Itu kan salah para pejuang kemerdekaan Indonesia yang 
tidak mau damai!"

Tidak
banyak yang mengingatkan bahwa Israel berdiri dengan berkubang darah
pembersihan etnis yang menghalalkan pembantaian dan pengusiran terhadap
penduduk asli Palestina (Ilan Pappe: The Ethnic Cleansing of
Palestine). Komunitas Yahudi yang hidup dalam perdamaian di bawah
Khilafah Utsmaniyah tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan
saudara-saudara mereka yang mengungsi dari kebiadaban Eropa dan membawa
ide rasis radikal untuk mendirikan Israel (Amy Dockser Marcus,
Jerusalem 1913). Bayangkan, komunitas yahudi saat itu yang sekecil
komunitas muslim di Swedia saat ini tiba-tiba menuntut Negara sendiri
dengan luas wilayah yang melebihi luas wilayah penduduk aslinya.. Kalau
muslim di Swedia tiba-tiba menuntut mendirikan Negara Islam, mereka
pasti segera dicokok dan dilabeli teroris.

Memori pembantaian ini dihapus dari sejarah dunia dan dari
kesadaran rakyat Israel. Pada saat yang bersamaan, kenangan pahit ini
terus hidup di antara rakyat Palestina. Maka, sangat sulit bagi orang
Palestina untuk menerima perdamaian yang tidak pernah berpihak pada
mereka, lha wong keberadaan Israel saja tidak legal! Wajar jika
popularitas HAMAS semakin lama justru semakin meningkat.

Indonesia saat itu tegas tidak mengakui Israel karena melihat fakta
ini. Sayang, kini banyak yang sudah lupa. Banyak yang terjebak dalam
narasi fiktif "Israel yang cinta damai terancam keberadaannya oleh
HAMAS yang ekstrimis yang tidak mau damai".

Kalaupun kita harus menerima fakta bahwa berdasarkan hukum rimba
Israel itu eksis, tidak berarti bahwa kita berhak menyalahkan mereka
yang menghendaki perdamaian sejati yang lahir dari kemerdekaan. Saya
mendukung proses perdamaian, tapi harus dengan dialog yang adil dan
terbuka yang melibatkan HAMAS sebagai kekuatan riil di Timur Tengah.
Tidak sekedar perjanjian sepihak yang dibuat AS dan Israel lalu
dipaksakan pada Palestina.

Kemanusiaan. Keindonesiaan. Islam. Ketiganya memaksa saya berpihak pada yang 
lemah dan tertindas.

"If you stand for nothing, you will fall for anything"

Malcolm X  
 
    


      Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail 
ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke