Precedence: bulk XANANA GUSMAO: "TAK BENAR FALINTIL SERAHKAN DIRI" JAKARTA (MateBEAN, 2/7/99), Presiden CNRT Kay Rala Xanana Gusmao membantah adanya pemberitaan dari aparat keamanan di Timtim bahwa sekitar 200 orang Falintil sudah menyerahkan diri di Suai, dan pertengahan bulan ini akan menyusul 1.000 anggota Falintil lagi. Xanana dalam konferensi persnya dengan puluhan wartawan di LP Khusus Salemba, Jumat (2/7) pagi, mengatakan bahwa publikasi itu hanyalah bagian dari rekayasa aparat keamanan bahwa Falintil sudah tidak mempunyai kekuatan lagi. "Saya berterima kasih kepada aparat keamanan bahwa sejak dulu mereka bilang kekuatan kami hanya 50 orang bersenjata, sekarang mereka bilang 200 orang serahkan diri dan sebentar lagi 1.000 orang akan menyusul. Apa kah itu masuk akal? Maka saya tidak terlalu percaya laporan itu," kata Xanana. Menurut Xanana Gusmao, Falintil tidak akan menyerahkan diri kalau proses peletakkan senjata itu tidak sesuai dengan norma-norma kesepakatan di New York, antara Indonesia, Portugal dan PBB. Karena itu merupakan suatu mekanisme, dan peletakkan senjata bukan sesuatu hal yang tak punya arti. "Oleh karena itu saya harap peletakkan dan pelucutan senjata perlu waktu dan perlu mekanisme yang benar-benar ketat, kalau belum terjadi saya harap akan terjadi," kata Xanana. Menurut Xanana dalam peletakkan senjata nanti kalau ada pihak yang merekayasa hal itu, maka PBB punya kewenangan melakukan apa saja. Karena peletakkan senjata sangat berat, dan butuh proses dan mekanisme yang sesuai dengan aturan internasional. Selain itu Xanana juga menyesalkan adanya penyerangan dan demo dari kelompok milisi pro-otonomi terhadap markas UNAMET di Maliana dan Viqueque. Aksi tersebut hanya akan memperlambat proses jajak pendapat yang sudah disepakati itu. "Kami minta kesebaran dari kelompok pro-otonomi untuk menghormati kesepakatan yang sudah dicapai, dan harus menghormati cara kerja tim PBB yang bertugas di Timtim," katanya. Xanana Gusmao mengatakan bahwa kalau dilihat dari konteks rekonsiliasi, maka sudah saatnya semua pihak membuka pintu kepercayaan kepada yang lain. Karena hanya dengan demikian maka bisa membantu terwujudnya rekonsiliasi. "Rekonsiliasi bukan hanya peluk-pelukan, bukan melempar senyum, tapi harus ada perubahan sikap yang serius, perubahan pikiran dan perubahan tindakan untuk membantu rekonsiliasi itu sendiri," kata Xanana.*** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html