Situs Purbakala Batu Kuya Hilang Seberat 6 Ton, Diangkut Kontainer

dok KSB / Kompas Images

Situs Batu Kuya diangkut menggunakan kontainer dari tempatnya di
kawasan Hutan Lindung Haur Bentes, Kabupaten Bogor, dan melintas di
Desa Pasir Madang, Selasa (23/9). Situs seberat 6 ton ini diameternya
3 meter dan tinggi sekitar 4 meter.


Sabtu, 27 September 2008 | 03:00 WIB

Bogor, Kompas - Sebuah batu purbakala peninggalan Kerajaan
Tarumanegara seberat 6 ton "hilang" dari lokasi situsnya di hutan
lindung Haur Bentes, Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Batu yang dikenal masyarakat dengan nama "Batu
Kuya" itu diangkut menggunakan kontainer.

Dinamakan Batu Kuya karena batu raksasa tersebut bentuknya mirip
kura-kura atau dalam bahasa Sunda disebut "kuya". Batu tersebut
berdiameter sekitar 3 meter dan tinggi sekitar 4 meter. Pada bagian
ujungnya terdapat benjolan seperti kepala kura-kura.

Hilangnya situs peninggalan abad IV atau ke V tersebut terlambat
diketahui aparat setempat. Namun, saat pemindahan batu situs tersebut
dengan menggunakan alat-alat berat dan diangkut truk tronton, Selasa
(23/9), banyak anggota masyarakat yang melihatnya.

"Begitu mendapat laporan dari masyarakat, Kamis (25/9), kami langsung
ke lokasi, namun truk tronton sudah tidak ada. Kami kejar ke Kecamatan
Leuwiliang juga sudah tidak ada. Kami mendengar truk tronton tersebut
sudah ada di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dan batu situs akan
dikirim ke luar negeri," kata Kepala Bidang Budaya, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Bogor Boy Gyawarman di Bogor, Jumat (26/9).

Menurut Gyawarman, hilangnya situs batu kuya dari tempatnya sudah
dilaporkan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Kabupaten
Serang, yang mengawasi kelestarian situs-situs sejarah/purbakala di
Jawa Barat dan Banten. Laporan serupa juga disampaikan ke Direktorat
Peninggalan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

"Menurut pejabat di direktorat itu, dipastikan situs batu purbakala
ini masih berada di Indonesia," katanya.

Gyawarman menambahkan, pihaknya memang sudah mencatat keberadaan situs
purbakala di hutan lindung Haur Bentes, Kecamatan Sukajaya. Ada
beberapa situs di kawasan hutan lindung tersebut yang berada di
permukaan tanah.

"Namun, identifikasi dan deskripsi terhadap situs-situs yang ada belum
dilakukan karena anggaran yang sangat terbatas," ujarnya.

Meski demikian, situs tersebut kemungkinan besar peninggalan Kerajaan
Tarumanegara, yang merupakan kerajaan tertua di Nusantara. Kerajaan
Hindu yang didirikan Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 Masehi
ini meninggalkan tujuh prasasti yang tersebar di Bogor dan Jakarta.

Dibuat jalan

Sejumlah anggota masyarakat yang menyaksikan pemindahan batu tersebut
mengatakan, alat-alat berat dikerahkan untuk mengangkut batu situs
tersebut. Untuk menuju lokasi situs di kawasan hutan lindung Haur
Bentes juga dibuat jalan selebar 3 sampai 4 meter.

Ukat Sukatma, tokoh adat Sindang Barang dan pemerhati situs-situs di
Bogor, mengatakan terkejut ketika melihat truk tronton mengangkut batu
situs. Apalagi ketika melihat "kepala kuya" atau kurang-kura dipotong
untuk memudahkan pengangkutan. "Namun, saya tidak bisa berbuat
apa-apa," ujarnya.

Di sekitar kawasan hutan lindung tersebut juga terdapat situs-situs
lainnya, seperti yang berbentuk buaya dan orang. Namun, semua situs
tersebut dibiarkan telantar. (RTS)

Kirim email ke