Precedence: bulk KEPALA UNAMET AKAN BERTEMU PANGLIMA TNI JAKARTA (MateBEAN, 7/7/1999), Kepala Misi PBB untuk Jajak Pendapat Rakyat Timor Timur (UNAMET) Ian Martin, Selasa meninggalkan Timor Timur menuju Jakarta untuk bertemu dengan Menhankam/Panglima TNI Jenderal Wiranto. "Tujuan pertemuan itu membahas situasi keamanan di Timtim yang dinilai kurang kondusif menjelang jajak pendapat, kata Juru bicara UNAMET," Ueki Yashuiro di Dili, Selasa (6/7). Sumber MateBEAN di Dili melaporkan bahwa kelompok pro otonomi terus melakukan intimidasi terhadap warga sipil. Bahkan tujuh orang tim relawan yang diculik oleh oleh BMP hingga saat ini belum ditemukan jejaknya. "Besar kemungkinan, kalaupun ditemukan mereka sudah menjadai mayat, karena dibunuh oleh BMP," kata sumber MateBEAN di Dili. Sumber itu juga menambahkan bahwa kantor Kontras Dili yang terletak di Bairo Central juga tidak luput dari teror dan intimidasi milisi Aitarak. Bahkan papan kantor tersebut dicabut dan dibakar, serta setiap harinya para milisi Aitarak menteror anggota Kontras. "Para milisi itu terus menteror Kantor Kontras. Bahkan mereka mengancam akan membakar kantor tersebut, kalau Kontras tidak menghentikan aktivitasnya untuk melakukan penyelidikan terhadap korban kekerasan yang dilakukan oleh para milisi," kata sumber itu. Sementara itu di Dili Selasa (6/7) kemarin tujuh organisasi pemuda di bawah payung CNRT, masing-masing, Ojetil, Objelatil, Fitun, APKTL, DSMPPT dan Impettu yang tergabung dalam presidium Loriko Asuwain berdemonstrasi di depan Kantor UNAMET Dili. Mereka memprotes kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan bersama milisi di Timtim. Mereka juga menuntut Wiranto harus mempertanggungjawabkan berbagai kejadian di Timtim. Selain meminta pertanggungjawaban Wiranto, para pendemo itu juga meminta pemerintah untuk membubarkan Komisi Perdamaian dan Stabilitas (KPS), karena komisi ini tidak menunjukkan eksistensinya sebagai komisi yang netral, tapi sebaliknya menjadi corong pemerintah. "Tidak hanya sampai di situ, kami juga menuntut agar Indonesia harus menarik tentara dan polisi yang bertugas di Timtim, karena beberapa kekerasan yang terjadi di Timtim terakhir ini terlihat bahwa polisi bukannya menjaga kedamaian di Timtim, tapi sebaliknya ikut membantu para milisi dan menembaki rakyat yang tak berdosa. Terkesan polisi membiarkan kekerasan terjadi di Timtim. Tentara dan polisi harus ditarik dari Timtim, sehingga milisi bisa menghentikan aksi kekerasan yang mereka lakukan. Kalau ada tentara maka para milisi terus mendapat pasokan senjata untuk membunuh rakyat Timtim," teriak para pendemo. Selain meminta penarikan keseluruhan TNI dan polisi dari Timtim, mereka juga menuntut PBB segera mengirimkan pasukan perdamaiannya di Timtim untuk mengamankan wilayah dalam menghadapi jajak pendapat Agustus mendatang. *** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html