Precedence: bulk


LETJEN TNI (PURN) DADING KALBUADI LOLOS DARI INTERNATIONAL TRIBUNAL 

        JAKARTA, (TNI Watch!, 12/10/99). Para veteran perang Timor Timur
sedang berduka. Letjen TNI (Purn) Dading Kalbuadi mantan Panglima perang
"Operasi Seroja", meninggal Minggu (10/10), di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta
Pusat. Meninggalnya Dading, merupakan takdir yang menguntungkan bagi
dirinya, dengan begitu Dading bisa lolos dari kemungkinan International
Tribunal (Pengadilan Internasional).

        Sebagaimana diketahui Komisi HAM PBB berencana mengadakan Pengadilan
Internasional, bagi pimpinan TNI yang melakukan pelanggaran HAM selama
operasi di Timtim. Jika Pengadilan Internasional jadi terlaksana, tak pelak
lagi, Dading Kalbuadi merupakan kelompok perwira yang masuk urutan pertama
untuk disidangkan. Ini memang ironis, karena nama Dading mulai termahsyur
setelah "sukses" memimpin operasi di Timtim.

        Orang yang paling berperan menentukan karir Dading adalah Jendral
TNI (Purn) Benny Moerdani, mereka telah berteman dekat sejak P3AD (Pusat
Pendidikan Perwira Angkatan Darat) di Bandung, awal tahun 1950-an. Sejak
masih siswa di P3AD, hingga menjadi petinggi di Mabes TNI, mereka selalu
bersama. Saat Benny menjadi Panglima TNI, Dading menjadi orang kedua di
Mabes TNI, yaitu sebagai Kasum. Ketika Benny "ditendang ke atas" sebagai
Menhankam, Benny lagi-lagi mengajak Dading, dengan menempatkannya sebagai
Irjen Dephankam. Begitu eratnya hubungan mereka berdua, jadi kalau kita
membaca biografi, sepertinya kita juga sedang membaca perjalanan hidup
Dading, karena begitu seringnya Benny menyebut nama Dading dalam biografinya
itu.

        Saat memimpin "Operasi Seroja" (1975-1976), Dading membentuk tim-tim
kecil untuk operasi penyusupan, dengan nama sandi "Operasi Umi-Tuti".
Beberapa anggota tim khusus ini antara lain adalah: Kuntara, Tarub, Yunus
Yosfiah, dan Sutiyoso. Anggota-anggota tim khusus ini ketika menyusup ke
wilayah Timtim, disamarkan sebagai "sukarelawan", bukan sebagai anggota TNI
(d/h ABRI) reguler. Setelah Timtim digabungkan ke Indonesia, baru diakui
bahwa "sukarelawan" yang dulu menyerbu Timtim, adalah tentara reguler.

        Dading dilahirkan di Cilacap (Jawa Tengah), 14 April 1931. Ketika
menginjak usia remaja, ia telah bergabung dengan pasukan pelajar IMAM
(Indoneia Merdeka atau Mati), yang daerah operasinya meliputi wilayah
Banyumas, dan sekitarnya. Dalam pasukan IMAM inilah, ia sudah bersama-sama
dengan Chalimi Imam Santosa (CI Santosa), yang kelak bersama Dading
bergabung di RPKAD (kini Kopassus). CI Santosa namanya lebih dulu dikenal,
karena ia banyak membantu Kol Sarwo Edhi Wibowo, dalam menumpas anggota PKI
di pelosok Jawa.

        Seusai periode perang kemerdekaan, Dading diterima sebagai siswa di
sekolah calon perwira P3AD. Di P3AD ini, selain dengan Benny, ia bertemu
dengan sahabat-sahabat yang lain, seperti Soeweno (mantan Pangkostrad),
Sutaryo (mantan Kepala BAIS), Sebastianus Soekoso (mantan Gubernur Maluku),
Gunawan Wibisono (mantan Assospol ABRI). Kelompok mereka ini sering disebut
sebagai "orangnya Benny". Beberapa di antaranya sudah meninggal lebih dulu.
Soeweno misalnya, meninggal setelah bertahun-tahun menderita stroke.

        Meski sudah malang-melintang di berbagai operasi tempur, bagi Dading
tak ada yang lebih berkesan ketimbang operasi di Timtim. Salah satu
sebabnya, ia memperoleh pangkat jenderal juga di Timtim, saat diangkat
sebagai Panglima Komando Daerah Pertahanan dan Keamanan Timtim, menggantikan
Soeweno yang kebetulan juga sahabat dekatnya. Dading adalah tipe komandan
tempur, yang sangat menikmati penugasan di medan perang. Seperti
kata-katanya yang ia kutip dari Jenderal MacArthur: "Man will not fight and
die unless they know what they fight and die for."

        Bila Dading bisa tertolong, karena meninggal, bagaimana dengan nasib
komandan-komandan yang lain? Tampaknya sulit lolos, karena kasus Timtim itu
ibarat buku terbuka, di mana orang di seluruh dunia bisa menengoknya dengan
jelas. Seperti dikatakan pengamat politik dari CSIS J. Kristiadi, sekarang
ini sudah banyak jenderal ketar-ketir.

        Pendapat J Kristiadi diperkuat oleh Ketua Komnas HAM Marzuki
Darusman, bahwa kalau ada unsur TNI yang terlibat pelanggaran HAM, maka
proses pengadilan militer dinyatakan tidak berlaku, dan yang berlaku adalah
Pengadilan HAM (Media Indonesia, 9/10/99).

        Kalau tokoh HAM dalam negeri seperti Marzuki Darusman saja bisa
bicara demikian lugasnya, apalagi opini dunia, yang bersikap sangat dingin
terhadap jenderal-jenderal TNI. Maka wajarlah kalau para jenderal yang
pernah berdinas di Timtim, kini ketar-ketir. Beberapa nama perwira yang
hari-hari ini sedang ketar-ketir, adalah:
A. Mantan Pangdam IX/Udayana:
1. Brigjen Soeweno (3 Mrt. 1976 s/d 14 Okt. 1978, sudah meninggal)
2. Brigjen Dading Kalbuadi (14 Okt. 1978 s/d 18 Mei 1983, sudah meninggal)
3. Mayjen D. Soetarto (18 Mei 1983 s/d 6 Mrt. 1986)
4. Mayjen Adolf Sahala Rajaguguk (6 Mart. 1986 s/d 12 Agst. 1987, Dubes India)
5. Mayjen Djoko Pramono (12 Agst. 1987 s/d 12 Agst. 1988)
6. Mayjen Sintong Panjaitan  (12 Agst. 1988 s/d 13 Jan. 1992, Sesdalopbang)
7. Mayjen Herman Bernard Leopold Mantiri (13 Jan. 1992 s/d 13 Agst. 1992,
Dubes Singapura)
8. Mayjen Soewardi (13 Agst. 1992 s/d 31 Mrt. 1993, mantan Gubernur Jateng)
9. Mayjen Theo Syafei (31 Mrt. 1993 s/d 8 Feb. 1994, anggota DPR dari PDI
Perjuangan)
10. Mayjen Adang Ruchiatna Puradiredja (Irjen Depsos)
11. Mayjen HA Rivai
12. Mayjen Yudomo (meninggal)
13. Mayjen Adam Damiri

B. Mantan Kasdam IX/Udayana
1. Brigjen Warsito (1987)
2. Brigjen Herman Musakabe (1988)
3. Brigjen Moh Ma'ruf (1989-1990)
4. Brigjen Dahlan Effendi (1990-1992)
5. Brigjen Sulatin
6. Brigjen A Salim Lubis

C. Mantan Danrem 164/ Wira Dharma Timtim
1. Kol Inf Adolf Sahala Rajaguguk (1979-1983)
2. Kol Inf  Junus Josfiah (1985-1987)
3. Kol Inf RS Warouw (1989)
4. Kol Inf I Ketut Wirdhana (1990)
5. Kol Inf JP Sepang 
6. Kol Inf Dunidja
7. Kol Inf Soentoro
8. Kol Inf Johny Lumintang
9. Kol Inf Kiki Syahnakri
10. Kol Inf Mahidin Simbolon
11. Kol Inf Tono Suratman
12. Kol Inf M. Noer Muis

D. Mantan Wakil Danrem 164/Wira Dharma
1. Kol Inf Soekotjo (kini Danrem di Mataram)
2. Kol Inf Glenny Kairupan
3. Kol Inf Mujiono (kini Danrem Lampung)
4. Kol Inf George Toisuta (kini Danrem di Tangerang)
5. Kol CZI J Surjo Prabowo. 

_______________
TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI,
dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan
ketentaraan para perwiranya pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang
dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya
agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama.


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke