Precedence: bulk


HAMZAH HAS PUTUS ASA

        JAKARTA (SiaR, 22/6/99), Setelah gagal menggembosi PDI Perjuangan
dengan isu caleg non-muslim PDI Perjuangan dan soal keperempuanan Megawati
Soekarnoputri yang menurut Islam tak boleh jadi presiden, tampaknya Hamzah
Haz, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sudah putus asa. 

        Semula dengan melancarkan isu agama untuk mendiskreditkan PDI
Perjuangan, PPP berharap para pemilih Muslim mengalihkan pilihannya pada
partai yang berasaskan Islam itu. Namun, nyatanya tidak. Perolehan suara
partai yang dulu terbesar kedua setelah Golkar itu rendah sekali, hanya 18
persen. Kendati gagal menggembosi PDI Perjuangan di pemilu, PPP masih
berhasrat menggagalkan pemilihan Megawati sebagai Presiden. PPP memang
terpaksa akan memilih Habibie dengan risiko digolongkan sebagai status quo baru.

        Keputus-asaan Hamzah Haz sendiri, misalnya ditunjukkan dalam
jawabannya atas pertanyaan Stanley Fischer tentang mengapa PPP menolak
presiden wanita. Menurut Hamzah, di PPP sudah disepakati bahwa fatwa ulama
partai ini menolak wanita menjadi presiden. Fatwa itu, katanya, bukan
mengada-ada karena ada dasarnya dari agama. 

        Fischer kemudian menanyakan apa beda Megawati dengan
presiden-presiden perempuan di negara Islam seperti Benazir Bhuto di
Pakistan dan Bangladesh?

        Jawaban Hamzah, "Di Indonesia ini mazhabnya lain. Mazhabnya, mazhab
Syafi'i." Menurutnya, Islam di Indonesia ini lebih tertib dan disiplinnya
lebih tinggi, tidak bisa dibandingkan dengan negara Islam lain. 
"Lihat saja kalau musim haji, setiap musim haji, kan Indonesia mendapat
peringkat yang baik. Jadi, disiplin agama di Indonesia sangat kuat," ujar
Hamzah.

        Jawaban Hamzah ini dinilai bukan merupakan jawaban, karena nash-nash dalam
Hadits Nabi soal apakah perempuan bisa memimpin atau tidak diberlakukan
berdasarkan mashab yang diikuti. Pernyataan Hamzah ini justru menunjukkan
bahwa di Pakistan dan Bangladesh, dua negara Islam di Asia itu, menganut
mashab yang berbeda dengan Islam di Indonesia, dan dengan demikian perempuan
boleh menjadi presiden. Jelas, jika ini yang dimaksud Hamzah, Islam, di luar
mazhab Syafi'i, perempuan diperbolehkan menjadi pemimpin, bahkan menjadi
presiden.***


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke