· Ada orang berjalan sendirian di tengah malam ketakutan, padahal daerah yang ia lalui aman alias tidak ada penjahat; ada orang tinggal sendirian jaga rumah takut, padahal semua pintu terkunci kuat dan tidak ada penjahat yang akan menggangunya, dst.. Orang-orang yang demikian ini hemat saya kurang atau tidak beriman, tidak percaya bahwa Allah senantiasa mendampingi atau menyertai hidupnya melalui malaikat-malaikatNya. “Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan. Seorang malaikat mendampingi setiap orang beriman sebagai pelindung dan gembala, supaya menghantarnya kepada kehidupan” (Kamus Gereja Katolik, no 336). Malaikat pelindung adalah kepanjangan para malaikat agung yang kita rayakan hari ini: Mikael adalah komandan para malaikat dalam menghadapi aneka kejahatan, Gabriel adalah komandan para malaikat pewarta gembira, sedangkan Rafael adalah komandan para malaikat yang mendampingi umat beriman di dalam perjalanan. Malaikat pelindung yang mendampingi kita berfungsi ke tiga tugas tersebut, maka hendaknya jangan pernah takut dan cemas jika anda sendirian atau harus menghadapi godaan setan. Warta Gembira hari ini juga mengajak dan memanggil kita untuk senantiasa berani melihat dan menghayati kehadiran malaikat yang turun-naik kepada setiap manusia. Maka hendaknya dalam keadaan dan situasi apapun, termasuk sedang sendirian, jangan takut dan gentar, tentu saja asal percaya pada pendampingan malaikat yang sangat setia siang dan malam menyertai kita. Rasa takut kiranya merupakan salah satu bentuk pikiran negative seperti cemas, iri hati dan khawatir. “Pikiran iri hati, takut, cemas, dan khawatir merusak dan menghancurkan syaraf dan kelenjar dan dengan demikian mendatangkan segala macam penyakit fisik maupun mental” (Dr.Joseph Murphy Drs, PhD, DD, LLD: Rahasia Kekuatan Pikiran bawah sadar, Spektrum 1997, hal 103).
· “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah” (Dan 7:13-14). Di tengah malam gelap gulita memperoleh penglihatan atau penampakan yang indah dan luar biasa, itulah kiranya yang digambarkan dalam kutipan di atas ini. Hal ini mengingatkan kita semua perihal makna dan tujuan ‘bertapa’, matiraga, atau ‘nyepi’ yang dilakukan oleh sementara orang, untuk semakin mendekatkan diri pada Yang Ilahi. Di dalam tradisi Gereja Katolik kita kenal apa yang disebut ‘retret’, yang berarti mengundurkan diri dari dunia ramai untuk merenung dan mawas diri. Bertapa atau nyepi serta berdoa dalam retret pada umumnya dilakukan sendirian, dan orang sering berusaha mencari tempat sepi dan gelap. Dalam kesendirian ini diharapkan orang menjadi lebih peka akan suara dari Yang Ilahi melalui RohNya atau malaikat-malaikatNya. Dan ketika ia memperoleh penampakan dari Yang Ilahi, berupa hiburan rohani, maka iman, harapan dan cintakasihnya diperkuat dan diperdalam, dan dengan demikian ia hidup segar bugar, sehat wal’afiat baik secara fisik maupun mental atau spiritual/rohani. Ia tidak takut dan gentar, cemas atau khawatir menghadapi aneka tantangan, hambatan maupun ancaman dalam kehidupan. Maka baiklah dengan ini kami berharap pada kita semua: marilah kita sempatkan waktu khusus untuk ‘bertapa’, matiraga, ‘nyepi’ atau retret secara periodik. Retret atau olah kebatinan merupakan salah satu kebutuhan hidup kita. Yang tidak kalah penting adalah pemeriksaan batin setiap hari.. Jakarta, 29 September 2008.