Precedence: bulk


Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka
PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp
Xpos, No 44/II/5-11 Desember 99
------------------------------

PDI-P JEGAL POROS TENGAH?

(PERISTIWA): Sejumlah reaksi muncul dari Poros Tengah atas pencopotan Hamzah
Haz. Gus Dur ingin tunjukkan dirinya tak disetir Poros Tengah. Sebaliknya
Poros Tengah menuduh PDIP yang menjegalnya.

Hamzah Haz tampaknya tak terima ia dicopot dari jabatannya. Kendati sejak
beberapa waktu lalu, isu pergantian Menko Kesra/Taskin (Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat/Pengentasan Kemiskinan) telah santer, toh ia tak siap
dengan keputusan itu. Kekecewaan ini tidak saja dirasakan secara pribadi
oleh Hamzah, tapi juga oleh DPP-PPP dan Poros Tengah -yang menjadi pendukung
Gus Dur saat pemilihan presiden dalam sidang umum MPR-RI lalu. "Poros Tengah
ikut prihatin, karena PPP adalah bagian terpenting Poros Tengah," ujar Amien
Rais dikutip Detikcom.

Wajar kalau PPP dan Poros Tengah bingung. Hingga kini, kesalahan Hamzah Haz
tak pernah diklarifikasi pemerintah. Menurut Faisal Baasir, salah satu ketua
DPP-PPP, Gus Dur terlalu cepat mengumumkan "pengunduran diri" Hamzah Haz.
Awalnya, Hamzah cuma bermaksud menemui Gus Dur untuk mengklarifikasi dugaan
keterlibatannya sebagai salah satu penerima dana berbau KKN dari Bank Bali.
Hamzah meminta Gus Dur untuk menyatakan dirinya tak bersalah. Namun yang
terjadi, Gus Dur mengumumkan pengunduran diri Hamzah diterima dan langsung
menggantinya dengan Basri Hasanuddin. Hamzah sendiri belum membuat
pernyataan pengunduran diri.

Jelas DPP-PPP kecewa berat dengan keputusan ini. Mereka bahkan menilai Gus
Dur telah melupakan sejarah (bahwa PPP adalah pendukung Gus Dur dalam
pemilihan presiden). Lebih jauh, Husnie, Ketua DPP-PPP, malah melihat adanya
konspirasi politik untuk menjegal PPP dalam kabinet. Ia tidak secara persis
menyebutkan siapa yang berada di balik konspirasi itu, namun bagi sebagian
besar pengamat, maksudnya sudah jelas. Apalagi, ia menegaskan, otak di balik
konspirasi itu adalah kelompok yang "target politiknya tak tercapai." Siapa
lagi kalau bukan PDI-Perjuangan yang dimaksud.

Bagi Poros Tengah, pencopotan Hamzah adalah ujian yang menyinggung harga
diri mereka. Selama ini, terpilihnya Gus Dur sebagai presiden selalu
diidentikkan dengan keberhasilan Poros Tengah "bermain cantik." Otomatis,
mereka punya posisi tawar yang cukup kuat dalam kabinet. Itu sebabnya, dalam
pemilihan anggota kabinet yang sekarang bertugas, warna 'kompromi' sangat
terlihat kental. Tapi, apa yang terjadi? Hamzah dicopot tanpa sepengetahuan
dirinya sendiri dan DPP-PPP. Penggantinya pun bukan dari kubu PPP atau Poros
Tengah. Betapa menyakitkan.

Menurut pengakuan Zarkasih Nur, Menkop/PKM yang juga orang PPP, Poros Tengah
sempat melakukan pertemuan di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, segera
setelah Hamzah dinyatakan mundur. Namun, tak ada keputusan keras yang
dihasilkan. Bagaimanapun Poros Tengah adalah pendukung pemerintahan Gus
Dur-Mega, sehingga jika mereka menarik dukungannya, sama saja mengakui
kegagalan mereka. Dan bila masyarakat menganggap mereka gagal, jelas posisi
tawar mereka akan melemah.

Kenyataannya, posisi tawar mereka memang telah melemah. Buktinya, tak ada
yang dapat mereka lakukan kini. Poros Tengah justru khawatir makin
menguatnya posisi PDI-Perjuangan -seperti diutarakan oleh Husnie. Saat ini,
kubu PDI-P memang lebih menunjukkan prestasi dalam kabinet, setelah
baru-baru ini mengungkap skandal pemberian kredit tak wajar pada Texmaco
Grup. Mungkin karena tersudut itulah, belakangan ini sejumlah tokoh Poros
Tengah, termasuk dedengkotnya yaitu Amien, justru menuduh PDI-P lah yang
menebar jaring konspirasi melemahkan Poros Tengah. Menurut mereka, kasus
Hamzah Haz adalah salah satu hasil dari konspirasi tersebt.

Sementara itu Gus Dur sendiri tampaknya sudah bisa mengukur sejauh mana
kekuatan Poros Tengah. Ada anggapan bahwa Gus Dur saat ini tak mau terlalu
memberi angin pada Poros Tengah karena beberapa alasan. Pertama, karena jika
Poros Tengah terus-menerus diberi peluang, maka bisa-bisa wibawa presiden
akan makin tergerogoti. Lihat saja, ketika ada isu penggantian Kepala BPPN.
Poros Tengah nyaris bisa mengganti Glenn Yusuf dan mengepalai lembaga
beraset ratusan triliun rupiah itu.

Kedua, Gus Dur mungkin merasa, sejak awal, Poros Tengah tak memiliki
kekuatan riil. Bagaimanapun, partai-partai yang ada dalam Poros Tengah
merasa perlu berkoalisi karena perolehan kursinya tak besar. Posisi mereka
menjadi penting pun, hanya dalam konteks sidang umum MPR. Di luar itu,
partai yang memiliki massa riil besar, yang posisi tawarnya juga besar. Saat
ini, dua organisasi yang bisa mengorganisir massa dalam jumlah besar,
hanyalah NU -yang memiliki loyalitas pada Gus Dur- dan PDI-P yang memang
dekat dengan Gus Dur.

Di samping itu, seperti diberitakan Asiaweek Intellegence, Poros Tengah
sebetulnya tak sepenuh hati mendukung Gus Dur dalam pemilihan presiden lalu.
Konon, beberapa saat menjelang pemilihan, Amien Rais sempat meminta Gus Dur
untuk mundur, supaya ia sendiri dapat maju dalam pencalonan. Gus Dur
ternyata ogah mundur dengan alasan ia rela kalah asal melalui mekanisme yang
demokratis -yang berarti ia tahu persis trik yang dijalankan Poros Tengah
atau Amien Rais.

Jelas bahwa dengan mencopot Hamzah Haz, Gus Dur nyata-nyata sedang menguliti
posisi tawar Poros Tengah. Ia seolah-olah ingin menepis tuduhan sebagian
orang yang menganggapnya bakal sulit bersikap tegas setelah membentuk
kabinet yang kompromistis. 

Soalnya, apakah ini dilakukannya untuk memberi angin pada kubu PDI-P atau
tidak? Sulit untuk menilainya saat ini. Tentu akan sangat disayangkan jika
jegal-jegalan atas nama kelompok tertentu dalam kabinet, terus terjadi.
Pengalaman di masa Orde Baru menunjukkan, konflik di tingkat elit selalu
berimbas ke masyarakat bawah. 

Lantas, benarkah tindakan Gus Dur mencopot Hamzah? Kalau memang terlibat
KKN, tentu jawabannya 'ya'. Hanya saja, hingga kini, hal itu belum dapat
dibuktikan. Semestinya, jika Hamzah merasa tak bersalah, ia harus melakukan
klarifikasi. Ataukah sudah ada 'kesepakatan' dengan Gus Dur untuk
menutup-nutupi hal ini? Entahlah. Gus Dur memang sulit ditebak. (*)

---------------------------------------------
Berlangganan mailing list XPOS secara teratur
Kirimkan alamat e-mail Anda
Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS
Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda
ke: [EMAIL PROTECTED]


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke