Precedence: bulk ISTIQLAL (9/12/99)# KABINET GUS DUR AKAN BERANTAKAN? Oleh: Sulangkang Suwalu Meskipun baru berusia beberapa minggu, pemerintahan Gus Dur telah bertubi-tubi menerima kecaman dari berbagai pihak, terutama karena langkah-langkah GUS Dur yang sering kontroversial. Malah belakangan beredar rumors Partai Golkar akan menggugat keabsahan pemerintahan presiden Gus Dur, jika ternyata KPU melakukan diskualifikasi, berkaitan dengan keterlibatan Partai Golkar dalam skandal Bank Bali. Konkritnya, kemungkinan besar Partai Golkar akan menuntut ulang pelaksanaan pemilu dan segera menarik menteri-menterinya yang duduk dalam Kabinet. Sehari sebelumnya, Usep Ranawijaya memperkirakan "Setahun lagi, kabinet ini bisa berantakan". Sebagai alasan dari Usep Ranawijaya, karena konflik intern sulit dihindari oleh kabinet ini. Sebab di dalam kabinet ini terdapat kelompok Islam, nasionalis, Golkar dan militer. Dan ke empat kekuatan itu mempunyai watak yang sangat berbeda dan berlawanan satu sama lain. Seperti diketahui kabinet Gus Dur ini adalah hasil garansi (jaminan) 5 orang (Gus Dur, Megawati, Amien Rais, Akbar Tanjung dan Wiranto). Jadi, ini bukan kabinet presidensial, melainkan kabinet "lima serangkai". WATAKNYA, SATU SAMA LAIN SANGAT BERBEDA Di dalam kabinet sekarang, kata Usep Ranawijaya ada kelompok Islam, nasionalis, Golkar dan militer. Saya menilai, kelompok Islam sudah menjadi kelompok yang puas terhadap keadaan sekarang. Golkar juga termasuk kelompok yang puas.Tapi pikirannya masih mempertahankan status quo. Sikap ini bisa disebut konservatif. Sedangkan PDI-P termasuk tidak puas pada keadaan sekarang. Dan mereka ingin menuntut perubahan. Mereka ini bisa disebut orang-orang radikal (untuk mengubah keadaan). Di lain pihak kelompok militer merupakan golongan yang tak puas tapi tidak berpikiran maju. Dia ingin kembali kepada keadaan lama semacam feodalisme dan bukan demokrasi. Kekuasaan tetap diinginkan ada di tangan segolongan kecil (militer). Maka itu yang dimaksud Dwi fungsi ABRI adalah supremasi ABRI di atas sipil. Dan empat kekuatan ini mempunyai watak yang sangat berbeda dan berlawanan satu sama lain. Bahkan dalam prinsip, dalam semangat dan jiwa, sewaktu bisa terjadi konflik dan bentrok. Hanya menunggu waktu. Apakah setahun atau dua tahun. PELUANG EKSPLOITASI Menurut Usep Ranawijaya, misalnya, dalam pembangunan kembali Indonesia. Gejalanya sekarang adalah mengundang pihak luar negeri untuk berinvestasi. Ini sama artinya membiarkan rakyat dalam cengkeraman kekuatan ekonomi dunia. Apakah itu Amerika, Jepang, Eropa atau Cina perantau yang ada di Asia Pasifik, yang sekarang ini berpusat sementara di Singapura. Kekuatan ekonomi itu bisa kembali mendominasi perekonomian rakyat Indonesia. Merekalah yang akan menentukan nasib bangsa ini. Dengan kata lain adanya kerjasama antara kapitalis-kapitalis itu membuka peluang terjadinya eksploitasi pada Indonesia. Ini akan mengundang konflik. Mungkin dalam hal ini Golkar setuju, demikian pula militer. Karena yang mereka pikir adalah keadaan sekarang, tidak memikirkan konsekuensinya jangka panjang. Sementara PDI-P tidak mungkin menyetujuinya. Karena mereka ingin rakyat ini betul-betul memiliki aset dan modal negeri ini. Sumber konflik lainnya adalah bentuk negara ini. Satu pihak akan setuju adanya federalisme. Sedang yang lain tak sependapat. Kemudian soal konstitusi, apakah kembali kepada Piagam Jakarta atau tetap pada rumusan 18 Agustus 1945. Sumber konflik bisa juga dalam bidang luar negeri. Di satu pihak Gus Dur ingin bersahabat dengan Israel. Tapi hal itu bisa menimbulkan reaksi di kalangan Islam mereka menganggap seolah-olah Indonesia tidak minder dengan negara-negara Islam. Rupanya yang dicari Gus Dur hanya uang, bukan mementingkan solidaritas. Karena banyaknya sumber konflik ini, saya perkirakan dalam waktu satu tahun kita akan berantakan lagi. LANGKAH-LANGKAH KONTROVERSI Beberapa hari sebelum penilaian Usep Ranawijaya di atas, pengamat politik Prof Maswadi Rauf menyatakan bahwa telah muncul orang-orang di sekeliling Gus Dur yang punya kecenderungan budaya ABS (asal bapak senang). Megawati juga mengemukakan kecemasannya terhadap langkah-langkah Gus Dur yang sering kontroversial. Menurutnya, langkah-langkah ini tidak ada kaitannya dengan reformasi. Dia melihat sebagian langkah-langkah mendatang akan menimbulkan konflik baru. Kita sudah mulai melihat beberapa contoh persoalan yang bisa menjadi bibit konflik. Ada kemungkinan isu-isu politik akan bergeser menjadi perdebatan antara rakyat yang tidak setuju dengan iktikad pemerintah yang mempertahankan pendapat itu. Seberapa "produksi" Gus Dur yang dinilai Maswadi telah menimbulkan kontroversi, antara lain: Pertama; Masalah pembentukan kabinet. Dia menilai dalam hal ini Gus Dur tidak begitu berhasil. Faktornya, karena terlalu banyak orang yang dikonsultasikan dan digaransikan. Terkesan sekali, ini bukan kabinet presidensial. Kedua; masalah pembubaran Deppen dan Depsos; Ketiga; masalah pembukaan hubungan dagang dengan Israil. Sebenarnya ini sesuatu yang belum perlu dikemukakan, karena hanya akan mengundang sentimen-sentimen keagamaan yang tidak perlu. Saya yakin Gus Dur tetap akan membuka hubungan dagang dengan Israel. Keempat; masalah pembentukan DEN (Dewan wkonomi Nasional). Kelima; pernyataannya tentang Riau. seharusnya kalau Gus Dur ingin menangkap orang Riau yang ingin merdeka, ya tangkap saja. Jangan pakai mengancam, karena ia menimbulkan kegelisahan di antara orang Riau sendiri, kata putra kelahiran Riau ini. Dalam pada itu inilah warning dari kalangan DPR. Presiden Gus Dur tidak bisa menggelar referendum di Aceh secara sepihak. Kalau dia setuju diadakan referendum, itu harus dikonsultasikan kepada DPR dan meminta persetujuan dari MPR terlebih dulu. Seperti diketahui, sebelumnya Gus Dur mengatakan walaupun diselenggarakan referendum, Aceh tidak akan lepas dari Indonesia, karena Aceh ikut mendirikan Republik Indonesia. Aceh tidak akan meninggalkan Indonesia. Bahwa sekarang ada kehendak referendum, itu wajar-wajar saja. Referendum kenapa tidak. Keputusan akhir dari suara rakyat itu bagaimanapun nanti harus dihormati. Ketua Komisi I DPR, Yusril Ananta Baharuddin menyesalkan pernyataan Gus Dur, mengapa hal itu tidak dikonsultasikan dengan DPR dan meminta persetuJuan MPR terlebih dulu. Padahal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dan menyangkut keutuhan wilayah negara kesatuan RI. Sedang Wk Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno juga menyesalkan pernyataan Gus Dur yang setuju melakukan referendum Aceh. Henurutnya, presiden tidak boleh tergesa-gesa menyatakan setuju atau tidak bila suatu daerah minta referendum, karena masalah sangat kompleks. Diingatkannya, kasus Aceh tidak bisa disamakan dengan kasus Timor Timur. GUS DUR DAN SOEHARTO Juga dengan tanpa mengadakan kansultasi lebih dulu dengan DPR, Gus Dur mengatakan akan mengampuni mantan presiden Soeharto bila terbukti bersalah, setelah melalui proses hukum yang berlaku. Pengampunan itu juga akan diberikan kepada mantan presiden BJ Habibie. Namun Gus bur menegaskan pengampunan tidak akan diberikan kepada keluarga dan kroni-kroni Soeharto. Tampaknya Gus Dur tak ingat bahwa Pasal 14 UUD 1945 yang memberi hak pada presiden untuk memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi, telah diamandemen, dengan keharusan presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR sebelum menjalankannya. Atau Gus Dur memang sengaja untuk tidak mengesankan amandemen tsb, karena itu menggerogoti hak prerogatifnya. Ampunan akan diberikan kepada mantan-mantan presiden, setelah melalui proses hukum, adalah suatu tindakan diskriminatif dari Gus Dur terhadap Rakyat Indonesia. Bagi mantan presiden diberi ampunan, bagi rakyat biasa, tidak. Padahal seharusnya secara moral dan etika hukuman untuk mantan presiden itu bila berbuat kejahatan harus lebih berat daripada kepada rakyat biasa. Sebab mereka adalah pemimpin. Harus memberi teladan yang baik, bukan contoh yang buruk. Memberi ampunan kepada mantan-mantan presiden, bisa menimbulkan dugaan, bahwa dengan bakal diampuni dosa-dosa yang diperbuat selama jadi presiden, maka itu bisa mendorong presiden-presiden untuk juga berbuat dosa atau kejahatan. Toh akhirnya nanti akan diampuni juga. Seorang pokrol bambu mengatakan bahwa dosa mantan presiden Soeharto adalah dosa seluruh bangsa. Bagaimana bisa dikatakan dosa seluruh bangsa, padahal justru kejahatan dilakukannya pada sebagian besar bangsa. Jika akan dikatakan juga dosa seluruh bangsa, maka "seluruh bangsa" yang dimaksud ialah pendukung-pendukung Soeharto saja. Termasuk pokrol bambu di atas. Pernyataan Gus Dur akan mengampuni mantan presiden Soeharto dan BJ Habibie, hanya akan memperbesar konflik dengan masyarakat. Semuanya itu akan mempercepat proses berantakannya pemerintahan Gus Dur, seperti yang diperkirakan Usep Ranawijaya. KESIMPULAN Cepat atau lambat akan berantakannya kabinet Gus Dur sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Karena, baik Gus Dur nya terpilih sebagai presiden, maupun Megawati sebagai wakil presiden, adalah buah "dagang sapi" yang dilakukan Amien Rais dengan Poros Tengahnya. Dan puncaknya terbentuklah kabinet 5 serangkai, dimana di dalamnya kata Usep Ranawijaya terdapat empat kelompok yang wataknya sangat berbeda dan bertentangan satu dengan yang lain. Yaitu kelompok Islam, Golkar, nasionalis dan militer. Konflik dalam tubuh kabinet akan semakin meningkat, dengan diungkapkannya ada tiga menteri dalam kabinet yang disinyalir terlibat KKN. Saat ini sedang dilakukan penyelidikan secara internal terhadap mereka. Kalau terbukti bersalah, mereka akan diserahkan ke Kejaksaan Agung untuk penyelidikkan lebih lanjut. Pokoknya tak ada toleransi terhadap mereka-mereka yang terbukti melakukan KKN. Tokoh yang memberikan garansi atas menteri itu, tentu tidak akan tinggal diam. Dengan berbagai jalan mereka akan berusaha menyelamatkannya. Konflik dengan Gus Dur akan semakin menajam. Kabinet Gus Dur akan semakin berantakan. *** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html