Precedence: bulk From: [EMAIL PROTECTED] (S.A. Soni) Subject: REPRESI KELERASAN THD PRD REPRESI KEKERASAN THD PRD R. Ismail Tindak kekerasan bersenjata terhadap ratusan demonstran PRD di depan kantor KPU di Jakarta betul-betul tindakan nekad. Para demonstran itu menuntut supaya partai Golkar diskualifikasi sebagai peserta PEMILU, Alasannya; kecurangan-kecurangan luas yang telah dilakukan Golkar dalam PEMILU 1999. Untuk meyustifikasi tindakan biadab ini, pihak kepolisian menyebut bukti-bukti bahwa memang sejak semula para pengunjuk rasa itu sudah merencanakan bentrokan. Buktinya? Ada temuan satu "paku besar" yang dilempar dan oleh polisi dianggap sebagai anak panah. Di samping itu, dalam penyergapannya, polisi menemukan sebuah tiang bendera berhiaskan kawat berduri.Sungguh membahayakan bukan? Yang belum sampai dikatakan oleh aparat itu adalah bahwa segala benda temuan ini dipoles dengan radio-aktif yang mungkin dibeli secara ketengan di Pasar Senen! Harus diakui bahwa kekuatan-kekuatan status-quo lama sangat takut terhadap setiap kemungkinan bahwa kekuasaan negara lepas dari tangan mereka. Walapun kekuasaan itu misalnya hanya beralih ke kekuatan reformasi semu, kompromis atau setengah-setengah. Kepentingan-kepentingan ekonomi dan politik yang mereka pertaruhkan terlalu besar adanya untuk bisa rela berbagi kekuassaan dengan kekuatan-kekuatan demikian, apalagi sama sekali melepaskannya. Apa yang ditakutkan dari demonstrasi partai "gurem" PRD adalah bahwa tuntutannya itu obyektif, mencerminkan suara hati rakyat yang menginginkan perubahan dan sudah terlalu muak dengan kedurjanaan aparat fasis. Jumlah mereka dalam masyarakat sangat luas. Karena itu tuntutan tuntutan seperti itu berprospek menjadi kekuatan material yang maha dahsyat. Tiga tahun yang lalu, ketika para aktivis dan anggota PRD pada ditangkapi dan dipersekusi karena membela PDI Megawati pada peristiwa 27 Juli, ada seorang teman asing yang mengirim saya kartu berisi baris-baris tulisan sbb: Ketika mereka menangkapi para aktivis pro-demokrasi saya berdiam saja karena saya bukan aktivis pro-demokrasi Ketika orang-orang sosialis radikal ditangkapi saya berdiam saja karena saya bukan sosialis radikal ketika kaum wanita didiskrimminasi saya tidak berbuat apa apa karena saya bukan wanita Ketika kaum reformis ditindas saya berpangku tangan karena saya bukan reformis Ketika giliranku tiba ditangkap sudah tidak ada orang yang memprotesnya (disadur bebas dari M. Niemoller) Dengan hormat baris-baris tulisan ini kuteruskan kepada semua kekuatan yang menakan diri anti-satus-quo, pro-demokrasi dan pro-reformasi di Indonewsia. ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html