Precedence: bulk


Siaran pers MARKAS BESAR GAM EROPA

P.O.BOX: 2084
145 02  NORSBORG, SWEDEN
FAX: 00-46-8531 88 460

UNTUK KESELAMATAN ACEH DARI BENCANA, TNI HARUS KELUAR DARI TANAH SERAMBI MEKAH

Dengan semakin banyaknya pasukan militer rezim Jakarta menyerbu Tanah Aceh,
kehidupan dan penghidupan rakyat semakin tertekan. Sekarang penduduk baik di
kota-kota maupun di kampung-kampung jauh ke pedalaman Aceh, semakin hilang
rasa amannya dan semakin merasa sangat terancam jiwanya.

Dengan dalih untuk "mengamankan pemilu", diiringi penyebaran desas-desus
"pecah perang", serdadu-serdadu berseragam TNI dari berbagai jenis pasukan
yang berwatak kriminal itu dengan senjata berat bahkan memakai panser
memasuki kampung-kampung, untuk menakut-nakuti rakyat supaya mendaftarkan
diri sebagai pemilih dan supaja mendatangi tempat-tempat kotak suara untuk
mencoblos kartu pemilihan. Disamping itu, untuk mencari anggota intel TNI
yang hilang dihukum massa karena kebrutalan dan keganasannya, dan untuk
memburu yang difantasikan "Gerombolan Pengacau Liar", serdadu-serdadu TNI
itu secara biadab menerobos masuk rumah-rumah penduduk, mengobrak-abrik isi
rumah, merampok barang-barang didalamnya, menganiaya, menculik, menangkap
dan menembak orang yang dicurigai bahkan tidak sedikit rumah yang dibakar.
TNI juga menggerakkan pasukan siluman dari kalangan Kopassus atau dari
anasir status-quo yang dikenal sebagai provokator, untuk membuat kekacauan
dan kepanikan masyarakat dengan gerakan-gerakan pembakaran kantor-kantor
kecamatan, gedung-gedung sekolah dan bus-bus umum.  Dengan demikian
serdadu-serdadu penyerbu itu mengancam ketentraman kerja pegawai negeri,
memporakporandakan bidang pendidikan dan pengajaran serta melumpuhkan
transportasi diseluruh Aceh.

Keadaan yang menyeramkan itu, menyebabkan rakyat Aceh di hampir semua
kabupaten Aceh mengosongkan kampungnya dan berduyun-dujyun mengungsi ke kota
atau tempat-tempat yang dirasa agak aman, menumpang di mesjid-mesjid atau
mendapat tampungan di sekolah-sekolah, dan lain-lainnya. Meunurut siaran
Sentral Informasi Referandum Aceh (SIRA) 10 Juni yl, jumlah pengungsi telah
mencapai 70.000 orang.  Akibat daripadanya, tanaman yang siap dipanen
terpaksa ditinggalkan terbengkalai, sementara itu penyakit pun mulai
merambat ke tengah-tengah mereka, sedangkan kalangan medis berusaha menolong
dan merawat mereka, posko-posko kesehatan telah dibangun dilokasi pengungsi,
tetapi karena kekurangan obat-obatan dan sarana kesehatan lainnya, maka
jatuhnya korban yang meninggal pun sudah mulai.

Ada apa di balik arus pengungsian dan apa yang akan terjadi di Aceh?

Sudah merupakan suatu sistem tentara agresor, baik yang terjadi di dunia
maupun di Nusantara ini.  Di Jogoslavakia, ras Serbia menciptakan suasana
teror untuk membuat rakyat Kosovo Albania meninggalkan kampung dan
negerinya, sehingga dengan mudah wilayah Kosovo mau dijadikan sepenuhnya
milik serbia. Di Timor Timur, penduduk secara paksa dipindahkan dari
kampung-kampung di pedalaman ke barak-barak yang dibuat ABRI/TNI di tepi
jalan besar.  Dengan cara itu rezim lalim Jakarta mau memisahkan rakyat
Timor Timur dari gerakan kemerdekaan dan kekuatan bersenjatanya Fretilin.
Bersamaan itu mereka masukkan kaum transmigrasi dari Jawa, Bali.  Susunan
tata adat kehidupan maupun struktur adat pedesaannya dirombak dan
dijawanisasikannya. Selain itu, kita juga harus ingat pengakuan yang pernah
dibuat Jenderal ABRI Yoga Sugama, bahwa untuk menumpas PKI pada tahun
1965-1966, ABRI mengorganisasi berbagai kekuatan kriminal dan gerombolan
liar, antara lain bekas-bekas DI/TII di Jawa Barat.  Di Aceh sekarang dengan
strategi yang sama seperti dilakukan ras Serbia terhadap Kosovo Albania dan
seperti yang dipraktekkan rezim Jakarta dan TNInya di Timor Timur, di aceh
sedang diciptakan siasat yang lebih "halus".  Mereka mengorganisasi
gerombolan provokator untuk mebuat huru-hara dan suasana tak aman di
kampung-kampung, sehingga penduduk terpaksa mengungsi ke kota.  TNI
berkhayal, dengan cara ini mereka mau mengontrol massa dan mau memisahkannya
dari gerakan memperjuangkan referandum dan Gerakan Aceh Merdeka. Rakyat Aceh
dibuat semakin tergencat jiwanya ke dalam suasana trauma yang lebih parah.
Dengan siasat busuk itu, rezim Jakarta dan TNInya ingin mencapai strategi
menguasai Aceh secara mutlak dan menempatkan rakyat Aceh sebagai budak di
tanah airnya sendiri.

Berdasarkan itu, kami menghimbau segala lapisan masyarakat Aceh di Tanah
Aceh dan di perantauan, marilah bersama-sama kita selamatkan Aceh kita yang
mempunyai tradisi sejarah yang gemilang dan buminya yang kaya raya.  Marilah
kita menyumbang  apa yang dapat kita sumbangkan, baik moril atau semangat
dan material kepada saudara-saudara kita yang sekarang menjadi pengungsi di
Tanah Aceh.  Mereka memerlukan obat-obatan, bahan makanan, pakaian dan
sarana-sarana lainnya.  Salurkanlah itu melalui badan-badan kemasyarakatan
seperti Palang Merah Nasional/Internasional, LSM, organisasi mahasiswa Aceh
atau organisasi lainnya yang selama ini sangat bersimpati kepada rakyat Aceh
yang ditindas oleh rezim Jakarta dan TNInya.

Kami dari Markas Besar Gerakan Aceh Merdeka menghimbau saudara
Prof.Dr.Syamsuddin Mahmud, Gubernur/Kepala Daerah Istimewa Aceh untuk
membuat satu kebijaksanaan  untuk mengatasi musibah yang menimpa bangsa kita
Aceh ini. Kami memandang Saudara Gubernur serta pejabat-pejabat dibawahnya
(bupati-bupati, camat-camat dan kepala desa-kepala desa) adalah
putera-putera Aceh, yang memiliki jati diri bangsa Aceh. Ini berarti dalam
menjalankan tugas Saudara selaku kepala daerah di tingkat masing-masing,
pertama-tama dan terutama tentu demi kepentingan rakyat dan tanah Aceh serta
selalu mengindahkan tuntutan wajar dan rasional rakyat Aceh.  Hanya dengan
djiwa dan sikap seperti itu, barulah seorang pejabat akan dicintai dan
didukung oleh rakyatnya.  Jika anda dapat meringankan langkah menjenguk
serdadu TNI penyerbu Aceh yang dirawat di rumah sakit, tentu Saudara akan
lebih merasa berkewajiban dan berkebajikan untuk mengunjungi tempat-tempat
pengungsian penduduk bangsa kita sendiri yang telah dibencanakan oleh TNI
rezim Jakarta.

Himbauan ini juga kami sampaikan kepada para perwira dan perajurit TNI asal
bangsa Aceh.  Janganlah menyarangkan peluru Anda ke tubuh bangsa Anda,
saudara Anda - orang Aceh. Bukankah peluru, bedil, pakaian, makanan,
perumahan Anda itu, hasil cucuran keringat dan pajak dari bangsa kita itu
juga asalnya?

Dalam suasana seperti sekarang, rakyat akan melihat, apakah Anda bangsa Aceh
yang duduk dalam pemerintahan RI atau menjadi anggota TNI, berdiri di pihak
rakyat Aceh dan berbicara menurut bahasa nurani bangsa Aceh, ataukah
sebaliknya, mengikuti gemuruh genderang perang rezim Jakarta dan TNInya.
Dengan rasa cinta dan tanggung jawab kepada rakyat, bimbing dan lindungilah
para pengungsi itu dan bawalah kembali mereka ke kampungnya dengan jaminan
keamanan dari Anda. Mari kita bekerjasama demi tanah Aceh dan bangsa Aceh!

Marilah bangsa Aceh, bersatu padu, tolong menolong, membulatkan tekad untuk
membela tanah air warisan Endatu kita, berjuang dengan cara damai, menuntut
referandum untuk kemerdekaan dan kedaulatan Aceh.

Rakyat Aceh dapat menyelamatkan dan mengamankan tanah airnya sendiri, untuk
itu kita menuntut rezim Jakarta segera menarik semua pasukannya dari bumi Aceh!

Nasib Aceh ditentukan oleh bangsa Aceh sendiri!

Stockholm, 13 Juni 1999

----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke