SALAT Salat dalam Islam dilakukan dengan melakukan beberapa posisi tubuh, seperti berdiri, membungkuk, berlutut, dan menyembah sampai muka menghadap lantai. Semua ini tidak lain dan tidak bukan diambil dari tata cara sembahyang Yudaisme dan Sabian, sodara2. Lihatlah kitab Mishna Berokath (Berkat, Berkah) fol. 3b, kolom 2 (Yerusalem Talmud): Kami harus berlutut, membungkuk, dan menyembah bersungkur di hadapanMu. Juga di fol. 13a, kolom 2:
Di malam hari semua pria berbaring ketika mereka melafalkan Shema’, dan di pagi hari mereka berdiri. Bandingkan dengan ini: Q 4:103 …hendaklah kamu menyebut dan mengingati Allah semasa kamu berdiri atau duduk dan semasa kamu berbaring. Kebiasaan Muslim yang suka melakukan Salat di muka umum, di tepi2 jalan (lihat gambar di atas) dalam kota bisa diduga diambil dari kebiasaan sembahyang kaum Parisi (ahli agama di masyarakat Yahudi) seperti yang tercantum di Matius 6:5 Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Para Yahudi di Arabia yang hidup di jaman Muhammad adalah keturunan dari kaum Parisi yang disebut dalam Injil, sehingga mereka tetap melakukan kebiasaan sembahyang dengan cara yang sama seperti kakek moyang mereka di Israel. Dalam Talmud Berakhoth fol. 9a kolom 1 tercantum: “Jika seorang berdiri sambil melafalkan doa di jalanan (strata) atau jalan2 umum (palatium), orang itu harus menyingkir dari jalanan agar keledai2 dan kereta2 bisa berlalu tanpa mengganggu doanya.” Sudah jelas Muhammad meniru tata cara sembahyang ini karena tidak mau kalah kelihatan berbakti pada Tuhan dibandingkan kaum Yahudi. Pemisahan antara jemaat pria dan wanita di tempat ibadah umum merupakan hal yang lumrah bagi kaum Muslim dan Yahudi. Begitu pula sembahyang dengan mengenakan kerudung kepala dan tapak kaki telanjang (nyeker) merupakan kebiasaan ibadah di Asia Selatan. Hal ini bahkan biasa dijumpai dalam ibadah sembahyang yang dilakukan orang2 Kristen India, meskipun kebanyakan orang2 Kristen India mulai meniru gaya pakaian Eropa sehingga mereka menanggalkan kerudung kepalanya tatkala melakukan sembahyang. Salat bersama di hari Jum’at merupakan tiruan dari kebiasaan sembahyang kaum Yahudi seperti yang tertera di Alkitab Perjanjian Lama: Lev. viii. 3; Bilangan viii. 9; x. 3; Yesaya xlv. 20; Luke i. 10. Dan juga dilakukan umat Kristen seperti yang diperintahkan dalam Perjanjian Baru Ibrani 10:25. Imamat 8:3 lalu suruhlah berkumpul segenap umat ke depan pintu Kemah Pertemuan." Bilangan 8:9 Selanjutnya haruslah kau suruh orang Lewi mendekat ke depan Kemah Pertemuan, dan kaupanggil berkumpul segenap umat Israel. Yesaya 45:20 Berhimpunlah dan datanglah, tampillah bersama-sama, hai kamu sekalian yang terluput di antara bangsa-bangsa! Tiada berpengetahuan orang-orang yang mengarak patung dari kayu dan yang berdoa kepada allah yang tidak dapat menyelamatkan. Lukas 1:10 Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan. Ibrani 10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Lihat pula perintah Muhammad dalam Qur’an [Suratu'n-Nisa' (iv) 102] untuk mempersingkat waktu sembahyang di dalam keadaan perang: Dan apabila engkau (wahai Muhammad) berada dalam kalangan mereka (semasa perang), lalu engkau mendirikan sembahyang dengan (menjadi imam) mereka, maka hendaklah sepuak dari mereka berdiri (mengerjakan sembahyang) bersama-samamu dan hendaklah mereka menyandang senjata masing-masing; kemudian apabila mereka telah sujud, maka hendaklah mereka berundur ke belakang (untuk menjaga serbuan musuh) dan hendaklah datang pula puak yang lain (yang kedua) yang belum sembahyang (kerana menjaga serbuan musuh), maka hendaklah mereka bersembahyang (berjemaah) bersama-samamu, dan hendaklah mereka mengambil langkah berjaga-jaga serta menyandang senjata masing-masing. Isi ayat ini jelas diambil dari Talmud Berakhoth (Talmud Yerusalem), fol. 7a, kolom 1: “Orang yang berada di tempat berbahaya diperbolehkan melakukan sembahyang pendek” Suratu'l-Baqara (ii) 240: Sembahyang dapat dilalukan sewaktu berkendaraan Bandingkan dengan Berakhoth, Talmud Yerusalem, fol. 8a, kolom 2: Jika seorang berkendaraan…dia harus memalingkan mukanya…dan… mengarahkan hatinya kepada Yang Maha Suci. Larangan sembahyang di saat mabuk [Suratu'n-Nisa' (iv) 46]: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu hampiri sembahyang (mengerjakannya) sedang kamu dalam keadaan mabuk… Bandingkan dengan Talmud Berakhoth (Talmud Yerusalem) fol. 7a. kolom 1: Dilarang melakukan sembahyang di dalam keadaan mabuk. Lalu Erubin, fol. 64a; (cf. Berakoth fol. 31b): Orang yang mabuk tidak boleh sembahyang. Talmud Berakhoth, (Talmud Yerusalem) fol. 6b, col. 2; dan 7a, kolom 1: Orang yang tidak bersih harus mandi dahulu sebelum sembahyang Sewaktu masih berada di Mekah, Muhammad tidak mewajibkan Muslim sembahyang ke arah manapun, seperti yang dikatakannya di Suratu'l-Baqara (ii) 115: Dan Allah jualah yang memiliki timur dan barat, maka ke mana sahaja kamu arahkan diri (ke kiblat untuk mengadap Allah) maka di situlah arah yang diredai Allah. Tapi seperti biasa, Muhammad mulai berubah pendapat setelah hidup di Medina. Di daerah sekitar Medinah hiduplah beberapa suku Yahudi. Awalnya, Muhammad hidup damai dengan kaum Yahudi tersebut. Untuk mengambil hati para Yahudi, Muhammad mengikuti arah kiblat sembahyang mereka yakni ke arah Bait Suci di Yerusalem.Tapi setelah dia tahu kaum Yahudi tidak mau mengakuinya sebagai nabi, mulai tumbuh kebencian di dalam hatinya sehingga dia mengganti arah kiblat sembahyang ke Ka’abah di Mekah. Perubahan pikiran Muhammad ini bisa dibaca dalam Suratu'l-Baqara (2) 136, 138, 139. Hadis Sahihu'l-Bukhari, Kitabu'l-Imam, vol. i. p. 18. Pada awalnya, sang Nabi memerintahkan sembahyang dengan Qibla ke arah Yerusalem selama enam belas atau tujuh belas bulan, dan dia senang ketika Mekah menjadi arah Qibla. Aturan arah sembahyang Islam ini jelas dicontek dari Yudaisme. Lihatlah apa yang tertera dalam Talmud Berakhoth (Talmud Yerusalem), fol. 8b, kolom 1: Mereka yang berada di negara2 (di luar Palestina) harus mengarahkan wajah2 mereka ke Tanah Suci… Mereka yang hidup dalam Palestina harus mengarahkan wajah2 mereka ke arah Yerusalem…Mereka yang sembahyang di Yerusalem harus mengarahkan wajah2 mereka ke Bait Suci… Mereka yang berada di Bait Suci harus mengarahkan wajah2 mereka ke arah Yang Maha Suci… Hal serupa juga disebut dalam buku yang sama di fol. 7b, kolom 1; fol. 8a, kolom 2. Hal ini juga disebut dalam Alkitab Perjanjian Lama dalam 1 Raja2 8:29, Mazmur 5:7, Daniel 6:10, Yunus 2:4. Jadi pertama-tama sewaktu di Mekah, Muhammad berkata kagak jadi masalah sembahyang ke arah manapun sebab timur dan barat adalah milik Allah. Tapi setelah pindah ke Medinah, Muhammad meniru-niru tata cara ibadah Yahudi dengan berkiblat ke Yerusalem. Setelah dia tahu kaum Yahudi tidak bakal mengakuinya sebagai nabi, dia mengganti lagi aturan sembahyang dengan berkiblat ke arah Mekah. Enak banget nih gonta-ganti aturan sembahyang kayak orang gonta-ganti celana dalem. Agar kaum Muslim tidak bingung atas keplin-planan Muhammad/Allah, cepat2 diucapkannya ayat Suratu'l-Baqara (ii) 119, 139, 144. Ini terjadi di tahun ke dua Hijrah atau sekitar 623 M. _ Dasar kepercayaan iman muslim dibangun diatas dusta,kebohongan dan teror pembunuhan yang biadab dimana saat zaman dan waktu sudah berubah kebenaran yang ada diungkapkan dan tidak bisa dihalangi ataupun dibendung serta kejahatan pembunuhan sudah dapat diantisipasi dan diminimalkan maka saat itu juga ambang kehancuran islam akan terjadi dan pada saatnya islam akan lenyap dan ini pasti terwujud. Feifei_fairy New Email addresses available on Yahoo! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/