Precedence: bulk KONFLIK INTERN REDAKSI STT KIAN MEMUNCAK DILI (MateBEAN, 16/7/99). Konflik intern redaksi Suara Timor Timur (STT) semakin memuncak. Sejumlah pembaca melakukan aksi pengrobekan dan pembakaran koran STT di jalanan sebagai pelampiasan atas ketidakpuasan dari sebagian besar wartawan STT tentang pola pemberitaan harian itu yang dinilai sudah terlalu memihak kelompok Barisan Rakyat Timtim (BRTT) pimpinan Lopez da Cruz. Beberapa wartawan STT yang dihubungi MateBEAN mengatakan bahwa selama seminggu lebih wajah Lopez da Cruz selalu menghiasi koran itu. Bahkan setiap hari berita BRTT mendominasi koran itu yakni rata-rata empat berita dan empat foto. "Kita diperintahkan hanya meliput kegiatan BRTT, sedangkan setiap press release dari UNAMET dilarang untuk dimuat. Surat kabar macam apa ini. Motonya menyuarakan keadilan dan kebenaran ternyata dilanggar. Kami memberikan ultimatum kepada Pimpinan Redaksi kalau dalam dua hari ini berita BRTT tetap muncul maka kami sepakat untuk boikot, dan mengundurkan diri dari STT," kata seorang wartawan STT kepada MateBEAN. Ancaman itu bukan isapan jempol, soalnya yang mengancan untuk boikot liputan STT itu justru datang dari Redaktur Pelaksana dan Wakil Pimpinan Redaksi. Kedua pejabat STT itu, selama ini sangat berpengaruh di dalam redaksi STT. Saking tidak mengendalikan emosinya, pagi kemarin (15/7) Redpel STT Aderito Hugo da Costa di depan Pemimpin Perusahaan STT, Domingos Saldanha merobek-robek koran yang memuat foto Lopez da Cruz serta menginjak-injak. Beberapa aparat kepolisian yang ditugaskan untuk menjaga Kantor STT menyaksikan kejadian itu. "Lebih baik mundur daripada mempertaruhakn kredibilitas kita hanya untuk kepentingan sebuah kelompok," kata Hugo da Costa. Kabarnya, menurut beberapa wartawan, adanya pengontrolan yang terlalu ketat dari pimpinan STT yang sekaligus sebagai Sekjen BRTT itu membuat sebagian besar wartawan STT mulai marah. "Kalau kontrolnya itu berupa hanya mengawasi penyajian berita STT itu tak masalah. Tapi ini justru mengancam wartawan untuk tidak meliput setiap kegiatan dari kelompok pro kemerdekaan, serta tragisnya berita-berita dari PBB juga dilarang untuk diberitakan. Yang jadi sasaran adalah wartawan STT bukan pimpinannya," tambah wartawan itu. Bahkan saat ini Salvador juga sudah menonaktifkan Redpel, Wapemred dan beberapa wartawan STT yang kabarnya atas permintaan dari Zacky Anwar Makarim. Terlihat bahwa Salvador selaku Pemimpin Redaksi justru lebih melindungi kelompoknya (BRTT) daripada melindungi wartawan STT. Kabar terakhir yang diterima MateBEAN adalah adanya kesepakatan antara karyawan percetakan, setting layout dan redaksi untuk memboikot penerbitan itu, kalau berita BRTT masih dipaksa untuk diturunkan. "Koran hari ini (Kamis, 15/7) terlihat foto Lopez da Cruz dicoret-coret, itu merupakan peringatan dari kami kalau pimpinan masih mengharap koran ini tetap terbit," kata seorang karyawan percetakan. Konflik itu juga terpengaruh pada pasaran, menurut beberapa loper, walaupun oplah cetaknya mencapai 7.000, tapi yang laku di pasaran hanya berkisar antara 1.000 hingga 1.500 eksemplar. "Saya bawa 1.000 hanya laku seratus, bahkan pembaca STT marah-marah saya," kata seorang loper STT. *** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html